"Kenapa lagi atuh lan?" Tanya Reza yang sudah tidak kuat di diamkan oleh Arlan.
"Jangan diemin kita atuh lan" Lanjut Panji.
"Kalo ada apa apa, cerita aja weh sok" Sambung Zidan juga.
".... " Arlan hanya diam dan memalingkan wajahnya kearah lain.
Panji, Zidan dan Reza pun hanya bisa saling memandang satu sama lain. Mereka pun sedikit menjauh dari Arlan dan mulai berbisik bisik.
"Sok, siapa yang ikhlas ngeluarin duit sekarang? Kasian si Arlan lagi pundung" Bisik Reza bertanya pada Zidan dan Panji.
"Gue ker gaada duit euy" Bisik Zidan.
"Jadi?" Tanya Reza menatap Panji.
"Berhubung tadi malem teh dikasih uang bensin abis nganterin mama gue arisan, bisa lah... Buat Arlan mah gapapa gue mah" Bisik Panji menjawab tatapan Reza.
Setelah merundingkan hal itu pun mereka kembali menghampiri Arlan. Panji pun merangkul bahu Arlan dan mengusap rambutnya gemas.
"Gue traktir teh kotak 10 biji, mau teu?" Tanya Panji dengan senyum andalannya.
"Serius?!" Tanya Arlan langsung menatap kearah Panji.
"Duarius lan!" Ujar Reza dan Zidan barengan. Panji pun terkekeh pelan.
"Yaudah, yok?" Tanya Panji sambil mengangkat alisnya. Arlan pun dengan cepat mengangguk mengiyakan ajakan Panji.
"Nah gitu atuh, semangat! Jangan logo!" Seru Panji sambil menarik Arlan ikut dengannya.
Reza dan Zidan pun ikut serentak dengan helaan nafas karena mood Arlan sudah membaik. Saatnya kita mencari tau apa kronologi yang sebenarnya.
Disinilah mereka berempat, duduk di kantin sekolah yang cukup sepi, karena hampir seluruh siswa berada di aula.
"Jadi kumaha lan ceritanya? Kenapa bisa mood anjlok gitu?" Tanya Zidan penasaran.
"Gimana yah... Gue teh kesel banget kalo di inget inget.. Tapi gue cerita welah sama kalian" Jawab Arlan setelah menyeruput teh kotaknya.
"Sok atuh, ceritain" Ujar Reza siap mendengarkan.
"Jadi gini.... Kan pas pagi pagi teh gue bangun tuh kayak biasanya, nah gue liat pak kris teh udah siap siap, ya gue ngiranya ga aneh aneh tuh. Nah pas gue udah siap yakan, pas rek nyusul pak Kris di garasi. Tiba tiba pak Kris bilang kieu "Kamu hari ini berangkat sendiri yah lan, saya harus jemput Gina buat siap siap nanti". kan aing teh jadi kesel! Mana disitu teh si Kris anying langsung pergi gitu aja weh, ga peduliin aing yang marah!" Jelas Arlan diakhiri dengan emosinya.
"Anjirr... Gimana yah nanggepinnya, takut salah euy" Ucap Reza bingung membalas apa.
"Gini aja lan, kalo emangnya pak Geano ga dadakan, pasti dia teh bakalan mikir meren sekalian aja weh berangkat bareng terus jemput bu Gina juga. Tapi ya kalo ga dadakan... Gatau lah" Ujar Panji berkomentar.
"Sama aja belegug!" Celetuk Zidan menoyor kepala Panji.
"Yaudah, gapapa yah... Kan lo masih punya 3 pangeran" Lanjut Zidan sambil mencoba menghibur Arlan.
"3 pangeran?" Tanya Arlan menatap kearah Zidan dengan bingung.
"Iya... Gue, Panji sama Reza, kiwkiw" Goda Zidan dengan pedenya.
"Ehehe... Lucu deh" Ucap Arlan pulang tertawa.
"Nah! Gitu dong, senyum!" Seru Reza memegang kedua pipi Arlan. Mereka pun ikut tersenyum juga melihat nya.
"Arlan."
Seketika perhatian mereka beralih kearah suara yang memanggil Arlan. Tiba tiba saja Geano menghampiri mereka dengan Gina di sampingnya.
Seketika Arlan langsung memeluk Reza yang dekat dengannya, menempatkan kepalanya di pundak Reza dengan nyaman dan mengabaikan Keberadaan Geano dan Gina.
"Arlan." Panggil Geano sekali lagi. Reza, Panji dan Zidan pun hanya diam tanpa sepatah kata apapun.
"Reza, Arlan mau tidur" Lirih Arlan menutup matanya, mengabaikan panggilan Geano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlan [HIATUS]
Teen FictionArlan seorang murid yang mempunyai berbagai tingkah diluar nalarnya, dan suka bermanja manja itu, harus dipertemukan dengan seorang Guru baru yang terlalu banyak aturan selama mengajar di kelas. "berdiri kamu di depan, sampai jam pelajaran saya habi...