Jam pulang sudah bel beberapa menit yang lalu, Arlan dan ketiga temannya itu masih berada di dalam kelas, karena masih memasukkan barang barangnya kedalam tas.
Panji dan Reza pun sudah tidak ribut lagi, yah... Biasalah marahan tapi beberapa menit lagi langsung akur kayak gaada masalah.
"Lan, main yok!" Ajak Reza setelah memegang tas sekolahnya di pundaknya.
"Gamau!" Tolak Arlan, dengan cepat segera memakai tasnya.
"Panji yang bayarin makanan nya, gimana lan?" Tanya Panji membujuk Arlan.
"Semuanya Reza bayarin deh! Yah, mau atuh yah?" Ucap Reza ikut ikutan.
"Gue juga gitu?" Tanya Zidan menunjuk dirinya sendiri.
"Buat lo bayar sendiri!" Seru Panji dan Reza bersamaan.
"Gaasik luh!" Seru Zidan mendengus sebal.
Panji dan Reza menatap kearah Arlan, berharap Arlan mengiyakan ajakan mereka dan tidak marah lagi kepada mereka.
"Oke!" Seru Bryan dengan wajah dibuat biasa saja, padahal aslinya mah seneng banget.
"Yaudah, gue mau bilang dulu sama pak kris" Ujar Arlan meninggalkan kelas.
"Yes!" Seru Panji dan Reza bertos ria dengan kedua tangannya. Zidan yang melihat itu, menatap aneh kearah mereka berdua.
"Stress lo berdua!" Serunya dan segera ikut menyusul meninggalkan kelas. Panji dan Reza pun tak lama pergi meninggalkan kelas juga.
Disisi lain, Arlan sedang berbicara dengan Geano di parkiran sekolah. Geano yang menunggu di samping mobilnya, melihat kemunculan Arlan menghampiri nya.
"Arlan" Sapa Geano saat Arlan mulai mendekat.
"Kris, aku ga ikut pulang yah" Ucap Arlan langsung ke intinya. Geano menautkan kedua alisnya, tidak mengerti dengan perkataan Arlan.
"Eh, maksudnya aku ga pulang bareng kamu hari ini, temen temen ngajakin buat main dulu, nanti pulang dianterin kok sama mereka" Jelas Arlan menjelaskan maksudnya.
Geano tampak diam sejenak, hanya menatap Arlan yang sedang menunggu jawaban darinya. Geano melihat di belakang sana, ketiga temannya mulai muncul dan menghampiri mereka.
"Kris?" Tanya Arlan masih menantikan jawaban Geano.
"Ya sudah, kamu boleh pergi. Tapi ingat, jangan pulang larut malam." Ucap Geano dengan tegas namun lembut.
Arlan pun mengulas senyumnya, menatap Geano dengan Senang. Arlan pikir, Geano akan keras dan tidak mengizinkan Arlan pergi. Namun, nyatanya pikirannya salah.
"Saya pergi dulu." Pamit Geano segera masuk kedalam mobilnya.
"Hati hati kris!" Seru Arlan melambaikan tangannya kepada Geano yang mulai mengemudikan mobilnya, meninggalkan sekolahan.
Panji, Reza dan Zidan yang sempat berhenti sejenak saat Arlan berbicara dengan Geano. Kini mereka segera menghampiri Arlan dengan cepat.
"Widihh, sekarang mah apa apa teh harus izin dulu keknya!" Seru Reza dengan cengiran khasnya.
"Gitu deh!" Ucap Arlan mengangkat kedua bahunya.
"Yaudah, ayok berangkat!" Ajak Panji kepada mereka. Panji, Reza, Zidan dan Arlan segera melesat meninggalkan sekolahan yang mulai sepi.
Tak jauh dari jarak parkiran, Gina berdiam diri disana memperhatikan Arlan dari saat Arlan menghampiri Geano, sampai Arlan pergi bersama teman temannya.
Gina menatap punggung Arlan yang mulai menjauh meninggalkan sekolah yang sedang di bonceng oleh Zidan.
Tak lama, dirinya pun segera pergi ke arah gerbang sekolah untuk menunggu jemputan, hingga sebuah mobil datang di hadapannya. Pintu terbuka lebar, dan Gina pun segera masuk kedalam dan berjalan pulang.
Di dalam mobil, Gina membuka ponselnya lalu mencari kontak Geano untuk di hubungi nya, setelah ketemu, Gina langsung saja menelpon nomor Geano saat itu juga.
"Halo?" Sapa Gina saat telepon tersambung dengan Geano.
"what's wrong with calling me?" Tanya Geano dari seberang sana.
"Kamu malam ini free ga?" Tanya Gina langsung ke intinya. Menunggu jawaban Geano dari dalam telepon.
"Saya masih ada sedikit pekerjaan yang harus saya kerjakan malam ini, sorry." Jawab Geano, menolak Aja kan Gina yang menurut Geano tidak terlalu penting.
"Ada yang ingin aku bicarain sama kamu, tentang hubungan kita. I'm waiting for 8 o'clock tonight at the regular cafe. Jangan sampai ga dateng" Ucap Gina kembali agar Geano mau menemuinya nanti malam.
Telepon di putuskan secara sepihak oleh Geano, Gina menatap layar ponselnya dan tersenyum tipis membuang wajahnya ke jendela mobil.
"Pak, bawa saya ke tempat kafe biasa" Ucap Gina kepada sang supir.
Sang supir hanya mengangguk mengiyakan perkataan Gina, menyetir mobil tersebut berjalan kearah kafe yang biasa Gina datangi.
Jam 8 malam, sesuai dengan permintaan Gina, Geano segera datang ke kafe yang biasa mereka berdua bertemu. Geano menghampiri Gina yang sudah menunggunya disana.
Geano duduk di kursi hadapan Gina yang diberi jarak oleh meja diantara mereka. Gina melemparkan senyumannya kepada Geano yang duduk di hadapannya dan sedang menatap ke arah Gina.
"Sebentar aku pesenin minuman buat kamu" Ujar Gina hendak beranjak dari duduknya, untuk memesannya minuman untuk Geano.
"No need. Saya tidak punya waktu banyak, sebaiknya kita langsung ke intinya saja." Tolak Geano membuat Gina menghentikan pergerakannya.
Gina duduk kembali di kursinya, lalu menghela nafas ringan sebelum mengucapkan tujuannya. Gina sedikit mencodongkan tubuhnya di depan Geano sambil menatap matanya lekat.
Disisi lain, Arlan dan ketiga temannya yaitu Panji, Reza dan zidan. Sudah 3 jam lebih mereka duduk di kafe sambil berbincang bincang ringan. Apalagi, Reza dan Panji mentraktir Arlan sebagai permintaan maaf mereka soal tadi.
Jadinya, Arlan dari tadi sibuk memakan pesanannya dengan khidmat dan sesekali mengikuti arah pembicaraan mereka.
"Eh, dah jam 9 nih, cabut yuk takut ada yang nyariin" Ujar Zidan sambil melihat jam di tangannya.
"Siap yang nyariin?" Tanya Reza menatap kearah Zidan penasaran.
"Yaelah, masa ga tau. Pak Geano lah, sapa lagi?" Sahut Panji sambil mengalungkan tangan kanannya di leher Reza.
"Ohh heeh, yaudah atuh hayuk pulang!" Ujar Reza saat ingat kondisi teman satunya itu, Arlan.
"Nanti dulu atuh, baru jam 9!" Seru Arlan menolak untuk pergi dari kafe tersebut.
"Lan, coba ama lu bayangin deh. Kalo pak Geano nyariin lu dan tau lu pulang tengah malem, gimana coba? Pasti gabakalan diizinin main lagi sok" Ujar Zidan mencoba membujuk Arlan.
Arlan terlihat berpikir sejenak, sebelum kepalanya mengangguk membenarkan ucapan Zidan. Melihat itu Zidan pun tersenyum tipis sambil membenarkan kacamatanya.
"Yaudah deh, ayo pulang!" Ajak Arlan, mereka pun segera beranjak dari duduknya dan mulai meninggalkan Kafe.
Malam ini, mereka mengantarkan Arlan sampai kerumah Geano. Yang jaraknya lumayan jauh dari arah kafe tersebut. Membutuhkan waktu hampir setengah jam lebih untuk sampai di rumah Geano.
Perjalanan jadi terasa lebih lama, namun disepanjang perjalanan mereka menikmatinya apalagi lampu lampu di kota Bandung menghiasi jalanan tersebut dengan lampu lampu yang menerangi kota tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlan [HIATUS]
Teen FictionArlan seorang murid yang mempunyai berbagai tingkah diluar nalarnya, dan suka bermanja manja itu, harus dipertemukan dengan seorang Guru baru yang terlalu banyak aturan selama mengajar di kelas. "berdiri kamu di depan, sampai jam pelajaran saya habi...