10

420 42 2
                                    

Beberapa hari berlalu tanpa adanya kontak antara Dewa dan Pamela. Meskipun Pamela aktif membagikan ceritanya di instagram, tidak satu pun dari postingannya yang direspon oleh Dewa. Media sosial lelaki itu pun tampak tak ada aktivitas. Kekecewaan mulai menyelinap ke dalam hati Pamela. Tapi kembali lagi, rasanya tak pantas merasa seperti itu. Dia dan Dewa telah lama berakhir. Adapun pesan pribadi beberapa malam sebelumnya hanya keusilan lelaki itu semata. Entah lelaki itu punya maksud tertentu atau tidak, Pamela tidak seharusnya peduli.

Kembali ke Jakarta, Pamela meresapi pekerjaannya dengan lebih serius. Keputusan terkait kepemimpinan sementara di Luv The Hotel Bandung, cabang yang membutuhkannya sebagai pemimpin, sedang dipertimbangkan oleh manajemen.

"Papa pikir kamu juga butuh suasana baru. Lagipula, tidak selamanya di Bandung. Sementara itu, Ambar juga butuh waktu untuk pulih," kata Djoko bijak sambil membenarkan posisi kacamatanya. Anak kebanggaan satu-satunya itu adalah calon salah satu penerus kerajaan bisnis hotel yang telah dibangun oleh mendiang ayahnya berpuluh tahun yang lalu. Walau punya watak keras dan susah diatur, Pamela sangat lihai dalam pekerjaan. Sedikit tidak berakhlak tidak ngaruh lah. Hehehe.

Yumna dan Adrian, asisten pribadi Djoko, menyetujui keputusan tersebut meskipun mendapat pelototan mata tajam dari Pamela. Meskipun senang dengan pemikiran pindah tempat, Pamela merasa bahwa berlama-lama di Bandung bukanlah ide yang baik. Dan alasannya? Jawabannya adalah Dewa.

Seorang profesional di bidang penggalian informasi, yang biasa dipekerjakan oleh keluarga Pamela, memberikan informasi terbaru tentang lelaki itu setelah diminta olehnya. Sang mantan kekasih, yang semakin matang dan paripurna itu saat ini bertugas di Kota Bandung, tepatnya di KODAM III Padjadjaran. Sudah dua tahun lamanya dia bertugas di sana.

Anehnya sesering apapun Pamela ke Bandung, dia tak pernah bertemu sang mantan cinta pertamanya itu. Namun, di Jakarta, tanpa sebab musabab mereka berkali-kali bertemu.

"Baik." jawab Pamela pendek.

"Baik apa, Nak? Kamu ini selalu seperti itu," tegur Djoko pada putrinya yang memiliki sikap cuek. Terkadang, tingkah lakunya membuat Djoko kesal. Hanya saat marah, Pamela sangat lihai dalam berbicara hingga bisa membuat buku setebal delapan bab. Namun, saat suasana hatinya baik, mulutnya sepertinya kekurangan energi untuk berbicara.

"Ck. Aku akan mengambil alih cabang Bandung sementara waktu." Ulang Pamela sambil menggelengkan kepala dengan malas.

Tanpa ingin berlama-lama di ruangan ayahnya, Pamela pamit keluar sambil menjinjing tasnya. Semakin lama disana, ayahnya itu akan banyak lagi bertanya. Apalagi sejak malam pertemuannya dengan Matheo, berkali-kali Djoko Tua Bangka Adidaya itu kepo dengan hasil nya, tapi Pamela pelit tidak berbagi informasi apapun. Menambah rasa penasaran aki-aki bandot itu saja.

Menuju lift, ia meminta Yumna untuk mencarikan tempat tinggal mereka sementara di Bandung, pastinya bukan di hotel lagi. Apartemen lebih praktis pikirnya, tentu lebih privat juga. Walau mungkin akan membutuhkan sedikit jarak dari tempat kerjanya kelak, itu tak akan masalah jika kenyamanan nya terjamin. Pamela sangat mementingkan hal itu.

Ting!

Pintu lift terbuka, dan perhatian Pamela dan Yumna beralih dari ponsel mereka. Seorang wanita yang beberapa hari lalu Pamela usir muncul dari dalam lift, membuat Pamela merasa tak nyaman. Anne Si Jalang tidak tahu malu.

Pamela pikir wanita itu sudah bertaubat atau paling tidak, tak lagi muncul di depan mukanya. Namun dia salah. Anne makin menjadi-jadi. Siang-siang bolong di tengah kota padat panas dan berpolusi ini, wanita tak tahu malu itu malah memakai stoking hitam tipis di kakinya yang jenjang, potongan dress tak sopan yang terbuka yang masuk ke dalam kategori seksoy ke kantor, terlebih ini adalah kantor perhotelan. Benar-benar diluar nalar.

Never Really OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang