17

273 32 4
                                    

Langkah kaki Pamela, sang General Manager Luv The Hotel, membawanya ke Oasis Spa yang memang menjadi salah satu fasilitas yang dimiliki hotel berbintang itu, ada di setiap cabang Luv The Hotel di penjuru Nusantara. Yumna mengekori di belakang sambil membawa tab di tangannya.

Di balik pintu kayu kokoh berukir bunga emas, terbentang surga kedamaian yang Pamela cari. Langit-langit ruangan tinggi dihiasi lampu gantung kristal berkilauan, memantulkan cahaya redup dan menciptakan suasana magis. Dinding ruangan dilapisi kain sutra krem, memberikan kesan mewah dan berkelas. Di tengah ruangan, kolam kecil dengan air jernih dihiasi batu alam dan tanaman air menyegarkan mata. Suara gemericik air menenangkan jiwa, mengundang Pamela untuk menyelami kedamaian.

"Selamat datang, Ibu Pamela, Ibu Yumna." sapa wanita itu dengan suara lembut saat melihat dua orang terpenting di Luv The Hotel memasuki areanya dengan gestur menenangkan. "Saya Riana, Manager Oasis Spa."

Pamela membalas senyuman Riana sangat tipis hingga hampir tak terlihat jika bukan kalau Riana memiliki mata jernih tak berminus.

"Terima kasih atas sambutannya, Bu Riana." Yumna mengambil alih tugas ramah tamah. Itu seperti fungsi krusialnya saat kemana-mana bersama Pamela. Atasannya selain pelit senyum juga malas bicara dan tidak pandai melakukan nya. "Kami mau pijat dan body scrub Bu hari ini. Kebetulan Bu Pamela pegal-pegal, kurang tidur dan kelelahan." Jelas Yumna menyampaikan tujuan mereka ke ruang spa hari itu. Kali pertama setelah sekian hari mereka berdua menetap di hotel cabang Luv The Hotel itu.

Riana mengantar Pamela ke sebuah kursi santai rotan di dekat kolam. Aroma terapi lavender dan sereh menyapa penciuman Pamela, membangkitkan sensasi damai dan rileks.

"Oh, baik-baik." kata Riana santai, "Silahkan duduk dulu bu," tambahnya mempersilahkan dua wanita itu duduk. "Apakah Bu Pamela dan Bu Yumna ingin minum teh herbal sebelum memulai perawatan?"

"Ya boleh, terima kasih," jawab Yumna mewakili Pamela. "Teh chamomile untuk Bu Pamela dan Teh Hijau hangat untuk saya, tolong!"

Riana mengangguk dan beranjak ke meja resepsionis. Ia kembali beberapa menit kemudian dengan secangkir teh chamomile dan teh hijau panas dan sepiring kecil kue kering untuk dua wanita itu. Ada beberapa pelanggan wanita lain juga yang tengah di layani oleh terapis spa, namun khusus tamu naratama seperti Pamela dan Yumna, Riana sendiri yang akan menanganinya.

"Silakan dinikmati." kata Riana sambil meletakkan teh dan kue di atas meja kecil di samping kursi Pamela dan Yumna.

Pamela menyesap teh chamomile dan merasakan kehangatannya menjalar ke seluruh tubuhnya. Rasa lelah dan penat yang ia rasakan perlahan mulai memudar.

Semalaman dia tidak tidur karena sedang meninjau proposal yang diajukan oleh pamannya, lelaki itu meminta Pamela untuk mempelajarinya dan memberikan feed backnya secepat mungkin. Mereka akan mengembangkan lini bisnis perusahaan untuk menjadi lebih besar.

Seorang terapis wanita bernama Ririn lewat di depannya dan memberi senyum ramah. Riana langsung memberi tahu bahwa itu pegawai baru sp mereka.

"Pegawai baru?"

"Iya, benar, Bu Pamela." Jawab Riana, "Ririn masuk sebelum Bu Pamela pindah ke sini. Minggu depan akan menjadi waktu evaluasi pertama dia sebagai pegawai baru, Bu."

Pamela paham sekali jika pegawai sebuah perusahaan suka keluar masuk, mereka cenderung bekerja mencari pengalaman dan tidak akan bertahan lama. Tapi, bagian terapis dan juga resepsionis sudah beberapa kali buka rekrutmen untuk posisi yang sama dalam bulan berdekatan.

"Apa sebab pegawai sebelumnya resign? Terapis itu susah lho dicari." Keluh Pamela di akhir kalimatnya. Belum tentu semua orang mampu menjadi terapis spa yang akan berkutat dalam hal pijat-memijat, perlu warna dan juga ketelatenan dalam profesi itu.

Never Really OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang