38

242 35 2
                                    

Satu tangan Dewa mengelus lembut rambut panjang Pamela yang terurai. Mereka duduk di ruang tamu apartemen Pamela, yang meski kecil, terasa hangat dengan nuansa abu-abu dan beige yang tenang. Aroma kopi yang tersisa dari sore tadi masih menggantung di udara, bercampur dengan sinar matahari sore yang redup, menembus tirai tipis jendela. Pamela sedang membuka kantong belanjaan yang Dewa bawa, sementara lelaki itu menatapnya dengan senyum tipis. Ketika Pamela mengetahui bahwa barang-barang itu diberikan oleh ibunya Dewa, seketika matanya berbinar, semangat membuka satu per satu isinya.

"Mama Abang bilang apa?" tanya Pamela yang masih sangsi pada wanita yang telah melahirkan kekasihnya itu. Nada suaranya sedikit bergetar, mencerminkan ketidak sabarannya namun juga ada kekhawatiran terselip di sana.

"Kamu bisa belajar pelan-pelan untuk kerudungan, bukan karena jadi calon istriku sih, tapi karena kamu mau berubah ke hal yang lebih baik saja." Pamela sedikit tenang mendengar itu, bukan sebuah paksaan. "dan juga, kalau sudah siap, mama berpesan untuk kita segera menikah." Tangan Pamela menggantung di udara, berhenti membuka oleh-oleh dari ibu Dewa. Ruangan terasa lebih hening saat itu, hanya terdengar deru pelan dari AC yang terus bekerja. Dia menatap lelaki yang mengenakan kaus santai itu dengan mata yang mulai bersinar. Pikirannya berputar dengan cepat.

"Abang mau?"

"Mau lah, Sayang. Kalau kamu sudah siap, abang akan bawa keluarga untuk hantar lamaran Mela." Pipi Pamela terasa panas saat mendengarnya. Dia senang mendengar lelaki itu mengucapkan nya langsung di depan nya.

Pamela merasakan wajahnya mulai panas. Kata-kata Dewa menyelinap masuk ke hatinya, membuatnya merasa senang dengan cara yang sulit ia jelaskan. Ini bukan pertama kalinya ada lelaki yang mengajaknya menikah. Berkali-kali Pamela menolak ajakan yang sama dari orang lain. Tapi saat Dewa yang mengatakannya, ada sesuatu yang meledak di dalam dirinya. Bahagia? Lebih dari itu. Hanya anggukan kecil yang mampu dia berikan, meski di dalam, perasaannya seperti berloncatan.

Pamela melanjutkan membuka oleh-oleh dari calon mertuanya. Satu kantong besar berisi snack ringan khas Malaysia, dua setelan baju tertutup beserta kerudung yang serasi, dan sebuah dress selutut berwarna putih dengan bordir cherry berlengan pendek. Ditambah tas selempang dan sweater merah muda yang lembut. Ibu Dewa memintanya memakai kerudung, tapi sepertinya tidak segebet itu, melihat dress selutut hadiahnya kini yang sedikit terbuka.

Pamela senang.

"Banyak banget," celetuknya yang kemudian melihat semua pemberian dari ibunya Dewa dengan teliti.

"Kata mama untuk sogok supaya kamu mau bertemu mama." canda Dewa.

Pamela langsung mendorong oleh-oleh itu sedikit menjauh, "Harus sekarang banget?" Dia menyukai oleh-oleh yang diberikan oleh ibu Dewa, walau dia bisa membelinya sendiri, apalagi dia sendiri juga baru kembali dari Kuala Lumpur. Namun barang-barang itu terasa istimewa untuknya karena itu adalah pemberian seseorang, ibu kekasihnya. Tapi dia juga tidak mau menerima oleh-oleh itu jika harus menemui ibu Dewa sekarang, dia masih belum punya keberanian.

Dewa tersenyum tipis, menatap gemas Pamela yang kini gugup "Tidak sekarang, tapi setelah Idul Adha mama akan ke sini lagi. Kalau sudah siap, Abang bawa Mela ketemu mama."

Pamela hanya mengangguk tidak menjawab jelas, Dewa mencubit gemas dagu Pamela dan menatap lembut tepat pada mata wanita itu. "Mana jawabannya?"

"Iya, mau, Abang. Bilang terima kasih sama mama Abang, ya. Pamela sudah dikasih banyak oleh-oleh dari Kuala Lumpur."

Pamela sebenarnya tidak banyak berharap pada ibunya Dewa, tapi melihat wanita itu memberinya oleh-oleh, dia prediksi calon mertuanya itu sudah sedikit melunak. Pamela tidak pernah menghadapi sosok calon mertua yang menentang nya sebelumnya, karena dihubungan sebelumnya, Pamela yang menolak anak-anak mereka. Rasanya kali ini beban Pamela lebih banyak, tapi dia juga mereka sedikit lebih baik karena Dewa berada disisinya.

Never Really OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang