36

274 32 7
                                    

Vote ya wakku!

[***]

Dewa tidak pernah berpikir bahwa saat sampai di apartemen Pamela, dia akan disambut oleh lautan manusia. Ada beberapa yang Ia kenal disana seperti asisten Pamela atau Sagara dan Sea, lantas itu tetap membuat Dewa kikuk setengah mati. Apalagi setelahnya mereka menatap Dewa dengan mata liar penasaran dengan senyum yang menggoda.

"Oooyyy....abang ipar datang nih," celetuk Sagara yang kemudian disambut riuh sorakan para manusia yang memenuhi apartemen milik Pamela.

Pipi Dewa terasa hangat, Pamela tergelak kecil dan mengajak Dewa masuk kemudian. "Kenalin ini pacarku, Teuku Sadewa." kata Pamela pada mereka dengan suara lantang namun juga sedikit malu-malu. Kali pertama dia secara resmi memiliki seseorang yang bisa Ia kenalkan sebagai pacar dengan bangga, lebih menakjubkan lagi kini ada sekumpulan orang yang disebut teman untuk diperdengarkan berita ini.

"Hai, Mas!"

"Pak Dewa, salam kenal!" seru mereka silih berganti.

"Salam kenal semuanya, saya Sadewa, pacarnya Mela." kata Dewa sopan membuat semakin riuh sorakan para manusia haus hiburan itu.

"Kiw...kiw...Mela nih ya, biasa juga Pampam. Aduh, panggilan sayangnya sok imut sekali." ledek Mikola yang malam itu juga ada di sana. Pamela jadi salah tingkah digoda berbagai macam oleh orang-orang itu.

Dari dulu sekali, memang hanya Dewa saja yang memanggilnya dengan sebutan Mela atau Mel, seperti kebiasaannya. Jarang sekali mendengar lelaki itu memanggilnya Pamela. Dan itu terasa hangat saat menyadari bahwa Dewa satu-satunya.

Sedang semua orang bersuka cita dengan kehadiran Dewa ditengah-tengah mereka semua, yang diperkenalkan dengan bangga oleh Pamela, Nauval menatap iri Dewa, sekaligus sedikit merajuk. Dia bangkit dan secara khusus mengenalkan diri pada Dewa.

"Aku Nauval," katanya kemudian berdehem kecil dan membenarkan letak kacamatanya.

"Salam kenal Mas Nauval, saya Sadewa."

"Huh!" balasnya mencebik bibir menatap sebal Dewa yang membuat tentara lajang itu bingung, apa yang salah hingga membuat lelaki berkulit putih bernama Nauval itu menatapnya tak senang.

Pamela langsung menyikut Nauval yang bertingkah, "Mas Sadewa makan apa sih bisa seganteng ini?" tanya Nauval diluar prediksi BMKG membuat yang mendengarnya tersedak tawa.

Nauval iri setengah mati dengan perawakan Dewa yang menurutnya sangat sempurna. Kalian tahu kan definisi lelaki maskulin maksimal? Nah! Itu tuh Dewa banget. Beda sekali dengan dia yang lebih mirip kutu buku, dengan tubuh kurus kerempeng, segala berkacamata dengan rambut seperti wibu yang kurang terkena sinar mentari.

Kalau cewek-cewek sekarang bilang, Dewa ini kayak gapura kabupaten, tinggi besar dan sangat gagah. Kulitnya tidak putih bersih kayak tuan putri sepertinya, kuning langsat namun tetap meninggalkan kesan kasar akibat terpapar matahari. Rambutnya dipotong pendek ala tentara yang sangat cocok untuk menunjang penampilan lelaki itu semakin paripurna. Ditambah malam ini lelaki itu memakai kaos polo warna hitam, makin-makin deh.

Kalau selera Pamela lelaki seperti Dewa, Nauval sudah ikhlas kalah jauh dan tertinggal, dia tidak akan bisa menyaingi Dewa. Seperti nama lelaki itu, dia benar-benar seperti Dewa.

"Nauval, apa sih?!" tukas Pamela yang juga ikut terkikik geli. Lelaki muda yang bergelut dibidang hukum itu memeluk Dewa dan merasakan tubuh liat lelaki itu sambil menekan-nekan kecil dengan ujung jarinya. dan dia takjub karena tubuh lelaki itu keras seperti bata. Tsk!

"Selamat bergabung ya, Mas Dewa. Tolong jaga Kak Pam kami yang kurang akhlak ini." pesannya.

Melihat Nauval memeluk yang Dewa, Sagara bangun ingin ikutan namun lebih cepat ditarik oleh Sea. "Kamu mau kemana sih? Jangan macam-macam deh." Sea tahu sekali akal bulus lelaki cantik keturunan Bali ini, suka sekali meluk-meluk cowok kekar untuk kesenangan rohaninya.

Never Really OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang