pulang

493 22 0
                                    

"Mommy kamu minta kita buat terbang ke Belanda dan menghadiri pesta pernikahan anak temen mommy" Ucap Gina sambil menatap kearah Geano yang hanya memasang wajah datar.

"Sampaikan kepada mommy saya, saya tidak bisa hadir ke pesta pernikahan tersebut." Ujar Geano segera menolak permintaan tersebut.

"Why? Kenapa tidak kamu sendiri yang mengatakan nya Geano? Mommy belakang ini bilang kalo no kamu ga pernah aktif, kenapa?" Tanya Gina sedikit tidak percaya dengan kata kata Geano. Geano biasanya selalu menuruti perintah mommy nya.

"I told you, I'm busy. I have a lot of things to deal with, so I don't have time to check the notifications that are popping up on my cellphone." Ucap Geano dengan tenang. Yah, belakangan ini Geano memang aga sedikit sibuk, itu benar.

"Alright. Aku akan menyampaikannya kepada mommy, tapi tetap lah selalu menghubungi mommy mu Geano." Ucap Gina menganggukkan kepalanya, sudah tidak ada perlawanan kata lagi yang harus diucapkan nya kepada Geano.

"Jika tidak ada hal lain lagi, saya pamit pergi." Final Geano segera beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Gina di cafe tersebut.

Geano sedikit mempercepat langkah kakinya ke arah mobilnya yang terparkir didepan cafe tersebut. Masuk kedalam mobilnya dan segera membuka ponselnya.

Mencari cari nama kontak yang sudah tidak sabar untuk di hubunginya, akhirnya ketemu. Geano segera menelpon nama kontak tersebut, siapa lagi jika bukan Arlan.

Tak lama, panggilan telepon pun tersambung dengan Arlan. Terdengar suara Arlan di seberang sana, sukses membuat Geano tersenyum tipis.

"Halo?" Ucap Arlan dari arah telepon.

"Kamu dimana?" Tanya Geano sambil menyetir mobilnya.

"Aku bentar lagi sampe rumah, bapak di rumah?" Tanya Arlan.

"Saya lagi jalan pulang, sebentar lagi saya sampai. Tunggu saya." Ucap Geano dan segera mematikan sambungan telepon tersebut.

Di sebrang sana, Arlan yang sudah sampai di depan rumah Geano pun, segera mengeryitkan dahinya setelah sambungan telepon diputus oleh Geano.

"Kunaon lan?" Tanya Reza.

"Pak kris lagi jalan pulang" Jawab Arlan memberitahu teman temannya.

"Nyariin lu?" Tanya Zidan menatap Arlan. Hanya gelengan yang di berikan Arlan sebelum melanjutkan bicaranya.

"Dia ga ngomong gitu, cuma bilang aja weh lagi jalan pulang." Jawab Arlan sekenanya.

"Ada kemungkinan nyariin meren lan, tapi gatau lah" Ujar Reza yang duduk diatas motornya.

"Yaudah atuh, kalo kalian mau pulang mah, pulang aja gapapa. Makasih yah udah nganterin." Ucap Arlan menatap satu satu wajah teman temannya.

"Bentar atuh, ini teh rumah meni mewah pisan nya?" Ucap Reza bertanya pada teman temannya.

"Lain kali boleh lah atuh main ke sini" Ujar Panji.

"Gatau" Jawab Arlan sambil mengangkat kedua tangannya tak tahu.

"Yaudah, hayuk pulang lah." Ajak Zidan dan segera diangguki kedua temannya.

"Hati hati yah!" Ucap Arlan sambil melambaikan tangannya. Ketiganya pun balas melambaikan tangannya sebelum pergi dengan motor masing masing nya dari sana.

Saat teman teman nya sudah menjauh, Arlan pun memutuskan untuk masuk kedalam rumah. Namun langkahnya terhenti saat sebuah mobil masuk ke pekarangan rumah.

Mobil tersebut berhenti di depan, lalu pintu kanan mobil pun terbuka, menampilkan sosok Geano yang keluar dari dalam mobil. Geano berjalan menghampiri Arlan, berdiri di depannya.

"Abis dari mana kamu?" Tanya Arlan begitu Geano berdiri di hadapannya.

"Tadi saya ada sedikit urusan di luar." Jawabnya, Arlan hanya mengangguk saja.

"Ya sudah, mari kita masuk." Ajak Geano menarik tangan Arlan pelan untuk ikut masuk dengannya. Arlan pun hanya mengekor dan pasrah dengan tarikan Geano.

Mereka langsung menuju ke arah kamar Geano, dan masuk kedalam kamar. Geano duduk di sisi tempat tidur, sedangkan Arlan berdiri diam masih menggendong tas di punggungnya.

"Kenapa?" Tanya Geano saat Arlan hanya diam saja. Entahlah, Arlan terlihat canggung hari ini.

"E-engga papa kris.. " Jawab Arlan memasang wajah canggung dan senyuman canggung nya.

"Ee.... Kris udah makan?" Tanya Arlan menyingkirkan perasaan canggung nya. Geano hanya menggeleng pelan, sambil menatap Arlan.

"Makan dulu atuh, nanti perutnya keroncongan!" Ucap Arlan sambil menunjuk perut Geano dengan jari telunjuknya.

"Nanti saya makan, Arlan." Jawab Geano sambil tersenyum tipis.

"Ih, malah entar, entar! Yaudah atuh, biar aku bawain makanannya" Ujar Arlan segera beranjak, menaruh tasnya dulu lalu pergi keluar dari kamar.

Geano yang melihat tingkah Arlan pun tidak bisa berbuat apa apa, biarkan Arlan melakukannya dengan sesuka hatinya, Geano tidak akan mempersalahkan itu.

Tak lama, Arlan pun datang kembali ke kamar dengan sebuah napan yang di bawa nya masuk. Tentunya itu adalah makanan yang sudah disiapkan oleh pelayan, jadinya Arlan tinggal membawanya saja kekamar.

"Nah, sok dimakan dulu" Ujar Arlan menaruh napan tersebut di atas nakas yang terletak di samping tempat tidur itu.

"Terimakasih." Ucap Geano sambil tersenyum kearah Arlan.

"Jangan senyum senyum atuh, jadi ganteng pisan! Eh? " Ujar Arlan yang baru sadar dengan perkataannya. Refleks, serius.

"Saya tidak tampan, Arlan." Ujar Geano tidak menyetujui perkataan refleks Arlan tadi.

"Eh, tapi... Kris emang ganteng pisan, masa ga sadar sih di sekolah teh banyak yang suka sama kamu. Aneh ih! Masa sama muka sendiri ga percaya" Ucap Arlan mulai mengomel.

"Apa perlu kaca gede yah, biar kamu teh sadar kalo wajah kamu teh ganteng. Seriusan ga bohong aku mah, kalo ga percaya mah potong aja telinga aku." Arlan berkata sambil menyodorkan telinganya, berani bertaruh dengan memotong telinganya jika dia berbohong.

"Saya tidak akan tega melukai kamu. Kamu terlalu cantik." Ucap Geano menatap lembut kearah Arlan, dan tangannya menarik pelan tangan Arlan, menuntunnya untuk duduk di samping Geano.

Arlan terdiam dengan kata kata terakhir yang di ucapkan oleh Geano. Entah kenapa rasanya wajahnya mulai memanas saat dirinya sudah duduk di samping Geano, apalagi Geano terus menatap Arlan dengan lembut.

Asal kalian ketahui, tatapan Geano di hadapan Arlan ini seperti bukan Geano yang biasanya. Wajah yang selalu memiliki mata tajam dengan ekspresi wajahnya yang datar, membuat wajah keturunan Australia itu terlihat sangat enak di pandang, singkatnya berwajah tampan.

Tetapi wajah yang selalu dilihat orang orang itu, kali ini seperti bukan Geano yang mereka lihat. Tatapan matanya yang lembut, serta senyuman tipisnya yang berhasil membuat Arlan terhanyut dalam paras wajah itu.

"Arlan?" Tanya Geano saat Arlan malah melamun memandangi nya.

"Eh, ya? Apa?" Tanya Arlan dengan wajah bingungnya, sejenak kemudian dia langsung tersadar.

"Eh, itu makannya di makan dulu atuh" Ucap Arlan mengalihkan topik, rasanya Wajah Arlan memanas jika terus menerus ditatap oleh paras tampan itu.

"Baiklah." Ucap Geano akhirnya dan kembali tersenyum tipis, menatap Arlan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arlan [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang