4

557 49 7
                                    

Dewa tak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Yang pasti, itu kacau dan tak nyaman. Benar-benar meletus balon hijau.

"Hi! Are you ok?" seseorang tiba-tiba menegur Dewa yang masih berdiam di tempatnya. Seorang lelaki cantik dengan kulit mulus yang sekilas tadi terlihat olehnya di ballroom hotel dan juga malam sebelumnya bersama Pamela.

Sagara sedikit terheyak saat menyadari bahwa lelaki yang memakai batik hitam di depannya saat ini adalah orang yang mereka temui di mini market bersama Pamela malam itu, sang mantan kekasih, mas-mas mafia dalam imajinasi Sagara.

"Kami nggak sengaja lihat kalian tadi dari jauh. Sepertinya.... kalian bertengkar. Mas ini mantan pacarnya Kak Pam, kan?" Sambung Sagara denga sedikit bumbu rasa penasarannya.

"Ya, gitu deh," jawab Dewa hambar, "Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, kok." Tambahnya.

Lawan bicaranya mengangguk paham namun masih dengan sorot mata penasaran, dia tak melepaskan Dewa begitu saja.

"Saya Sagara dan ini Sea. Kami teman Kak Pamela." Lelaki itu dengan ramah memperkenalkan diri, sekali lagi hanya lelaki cantik itu yang bicara. Sedang lelaki yang bersamanya hanya mengamati dengan wajah datar dan mulut terkunci.

"Saya Dewa," balas Dewa.

"Kak Pam emang agak kurang ajar sih, tapi dia baik kok. Hehehe..." Ceteluk Sagara santai yang kemudian membuat Dewa tersedak ludahnya sendiri.

Pria tinggi besar bertato di sebelah Sagara yang malam sebelumnya adu tegang dengan nya yang diketahui bernama Sea itu langsung menyikut Sagara disertai pelototan mata penuh teguran setelah berbicara seperti itu.

"Maaf, Pak. Atas kejadian malam sebelumnya." Ujar Sea dengan sopan. Walau bagaimana pun, pertemuan mereka diawali dengan sesuatu yang tidak mengenakkan.

"Oh, nggak apa-apa, kok. Saya juga minta maaf. " Sahut Dewa lalu melayangkan senyum tipis.

"Dan juga, jangan peduli omong kosong Sagara." Klarifikasinya, "apa ada yang Bapak ingin sampaikan pada Bu Pamela?" tanya Sea dengan formal. Dari suara dan gerak-geriknya, Sea 180 derajat berbeda dari Sagara yang seperti sedikit pecicilan. Gerakan tubuhnya terkontrol dan punya pembawaan kuat dan berwibawa. Dewa seperti bertemu dengan orang dari kesatuan militer berhadapan dengan Sea.

"Begitu ya? Sampaikan maaf dari saya. Walau sudah terlambat, saya meminta maaf tulus dari hati dan semoga jika kami bertemu lagi, dia membiarkan saya menjelaskan diri."

Sea mengangguk kecil. Dia tidak tahu apa masalah sebenarnya antara Pamela dan juga lelaki yang berdiri di depannya ini. Yang pasti, malam setelah mereka bertemu, Pamela terlihat sedih dan marah. Tapi, saat Sea atau Sagara meminta Pamela bercerita, wanita itu mengatakan Dewa terlalu indah untuk dikenang.

"Baik, Pak. Sampai ketemu dilain waktu. Kami pamit." Lantas kemudian Ia menarik Sagara menjauh dari Dewa dengan langkah lebar. Seakan mencegah Sagara membicara lebih banyak pada Dewa. Walau dengan langkah sedikit terseok-seok karena diseret paksa Sea, Sagara tak lupa berpamitan pada Dewa dengan lambaian dua tangan yang lebar. Dilengkapi dengan teriakan 'Bubyee!' dengan suara besar pada Dewa serta senyum lebarnya yang ceria.

So adorable.

Dewa pulang dengan perasaan campur aduk.

Tak jauh berbeda dengan Dewa, perasaan Pamela juga kacau hari itu setelah dari resepsi Mas Gama yang tempo hari disebut oleh Nauval, kakak kelasnya jaman sekolah serta rekan bisnis keluarganya. Bertemu dengan Dewa di acara itu benar-benar tak pernah terpikirkan olehnya.

Bagi Pamela, Dewa benar-benar telah lenyap. Sepuluh tahun tanpa kabar dan berita, sedetik pun Pamela tak pernah menganggap Dewa itu masih bernafas di bumi Tuhan yang luas ini.

Never Really OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang