Geano masuk kedalam dan menemukan Arlan yang tengah sibuk menundukkan kepala nya sambil memainkan kedua tangannya, tengah punggung bersandar ke tembok.
"Arlan!" Panggil Geano saat berada di depan Arlan. Refleks Arlan pun langsung menengadahkan kepalanya keatas.
"Eh, pak kris!" Sapa Arlan sambil nyengir.
"Bentar pak! Saya teh disini bukan mau bolos pak dengan alasan sakit, tapi kali ini saya mah beneran lagi sakit pak, serius ga bolos!" Seru Arlan salah mengartikan kedatangan Geano kepadanya.
"Saya tidak berpikir kamu bolos, saya hanya ingin melihat keadaan kamu saja." Jelas Geano sambil menatap Arlan.
"Memangnya kamu sering bolos dengan alasan sakit?" Tanya Geano yang langsung membuat Arlan terdiam.
"Saya nanya sama kamu." Ucap Geano memojokkan Arlan dengan perkataannya.
"Ga sering pak, saya mah kadang kadang aja. Tapi cius deh, ini mah beneran lagi sakit!" Jawab Arlan menatap Geano dengan menunjukkan kedua jarinya.
Geano hanya diam saja tak menghiraukan perkataan Arlan, dirinya duduk di samping ranjang masih menatap ke arah Arlan.
"Masih sakit?" Tanya Geano membuat Arlan gelagapan.
"Engga sesakit tadi sih pak, cuma pantat saya masih ngilu, bentaran lagi udah gasakit ini mah" Jawab Arlan sambil tersenyum ke arah Geano.
"Maaf, saya tadi tidak bisa menahan kamu saat nabrak saya" Ucap Geano semakin membuat Arlan kikuk.
"G-gapapa atuh pak, dah biasa jatuh kaga gini mah!" Ujar Arlan mencoba menepis rasa kikuknya.
"Cowok tadi siapanya kamu?" Tanya Geano kembali.
"Yang bawa saya ke UKS mah, namanya panji. Kalo duanya lagi mah, namanya Reza sama Zidan. Mereka betiga teh sahabat saya pak" Jawab Arlan menyebut nama ketiga temannya.
"Kenapa bapak nanyain temen temen saya?" Tanya Arlan, Geano hanya menggelengkan kepalanya saja, membuat Arlan bingung.
"Saya pergi dulu, kamu baik baik disini yah!" Pamit Geano kepada Arlan. Arlan pun menganggukkan kepalanya saja.
Geano pun segera pergi dari UKS untuk pergi ke kelas yang akan diajarinya. Kembali meninggalkan Arlan yang terdampar sendirian di UKS.
"Tidur aja lah!" Gumamnya dan segera berbaring.
Saat ini kantin sudah ramai oleh para siswa/siswi. Panji, Reza dan Zidan ketiganya berjalan beriringan menuju UKS untuk menemui Arlan.
Namun sayangnya, saat mereka bertiga masuk kedalam UKS, didalam sudah tidak ada siapa siapa, hanga kekosongan yang ada. Mereka berusaha tidak panik terlebih dahulu dan mengecek seisi ruangan UKS.
Sama, ruangan itu hanya ada kekosongan saja. Dengan panik merek langsung berjalan keluar UKS dan berjalan cepat mencari keberadaan Arlan.
Mereka hampir memeriksa seisi gedung sekolah tersebut, namun tidak ada yang menemukan Arlan. Hingga tiba mereka di ruang guru, untuk melaporkan hilangnya Arlan kepada wali kelas mereka.
"Bu Retna, saya teh mau ngelaporin... Kalo si Arlan hilang bu.. " Ucap Reza dengan nafas yang sedikit tak beraturan.
"Hilang? Hilang gimana nya? Arlan izin ga sekolah tadi sama saya" Ucap bu Retna membuat ketiga pemuda itu tak mengerti.
"Maksudnya bu?" Tanya Zidan.
"Tadi pak Geano ngasih tau saya, kalo salah satu anak kelas saya ada yang akit, yaitu Arlan. Terus dia minta izin buat bawa Arlan pulang aja, katanya sih demam" Tutur bu Retna, ketiganya baru mengangguk paham dan segera berpamitan untuk kembali ke kelas.
"Kok bisa si Arlan di bawa sama pak Geano? Ini teh gimana ceritanya??" Tanya Panji sambil berjalan beriringan bersama kedua temannya.
"Nah eta, bingung juga. Katanya demam, padahal mah cuma ngilu pantatnya" Sahut Zidan.
"Kita telpon aja weh nanti pas pulang sekolah, ayok cepetan! Bentar lagi masuk ieu!" Saran Reza, mereka pun mempercepat langkahnya agar segera sampai di kelas.
Disisi lain, Arlan sedang berada di dalam mobil Geano, yang tentunya di samping nya, geano sedang menyetir. Arlan tampak diam saja, memandangi sisi jalanan tanpa menanyakan kemana mereka akan pergi.
Ini jalanan yang tidak dikenal oleh Arlan, dan jalanan ini sedikit melewati jalanan yang di kedua sisinya terdapat hamparan kebun teh saja. Tetapi, Arlan memilih untuk diam saja.
Tak lama, mobil tersebut masuk ke tempat yang entah harus di sebut apa namanya, melewati gerbang yang super besar itu, membuat Arlan terpelongo melihat nya.
Mobil masih terus berjalan, hingga saat mobil itu berhenti di pekarangan yang terdapat pintu besar. Seorang pria paruh baya yang terlihat berpakaian formal itu pun, terlihat seperti sedang menunggu seseorang di depan pekarangan.
"Ayok kita keluar!" Ajak Geano sebelum keluar dari mobil, buru buru Arlan pun melepaskan sabuk pengaman dan segera keluar untuk menyusul Geano yang sudah keluar duluan.
Langkah kakinya tertahan di pintu mobil, menatap lekat kearah bangunan besar di depannya yang tampak berdiri kokoh dengan gaya khas bangunan modern.
"Pak kris, ini teh rumah atau apa? Gede banget ini teh!" Ujar Arlan masih tampak kebingungan.
"Ayo kita masuk dulu!" Ajak Geano menghiraukan pertanyaan Arlan. Arlan pun mendekatkan dirinya dengan Geano.
"Silahkan masuk tuan Muda!" Seru pria paruh baya tadi yang sempat berdiri di pekarangan.
Geano pun melangkahkan kakinya membuat Arlan ikut melangkahkan kakinya juga. Geano berjalan di depan sedangkan Arlan mengekor di belakangnya.
Beberapa kali Arlan terus terkejut dengan setiap interior rumah tersebut, terkenan simple namun mewah dan klasik dalam era modern ini. Arlan menatap ke arah pria paruh baya yang ada di belakangnya.
Dirinya memelankan sedikit langkahnya, untuk menyeimbangkan langkahnya dengan pria paruh baya itu.
"Punteun pak, mau nanya, ini gapapa saya masuk pake sepatu? Jadi kotor atuh lantainya pak?" Tanya Arlan yang hanya mendapatkan respon senyuman kecil di bibir pria paruh baya itu.
"Tidak apa apa, nanti pelayan yang akan membersihkannya" Jawab pria paruh baya tersebut, membuat Arlan semakin bingung.
"Pelayan? Ini teh restoran yah? Tapi gaada yang pengunjung tah, ini teh apa?" Tanya Arlan masih penasaran.
"Ini mansion milik tuan Muda, bukan restoran tuan" Jawab pria paruh baya itu, memanggil Arlan dengan sebutan, tuan.
"Eh, jangan manggil tuan atuh, panggil Arlan aja." Sanggah Arlan merasa tidak enak jika dipanggil tuan oleh orang yang lebih tua darinya. Pria paruh baya itu pun mengangguk mengiyakan.
"Mansion teh apa?? Terus pak, saha tuan Muda teh? Jangan jangan ini teh, tempat kerajaan lagi! Manya ieu jalan kaki engga sampe sampe di tujuan pak!" Seru Arlan masih dalam kebingungan nya.
Belum sempat menjawab, Arlan malah dipanggil oleh Geano untuk ikut masuk kedalam lift. Sedangkan pria paruh baya tadi menghentikan langkahnya di depan lift dan membungkuk hormat kearah Geano, lalu pergi setelah lift tertutup.
"Sebenarnya, ini teh naon?" Bingung Arlan dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlan [HIATUS]
Teen FictionArlan seorang murid yang mempunyai berbagai tingkah diluar nalarnya, dan suka bermanja manja itu, harus dipertemukan dengan seorang Guru baru yang terlalu banyak aturan selama mengajar di kelas. "berdiri kamu di depan, sampai jam pelajaran saya habi...