"Arlan? Kamu tidak apa apa?" Tanya Geano melirik sebentar kearah Arlan. Kini keduanya sedang berada di dalam mobil menuju arah pulang.
Yah, bagaimana Geano tidak bertanya, daritadi Arlan terus terdiam dan memalingkan wajahnya kearah jendela mobil. Biasanya Arlan akan mengajak Geano berbicara agar suasana tidak hening.
Namun kali ini keheningan itu menguasai suasana, Arlan membiarkan keheningan itu ada tanpa berniat untuk memecahkan keheningan.
"Arlan?" Tanya Geano sambil tangannya menggapai tangan Arlan. Namun, Arlan segera menarik tangannya saat tangan Geano mulai menyentuhnya.
"Gapapa" Jawab Arlan sambil menggelengkan kepalanya.
Mobil pun berhenti secara mendadak, membuat Arlan terperanjat kaget dan tangannya refleks memegang dashboard mobil untuk menahan tubuhnya.
"Kris!" Seru Arlan kaget sekaligus kesal.
"Kamu kenapa?" Tanya Geano menghiraukan seruan Arlan yang tampak kesal.
"Jawab saya, Arlan." Ucap Geano menekan setiap katanya. Arlan terdiam, menundukkan kepalanya tidak berani menatap Geano.
"Saya melakukan suatu kesalahan?" Tanya Geano berusaha sabar. Namun, hanya gelengan sebagai jawaban dari pertanyaan Geano.
Geano menghela nafas, lalu kembali mengemudikan mobilnya. Mungkin Arlan dalam mood tidak bagus, sebaiknya biarkan dia tenang dulu, pikir Geano.
Hingga sampai di pekarangan rumah, dan berjalan masuk kedalam kamar, Arlan tampak masih tidak ingin berbicara sedikitpun. Bahkan beberapa pertanyaan Geano pun dihiraukan nya.
"Arlan." Ucap Geano untuk kesekian kalinya, kini Geano menahan tangan Arlan agar tidak menjauh.
"Saya ada salah sama kamu?" Tanya Geano menatap wajah Arlan yang terus membuang mukanya.
"Tatap saya." Pinta Geano, tangannya menggapai wajah Arlan, menuntunmu untuk menatap Geano.
"Saya ada salah sama kamu?" Tanya Geano saat mata keduanya saling bertatapan. Arlan menggeleng pelan, menundukkan tatapan nya.
"Tolong bicara sama saya, Arlan. Jangan mendiamkan saya seperti itu." Pinta Geano menggenggam tangan Arlan.
Hening. Suara dering telepon terdengar dari ponsel Arlan. Buru buru Arlan segera menjauh dari Geano dan mengangkat teleponnya. Ternyata Zidan yang meneleponnya.
"Halo Dan!" Panggil Arlan saat telepon tersambung.
"Lo di rumah?" Tanya Zidan.
"Iya, baru sampe, lo dimana?" Jawab Arlan, menanyakan balik posisi Zidan.
"Depan rumah, baru sampe juga" Jawab Zidan masih menaiki motornya.
"Ada apa telepon?" Tanya Arlan menanyakan tujuan Zidan menelponnya.
"Ini buku matematika lo lupa gue kasih, ada di gue ini teh sekarang" Ucap Zidan menyampaikan tujuannya.
"Ohh, yaudah gapapa atuh... Besok kan masih ada tuh jam materinya, besok bawa aja" Ujar Arlan, agak heran sih Zidan menelponnya hanya perkara buku, biasanya tidak.
"Oke. Emm...lo gapapa kan?" Tanya Zidan sedikit khawatir terhadap Arlan.
"Its oke, i'm fine, gwenchana.. Gwenchana.. Hahaha!" Jawab Arlan dengan candaan.
"Euhh... Malah bercanda siah!" Seru Zidan.
"Da aku mah anak kuat" Jawab Arlan dengan tawa kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlan [HIATUS]
Teen FictionArlan seorang murid yang mempunyai berbagai tingkah diluar nalarnya, dan suka bermanja manja itu, harus dipertemukan dengan seorang Guru baru yang terlalu banyak aturan selama mengajar di kelas. "berdiri kamu di depan, sampai jam pelajaran saya habi...