Hari kedua di Belanda, Geano hanya diam saja seharian dikamarnya tanpa berniat untuk keluar dari sana. Gina dan ibunya pun tampak pergi keluar, entah urusan apa, mereka hanya bilang akan berbelanja saja.
Tapi siapa sangka, tiba tiba saja Geano dikejutkan oleh ibunya saat mereka sedang makan malam di ruang makan, mengelilingi meja makan.
"how can mom take this decision without my consent?!" Tanya Geano kepada sang ibu tentang mengambil keputusan nya tanpa persetujuan dari Geano.
"Geano.. " Ucap Gina pelan, namun di abaikan oleh Geano. Dirinya kesal, menatap sang ibu.
"Mama has decided for herself, you and Gina... will still get married next month" Jawab sang ibu dengan tenang, keukeuh mengambil keputusan sebelah pihak bahwa Geano dan Gina harus menikah bulan depan.
Mendengar hal itu, Geano langsung meninggalkan meja makan begitu saja tanpa sepatah katapun lagi. Dirinya sudah kesal dan marah dengan sikap sang ibu yang egois.
Geano frustasi, bagaimana dia akan menjelaskan semuanya kepada Arlan? Bagaimana dia akan menghadapi Arlan? Bahkan membayangkan nya saja, membuat Geano malu untuk menatap wajah Arlan nanti.
Disisi lain, saat tengah malam, Arlan masih asik menonton acara televisi di kamar Geano sendirian. Dirinya tidak bisa tidur, dan kebetulan besok adalah hari minggu.
Namun, tiba tiba saja pintu kamarnya terbuka lebar, seseorang masuk kedalam dan langsung memeluk tubuh Arlan dengan erat.
Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Arlan, tidak membiarkan Arlan melepaskan nya. Arlan yang bingung dan kaget pun tampak diam juga.
"Kris?" Tanya Arlan memecah keheningan.
"Biarkan saya seperti ini dulu Arlan, saya lelah." Ucap Geano tanpa melepaskan pelukannya.
Arlan pun kembali diam, membiarkan Geano memeluknya dengan erat. Arlan pun sudah lama tidak merasakan hal ini, dirinya menikmati pelukan Geano, perlahan mulai membalas pelukannya.
Tak lama, terdengar isakan kecil dari Geano yang membuat Arlan bingung dan panik. Perlahan bahu Geano mulai gemetar karena menangis.
"Kris, kenapa? Kamu gapapa?" Tanya Arlan dengan nada panik dan khawatir.
"Saya minta maaf.. Hiks!... Saya benar benar minta maaf, maafkan saya Arlan.... Saya salah.. Hiks!" Ucap Geano dengan suara tangisannya yang sedikit membuat Arlan bingung dan khawatir.
"Kamu kenapa? Kenapa nangis?" Tanya Arlan mencoba menatap wajah Geano. Tangannya memegang kedua pipi Geano dan menatap wajahnya dengan khawatir.
"Hiks! Maafkan saya Arlan.. " Isaknya dengan air mata yang mengalir di pipinya.
Arlan mengusap air mata Geano yang mengalir di pipinya. Ini pertama kalinya, Arlan melihat Geano menangis dan terisak seperti ini. Seperti menemukan sosok Geano yang lain, yang bersembunyi di balik sikap keras dan tegasnya itu.
"Saya.. Saya tidak tahu harus mulai dari mana... Hiks! Tapi saya tidak ingin kamu meninggalkan saya... Hiks! Can you stay with me? Hiks!" Ucap Geano dengan wajah menangis nya. Sedikit terlihat lucu bagi Arlan, apalagi mendengar rengekan Geano.
"Iya, iya... Aku sama kamu kok kriss... Tenang yah... Bicaranya nanti aja kalo kamu udah tenang.." Ucap Arlan, mengusap pelan pipi Geano.
Geano pun memegang salah satu tangan Arlan yang memegang pipinya, masih terisak menangis tanpa henti. Arlan pun tetap menenangkan Geano dengan sabar.
Tangan Arlan membawa Geano untuk merebahkan tubuhnya, menaruh kepala Geano di paha Arlan. Membuat Geano langsung menyembunyikan wajahnya di perut Arlan dan masih terisak.
"Can you stay away forever?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlan [HIATUS]
Teen FictionArlan seorang murid yang mempunyai berbagai tingkah diluar nalarnya, dan suka bermanja manja itu, harus dipertemukan dengan seorang Guru baru yang terlalu banyak aturan selama mengajar di kelas. "berdiri kamu di depan, sampai jam pelajaran saya habi...