Setelah drama permatematikaan, akhirnya bel pergantian materi pun berbunyi, membuat para murid bernafas lega sekaligus tak rela Geano meninggal kan kelas.
"Arlan! Tolong ikut saya keruangan sebentar." Panggil Geano sebelum meninggalkan kelas.
Arlan yang mendengar namanya di sebut pun, tampak was was ketika Geano menyuruhnya untuk datang ke ruangannya. Arlan pun tanpa membantah mengikuti perintah dari Geano.
"Do'ain semoga ga kenapa napa yah!" Serunya kepada ketiga temannya yang menatapnya dengan heran sekaligus penasaran.
Arlan pun ikut pergi dari kelas, setelah meminta izin kepada sang guru yang kebetulan berpapasan di depan pintu.
"Bu, saya izin keluar dulu sebentar, di panggil pak kris" Izinnya, guru tersebut pun menganggukkan kepalanya mempersilahkan Arlan.
"Yaudah, jangan lama lama yah!" Jawab sang guru sambil tersenyum hangat.
Arlan pun kembali berjalan menyusul Geano yang mungkin masih berjalan tak jauh dari dirinya, Arlan pun mempercepat langkahnya.
Geano tampak berjalan dengan santai melewati koridor sekolahan untuk sampai di ruang guru, Arlan pun segera mengekor dan berjalan tepat di belakang Geano. Keduanya tidak mengucapkan sepatah kata pun sampai tiba di ruang guru.
"Maaf Pak kris, bapak teh ada apa manggil saya?" Tanya Arlan setelah Geano duduk di kursinya.
"Ini buat kamu." Ujarnya sambil menyodorkan sebuah amplop kearah Arlan. Arlan tentu dibuat bingung dengan tindakan Geano secara tiba tiba.
"Eh, maksud bapak teh apa? Kenapa nyerahin amplop sama saya?" Tanya Arlan sambil melihat amplop tersebut tersodor didepannya.
"Saya pikir, saya harus ganti rugi sama kamu." Ucapnya yang membuat Arlan semakin dilanda kebingungan. Ganti rugi apaan??
"Maksud bapak teh ganti rugi dalam hal naon pak?" Tanya Arlan masih tetap bertanya, menghiraukan amplop di depannya.
"Apa ingat dengan kejadian kamu hampir ketabrak sama mobil?" Tanya Geano. Arlan mengangguk pelan mengiyakan, membiarkan Geano melanjutkan bicaranya.
"Karena saya hampir menabrak kamu, dan belum sempat ganti rugi, jadi saya berniat kasih kamu ini sebagai ganti ruginya" Lanjut Geano sambil menunjuk amplop tersebut dengan lirikan matanya.
"Eh! Gausah pak! Meskipun bapak pernah hampir mau nabrak saya, gausah ganti rugi juga atuh pak, sayanya aja gapapa!" Ujar Arlan menolak amplop tersebut. Segila gilanya Arlan dengan uang, ia tidak akan menerima uang yang bukan miliknya, kecuali uang teman gapapa.
"Kamu ambil saja, mungkin kamu membutuhkannya." Ucap Geano menarik tangan Arlan lalu meletakkan amplop di tangan tersebut.
"Makasih pak kris! Saya bakal gunain uang ini untuk kebutuhan saya aja, semoga kebaikan pak kris segera di balas ama Tuhan atuh nya pak!" Ujar Arlan sambil menyalami Geano secara tiba tiba.
"Yasudah pak, saya kembali ke kelas dulu, sudah ditungguin sama gurunya" Pamit Arlan sambil tersenyum hangat, memasukkan amplop tersebut ke dalam saku celananya.
Geano hanya menganggukan kepalanya saja, masih merasa bingung dengan tingkah Arlan tadi. Apaan itu? Kenapa menyalami tangan??
Dirinya segera menggelengkan kepalanya dan berfokus kepada pekerjaannya. Mengecek tugas tugas anak didiknya di laptop.
"Hei!" Ujar seorang guru yang masih sama mudanya dengan Geano, hampir seumuran, mungkin.
"Ya?" Tanya Geano tanpa mengalihkan pandangannya ke arah guru tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlan [HIATUS]
Teen FictionArlan seorang murid yang mempunyai berbagai tingkah diluar nalarnya, dan suka bermanja manja itu, harus dipertemukan dengan seorang Guru baru yang terlalu banyak aturan selama mengajar di kelas. "berdiri kamu di depan, sampai jam pelajaran saya habi...