Jam 10 malam, Arlan baru kembali pulang ke rumah. Saat dirinya masuk kedalam, Geano tampak terduduk di sofa ruang tamu mengarah langsung ke arah Arlan, menatapnya dengan dingin.
"Bagus.. Baru pulang kamu?" Tanya Geano sambi berdiri dari duduknya.
"Aku capek" Jawab Arlan sambil berlalu ke kamar.
"Saya belum selesai bicara arlan." Ucap Geano menatap kearah Arlan yang pergi ke kamar tanpa melirik nya.
Arlan terus berjalan hingga masuk kedalam kamar, diikuti oleh Geano di belakang nya. Geano menutup pintu kamar dan menguncinya.
"Kamu kenapa Arlan?" Tanya Geano sedikit kesal karena terus diabaikan.
"Saya ada salah sama kamu? Tolong jangan abaikan saya Arlan.. Saya tidak bisa" Sambung Geano menatap kearah Arlan dengan tatapan putus asa.
"Gak, gaada" Jawab Arlan mencoba acuh, padahal jauh di lubuh hatinya, dirinya merasa kesal kepada Geano.
"Kamu habis darimana? Sampai bolos dari sekolah?" Tanya Geano masih diam berdiri menatap Arlan.
"Main" Jawab Arlan singkat sambil membalas tatapan Geano.
"Main? Sampai jam 10 malam??" Tanya Geano dengan alisnya yang saling menaut.
"Udah yah, aku capek... Besok Panji mau jemput aku" Ucap Arlan sambil berlalu kekamar mandi. Geano tidak membalasnya, hanya diam berdiri.
Singkat cerita, pagi hari sudah tiba. Keadaan masih hening dan canggung, bahkan semua sapaan dan pertanyaan Geano masih diabaikan oleh Arlan.
"Aku duluan" Arlan hendak menuju pintu utama namun dengan cepat Geano mencegah nya dan memegang tangannya.
"Saya ada salah apa sama kamu? Saya minta maaf jika saya udah nyakitin kamu Arlan. Bisa kita berangkat bersama?" Ucap Geano dan bertanya dengan tatapan sedikit putus asa.
"Gabisa, Panji udah di depan" Jawab Arlan sambil menggelengkan kepalanya dan melepaskan genggaman tangan Geano.
Geano kembali mencegah Arlan, namun kali ini Geano tidak mengatakan apa apa. Dirinya hanya mendekat dan mencium kening Arlan, mengusap pipinya dengan lembut.
Arlan pun hanya diam saja dan melangkah pergi keluar dari rumah. Saat pintu utama terbuka, nampak Gina yang sudah berada di depan dan hendak masuk kedalam rumah.
Arlan langsung berjalan pergi begitu saja, membuat Gina bingung menatap kearah Arlan. Gina pun segera masuk kedalam rumah untuk menghampiri Geano.
"Geano" Panggil Gina sambil berjalan masuk kedalam rumah, menghampiri Geano yang sedang terduduk di meja makan sendirian.
"Kamu berangkat sendiri, saya ada urusan." Ucap Geano sambil beranjak pergi dari sana, meninggalkan Gina.
Gina hanya menatap punggung Geano yang mulai menjauh dengan perasaan kesal. Disisi lain, mang asep yang kebetulan tidak sengaja melihat kejadian itu pun hanya menggeleng pelan dan berlalu pergi ke kebun.
Singkat cerita, Arlan dan ketiga temannya sedang berkumpul di gazebo seperti biasanya. Mereka tampak membicarakan kedekatan Geano dan Gina.
"Aneh ga sih? Masa pak Geano diem aja weh kalo di deketin bu Gina, padahal jelas jelas pak Geano tuh kek ngasih sinyal, kalo dia tuh deket sama Arlan. Harusnya bu Gina teh ngerti ga sih? , padahal dia udah ngelihat sok, hampir semuanya hubungan Arlan sama pak Geano di sekolah!" Ucap Reza mengeluarkan semua pemikirannya.
"Bener sih, padahal kejadian kemarin di acara tuh udah nunjukkin banget kitu kalo Pak Geano teh ada hubungan sama Arlan, lebih dari sekedar Guru dan murid. Peka dikit lah jadi cewek, jangan mau di pekain terus! Dikira segalanya tentang cewek!" Sambung Zidan menambahi.
"Bingung aing mah rek berpendapat naon" Ungkap Panji memijat pelipisnya.
"Stalk aja lah hubungan mereka, rarudet kieu hubungan teh" Celetuk Arlan dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlan [HIATUS]
Teen FictionArlan seorang murid yang mempunyai berbagai tingkah diluar nalarnya, dan suka bermanja manja itu, harus dipertemukan dengan seorang Guru baru yang terlalu banyak aturan selama mengajar di kelas. "berdiri kamu di depan, sampai jam pelajaran saya habi...