"Ih, si bapak malah ngegombal!" Seru Arlan sedikit kesal dengan Geano.
"Memangnya kamu tidak suka saya perhatikan?" Tanya Geano setelah selesai memakai pakaian nya.
Geano duduk di samping Arlan, menyentuh pelan pipi Arlan, menuntunnya untuk menatap kearah Geano.
"Saya tanya sekali lagi, memangnya kamu tidak suka saya perhatian?" Tanya Geano menatap lembut kearah Arlan.
"Emm, bukan gitu pak. Cuma saya teh agak aneh aja kalo di perhatiin sama guru, apalagi bapak guru cowok" Jawab Arlan sedikit kikuk saat Geano menatapnya.
"Baiklah." Geano pun menganggukkan kepalanya dan melepaskan tangannya dari pipi Arlan.
"Ayok kita makan." Ajak Geano dan berdiri bangkit dari duduknya.
"Tunggu pak, saya mau nanya sesuatu dulu" Cegah Arlan menarik tangan Geano pelan.
"Apa yang ingin kamu tanyakan?" Tanya Geano menatap kearah Arlan.
"Sebenarnya.... Ini tuh tempat apa?" Tanya Arlan sedikit ragu.
"Ini rumah saya, kenapa?" Jawab Geano menanya balik kepada Arlan. Arlan langsung menggeleng.
"Gapapa sih pak" Ujar Arlan sambil nyengir.
"Jika dirumah, kamu tidak perlu memanggil saya dengan sebutan 'pak' Arlan, panggil nama saja yah. Lagian, umur saya ga setia itu, jadi sebenarnya agak aneh saya dipanggil seperti itu." Pinta Geano.
"Kris? Gitu pak?" Tanya Arlan.
"Tidak pernah menambahkan kata itu, Arlan. Tunggu... Kris? Kenapa kamu memanggil saya kris? Nama panggilan saya itu, Geano." Geano merasa penasaran kenapa Arlan memanggil nya 'Kris' dan bukan 'Geano'?
"Nama bapak rib-" Ucapan Arlan terpotong seketika.
"Tidak usah memakai panggilan itu Arlan." Tegur Geano saat Arlan kembali memanggil nya 'Bapak'.
"Eh... Hehe.. Maaf p-kris, soalnya nama bapak susah, jadinya saya teh panggil pak kris aja, udah kebiasaan jadinya" Terang Arlan, Geano hanya mengangguk menanggapinya.
"Yasudah, ayok kita makan." Ajak Geano segera berbalik berjalan ke arah pintu.
Arlan pun segera bangkit dan mengekor di belakang Geano. Rumah sebesar ini, bagaimana menghafal arah untuk ke ruang satu, keruang lainnya.
Arlan menatap kebawah saat mereka sudah sampai di tangga hendak turun kebawah. Bangunan mewah namun klasik itu terus membuat Arlan berdecak kagum.
Sesampainya di meja makan, hidangan sudah di siapkan di meja dengan tertata rapih. Bahkan tak lupa, makanan pencuci mulut pun ada. Dengan meja berukuran lumayan panjang itu hanga diisi oleh 2 orang saja, Geano dan Arlan.
"Ba- kris tinggal sendirian?" Tanya Arlan penasaran, saat ini keduanya sudah mulai acara makannya.
"Saat makan, dilarang berbicara." Tegas Geano menatap Arlan. Geano memang tipe orang yang tidak suka jika saat makan sedang berlangsung, seseorang malah mengajaknya berbicara.
Arlan langsung tersenyum canggung dan mulai memakan makanannya. Setelah beberapa menit meja makan tersebut hening dan hanya terdengar dentingan sendok dan garpu diatas piring, kini keheningan itu sudah menghilang setelah Geano berbicara kembali.
"Saya tinggal sendirian di sini ditemani dengan beberapa pelayan saya." Ucap Geano menatap Arlan, menjawab pertanyaan Arlan yang tadi sempat tidak dijawab.
"Emangnya orang tua kris dimana? Kenapa atuh bisa sendirian?" Tanya Arlan kembali.
"Orang tua saya ada di luar negeri, dan saya tinggal di negara ini seorang diri." Jawab Geano membuat Arlan mengangguk paham.
"Kamu sendiri, kenapa tinggal di kosan? Orang tua kamu dimana?" Tanya balik Geano. Arlan langsung terdiam beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Geano.
"Orang tua saya.... Udah lama meninggal waktu saya masih kelas 3 SMP, udah 1 tahunan lah pak" Jawab Arlan sambil mengulas senyum tipis.
"Maaf, saya tidak bermaksud membuat kamu mengingat orang tua kamu." Ucap Geano merasa bersalah.
"Gapapa atuh, lagian kan kamu teh gatau. Untungnya ada temen temen saya yang selalu solidaritas, menemani saya sampai sekarang" Sambung Arlan dengan tersenyum cerah.
"Sekarang kamu tidak perlu merepotkan teman teman mu lagi, saya bisa membantu kamu. Jika kamu membutuhkannya sesuatu, katakan pada saya." Ujar Geano tersenyum tipis menatap Arlan.
"Tapi saya malahan jadinya ngerepotin kamu kris, lagian saya mah bisa kerja nyari uang sendiri. Kan kamu tau sendiri saya teh kerja part time di kafe jalanan kota" Terang Arlan sedikit tidak enak dengan Geano.
"Tidak apa apa, jangan menolak bantuan saya." Keukeuh Geano membuat Arlan pun mengangguk pelan saja.
Setelah percakapan di meja makan, kini mereka berdua ada di kamar Geano. Geano tengah berbicara lewat telpon dengan seseorang, sedangkan Arlan sendiri sedang berhadapan dengan jendela kamar Geano, menunggu Geano yang ada di balkon kamar.
Beberapa menit, Geano pun melangkah masuk kedalam kamar, menghampiri Arlan yang masih berdiam di depan jendela menatap kearah luar.
"Arlan, kamu tidur saja duluan. Saya masih ada sedikit pekerjaan." Ucap Geano kepada Arlan yang ada di depannya.
"Kamu teh mau pergi keluar lagi?" Tanya Arlan menatap Geano.
"Saya hanya pergi keruangan kerja saya, arlan." Jawab Geano sedikit terkekeh kecil.
"O-oh, hehe... Kirain teh keluar atuh" Ujar Arlan sambil nyengir.
"Yasudah, saya pergi dulu. Selamat malam." Pamit Geano dan berjalan pergi meninggalkan Arlan sendirian.
Arlan terdiam beberapa saat, ada beberapa pertanyaan yang ada di benaknya. Namun tidak keburu karena Geano sudah keluar dari kamar.
"Alah aing mah, pake lupa lagi! Ini teh aing tidur disini?? Terus, si kris rek tidur dimana??" Heran Arlan bertanya pada diri sendiri.
"Udah weh lieur, mendingan tidur besok sekolah" Ujar Arlan segera berjalan kearah tempat tidur dan membaringkan tubuhnya disana.
"Wuih, empuk empuk gini kasurnya, hehe" Ucapnya saat sudah membaringkan tubuhnya di sisi ranjang.
Lambat laun, Arlan pun mulai merasakan ngantuk, perlahan matanya mulai terpejam untuk menjemput alam mimpinya.
Hari sudah semakin larut, namun Geano baru saja kembali dari ruangannya dan berjalan masuk ke kamar. Dirinya sudah melihat Arlan yang sudah tertidur pulas di sisi ranjang tempat tidur miliknya.
Geano pun berjalan mendekat kearah Arlan yang tengah tertidur pulas itu. Geano menatap wajah Arlan, meneliti setiap inci bagian bagian wajah Arlan.
Tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Arlan, menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajahnya.
"Manis." Celetuk Geano sambil terus mengamati wajah Arlan.
"Saya tidak tahu harus bagaimana mengatakan nya, tapi saya sangat ingi kamu tetap ada di sisi saya, menjadi milik saya." Geano berbicara masih terus menatap kearah wajah Arlan yang sudah tertidur pulas. Bahkan deruan nafasnya pun terdengar tenang.
"good night and have a sweet dream." Ucap Geano dan mengecup singkat kening Arlan.
Lalu Geano segera berjalan ke samping tempat tidur sebelah Arlan dan membaringkan tubuhnya disana. Geano pun segera menutup matanya dan menjemput alam mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlan [HIATUS]
Teen FictionArlan seorang murid yang mempunyai berbagai tingkah diluar nalarnya, dan suka bermanja manja itu, harus dipertemukan dengan seorang Guru baru yang terlalu banyak aturan selama mengajar di kelas. "berdiri kamu di depan, sampai jam pelajaran saya habi...