29

274 26 6
                                    

Pamela telah lama tak merasakan perutnya geli karena seorang lelaki, namun hadiran Dewa belakangan ini membuatnya mendapatkan perasaan itu lagi. Terlebih lagi setelah mereka memutuskan untuk kembali bersama. Seperti sore ini, seperti janji mereka yang akan bertemu dengan Dewa menjemputnya setelah bekerja. Melihat lelaki itu menunggu di lobi, membuat suasana hatinya bergemuruh, jantungnya berdegup kencang, bak remaja yang baru jatuh cinta.

Dewa diujung sana duduk dengan tenang di sofa lobi sambil memainkan ponselnya, dia memakai kaos polo berwarna hitam dipadu dengan celana jeans senada yang membuat ketampanan lelaki itu meningkat beberapa kali. Alis tebal lelaki itu menyatu saat fokus, itu membuat Pamela gemas setengah mati.

Mendengar ketukan hak tinggi yang mendekati nya, Dewa mengalihkan matanya dari ponsel ke sumber suara. Lantas tersenyum senang melihat perempuan cantik yang ditunggu nya sedari beberapa menit yang lalu itu muncul. Tubuhnya hari ini tertutup oleh setelan formal kerja yang membuat Pamela tampak benar-benar seperti wanita dewasa.

"Hai, sudah selesai?" sapa Dewa pada Pamela yang mendekat dan wanita itu mengangguk kecil sambil tersenyum tersipu.

Dewa merentangkan kedua tangannya dan menyambut Pamela dalam pelukannya, "Cewek jelek ku hari ini manis sekali." kata Dewa dengan jahil. Mendekap mesra gadis yang gemar merajuk itu, terasa hangat dan nyaman dalam pelukannya.

"Mulai deh...mulai!" Pamela menjawab sambil mencebik bibir, namun tetap saja membalas pelukan lelaki itu. Ia tak lupa menghirup aroma tubuh Dewa yang harum. Kadang ia penasaran, mengapa aroma tubuh lelaki itu begitu kuat. Tak hanya parfum, aroma sabun mandi juga masih tercium oleh Pamela saat ia mengendus kecil kulit leher Dewa

"Mau jalan-jalan dulu sebelum pulang?" Mereka beranjak keluar dari lobi Luv The Hotel sambil bergandengan tangan, membuat heboh beberapa staf yang melihatnya. Baru kali ini mereka melihat sosok Pamela dengan berbeda, ada senyum di wajah nya yang minim ekspresi saat bekerja. Belum lagi wanita dingin itu dijemput oleh lelaki hari ini.

Pamela menggeleng kecil. Hari ini, dia cukup lelah. Sebelum kedatangan Rio tadi, dia menghadiri dua rapat penting: satu dengan kepala divisi hotel dan satu lagi dengan petinggi perusahaan induk. Setelah Rio meninggalkan hotel, masih ada agenda welcoming party untuk peserta magang di hotelnya. Dia harus memberi pidato dan sambutan kecil kepada para pemagang muda yang energik dan bersemangat itu. Tak cukup sampai di sana, seorang pengelola hotel menghadapi tanggung jawab yang tiada akhir, ada laporan yang menumpuk yang harus Pamela baca dan tanda tangani setelah beberapa hari libur.

"Aku lapar, Dewa. Kita pesan makanan saja, ya?" keluh Pamela yang disetujui lelaki itu.

"Boleh, kenapa, Mela lelah sekali ya hari ini?" tanya Dewa sambil mengelus lembut ibu jari Pamela. "Besok Minggu libur, full istirahat saja ya, Bee." Pamela mengangguk malas dan mengikuti Dewa ke parkiran.

Pamela tidak berpikir muluk-muluk bahwa Dewa akan menjemputnya dengan mobil saat dia meminta lelaki itu menjemputnya. Rio sekilas tadi menceritakan bahwa kehidupan mereka di kesatuan TNI begitu sederhana, apalagi bagi prajurit yang masih lajang. Bukan berarti mereka tidak mampu; pemerintah telah memberikan gaji untuk kerja keras mereka dalam mengabdi pada negeri ini. Hanya saja, hidup di markas terasa monoton, sederhana, dan berputar di tempat yang sama.

Mereka tidak memerlukan kendaraan mewah, pakaian mahal, atau hal-hal lain seperti kebanyakan orang. Fokus mereka telah dipersempit untuk pekerjaan dan pengabdian.

Tapi sore ini, mengejutkan nya adalah, Dewa menjemputnya dengan mobil. Serta membuka pintu untuknya dan mempersilahkan dia masuk.

"Ini mobil siapa, Dewa?" tanya Pamela sangsi. Dia takut Dewa demi menjemputnya harus segala menyewa mobil atau meminjam mobil pada orang lain. Mobil BMW tipe yang mereka naiki sekarang ini bukan bisa dibeli dengan uang yang sedikit.

Never Really OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang