7

396 39 0
                                    

Pamela membuka matanya, disambut oleh langit-langit putih bersih di atasnya, menandakan bahwa dia berada di kamar tidurnya di apartemen mewah di pusat kota. Lampu langit-langit, dengan desain modernnya, memberikan sentuhan kelembutan pada ruangan, menciptakan atmosfer yang hangat namun tetap memancarkan kesan elegan, seolah-olah ruangan itu sendiri menyiratkan ketenangan yang ditransmisikan oleh warna dan cahayanya.

Seprai berwarna krem netral dan bertekstur halus membungkus tubuh Pamela yang terasa letih dan lesu. Di sisi ranjang, lampu tidur kecil berwarna putih tulang dengan nuansa cahaya kuning keemasan yang lembut menyoroti tumpukan buku novel dan majalah yang tergeletak di atas meja kecil berwarna coklat tua di sampingnya. Dari jendela kaca tinggi dan lebar, cahaya kota metropolitan mulai merambat masuk, memberikan pemandangan yang indah dan memukau ke gedung-gedung pencakar langit yang menjulang bagaikan raksasa di sekitar apartemen. Langit pagi berwarna abu-abu muda bercampur dengan serpihan jingga dan merah muda yang indah, terlihat dari bawah sana, menandakan datangnya pagi yang baru.

Pamela terbangun dengan keadaan kepala yang berdenyut-denyut keras, seolah-olah dipukul berkali-kali. Seluruh tubuhnya terasa pegal-linu dan sakit, seperti diremas dan diremukkan, akibat tidur yang tidak nyenyak dan penuh dengan mimpi buruk semalam. Pamela tahu penyebabnya. Pikirannya masih terpaku pada masa lalunya yang kelam bersama Dewa, perasaan bersalah dan penyesalan yang membebani dirinya, dan pertemuannya dengan Mattheo dan Devide beberapa waktu sebelumnya yang membangkitkan kembali kenangan pahit dan luka lama.

Dulu, ada banyak hal tentang asmara yang ingin seorang Pamela lakukan, alami dan harapkan. Dia banyak memimpikan lelaki-lelaki hebat yang membuatnya jatuh cinta hingga bertekuk lutut. Ia senang dikejar walau pada akhirnya tidak ada yang berakhir baik. Setidaknya, ada kebahagian semu yang Ia rasakan. Dan sekarang, dia masih dikejar. Namun, Pamela sudah lelah.

Dia sudah muak dengan kebahagian yang seperti itu. Adakah Pamela menginginkan kebahagiaan yang kekal? Tidak juga sih. Pamela sudah lelah dari awal. Dia butuh jeda.

Semua energi negatif yang menumpuk dalam hati dan kepalanya berkumpul menjadi satu dan membuatnya susah memejamkan mata. Bahkan setelah dua gelas susu hangat sebelum merebahkan tubuh di ranjang, Pamela tetap tak mampu terlelap. Blog artikel di google telah menipunya. Minum susu dua gelas di tengah malam hanya membuatnya gemuk, tidak membantunya tidur lebih cepat sama sekali. Ck.

Tak kehabisan akal, Pamela mengambil buku sejarah yang berisi rentetan peristiwa menarik namun membosankan untuknya. Dia setengah mati membenci pelajaran sejarah. Maka, buku sejarah Ia gunakan sebagai pancingan yang membuatnya mengantuk. Namun, nihil. Dia bahkan terkejut mampu membaca hingga tiga lembar halaman tanpa rasa kantuk sama sekali. Hingga hitungan domba ke 1023 sekitar jam empat pagi mata dan pikiran Pamela mau diajak kerja sama untuk beristirahat.

Namun, dua jam kemudian matanya kembali terbelalak dengan sempurna. Panggilan yang merongrong dari ponselnya membangunkan Pamela dari tidur singkatnya. Itu Yumna, sekretarisnya di kantor. Dia bersumpah akan memotong sepuluh persen gaji Yumna jika dia menelfonnya dengan alasan tidak jelas pagi ini.

"S-selamat pagi, Bu. Eung...Maaf m-mengganggu..." Suara Yumna terdengar sedikit bergetar saat menyapa atasannya itu. Walau sudah lama bekerja untuk Nona Muda keluarga Adidaya itu, Yumna tidak akan pernah terbiasa dengan temperamen tinggi atasannya yang jutek minta ampun itu.

"Ck. Kamu tau jam berapa sekarang, Yumna?" tanya Pamela dengan suara yang masih serak namun kekesalan di nada suaranya masih bisa Yumna rasakan. Pamela mengerang kecil dan berdecak lidah yang membuat Yumna semakin sesak nafas di ujung sana. Atasannya tidak suka diganggu terlalu pagi. Jam setengah sembilan adalah waktu yang tepat untuk menghubungi wanita itu saat pagi hari. Dan selama bekerja untuk Pamela, Yumna baru dua kali melakukan kesalahan fatal membangunkan macan betina itu dari tidur paginya dan dia benar-benar kena amuk hingga pucat dan lemas tak bertenaga. Pamela memarahinya terus menerus seharian itu dan besoknya Yumna dipinta untuk cuti guna minggat dari pandangan wanita itu.

Never Really OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang