12

352 30 1
                                    

Kalian ingat dengan Matheo yang beberapa saat lalu ditemui Pamela. Pagi ini lelaki itu sudah bertengger di lobi apartemen Pamela dengan setelan santai dengan secarik senyum hangat di bibirnya. Yumna yang menemui lelaki itu di bawah dibuat bingung saat melihat perawakan asing itu ada di lobi dan hendak menemui atasannya yang sangat menjaga privasi di ranah pribadinya.

Apa lelaki ini pernah bertemu dengan Bu Pamela sebelumnya? Kenapa dia tidak tahu? Sedang Pamela selalu mengenalkan lelaki di sekelilingnya pada dia. Dan kenapa lelaki itu tahu jika Pamela tinggal di apartemen ini dan berani datang kemari pagi-pagi. Pamela dan pagi selalu tak bersahabat.

Jujur, menjadi bagian dari keseharian majikan galak itu, Yumna sedikit terhibur dan penasaran dengan kehidupan asmara Pamela. Banyak lelaki yang mencoba mendekati anak tunggal Djoko Adidaya itu tapi tidak ada satupun yang sepertinya mampu membuat hati Pamela tergerak.

Entah itu hatinya tak tergerak atau Pamela terlalu sombong untuk mencoba menggerakkan nya.

"Saya Yumna, Pak. Asisten pribadi Bu Pamela." Yumna langsung mendekati lelaki yang duduk seorang diri di sofa lobi itu dan menyapanya dengan ramah.

Tentu hadirnya di depan Matheo tak lain tak bukan atas titahan Baginda Ratu Pamela, dengan pesan lugas dan jelas untuk mengusir lelaki itu dari sana.

"Saya ingin bertemu Pamela. Bukankah tadi dia yang menjawab telpon dari saya?" balas lelaki sopan sambil sekilas mengecek ponselnya, meniti bahwa dia tadi benar menghubungi nomor pribadi Pamela yang dengan susah payah Ia dapatkan dari relasinya.

Dia memanggil Pamela tapi kenapa yang muncul Yumna, asisten pribadi nya?

"Benar, Pak. Tapi saat ini Bu Pamela sedang berkemas barang untuk out station. Jadi saran saya, pertemuan bapak dan Bu Pamela bisa saya bantu reschedule-kan . "

"Saya tahu. Tapi apa kami tidak bisa menghabiskan waktu bersama pagi ini bahkan hanya dengan minum teh santai di kafe yang ada di ujung simpang? Ini cuma casual meeting aja kok, bukan pertemuan bisnis. I don't think I need a reschedule or whatever it is." tanya Matheo pada Yumna yang kini telah tersenyum sungkan sambil menggeleng kepalanya kecil.

Yumna memahami permintaan lelaki berkacamata bingkai hitam itu. Tapi dia tidak bisa banyak membantu.

"Maaf sekali mengecewakan, Bapak. Bu Pamela akan menolak tawaran itu." Atasannya tidak suka paginya diganggu. Apalagi dia sedang sibuk berkemas seperti sekarang. Yumna melanjutkan penjelasan nya yang kemudian dianggap angin lalu oleh lelaki di depannya.

Matheo mendengus sebal dan melayangkan tatapan tak senang pada Yumna yang dianggapnya terlalu sok tahu dan mengatur-atur. Namun, dia tahu bahwa tanpa izin dari wanita berkaos oversize dengan celana jeans panjang itu, sampai hari berganti bulan pun dirinya tak akan bertemu dengan Pamela.

"Saya tetap akan menunggu." Ujarnya tanpa mengindahkan arahan dari Yumna yang mengatakan bahwa pagi ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu Pamela.

Dia akan gagal memberi kesan pada Pamela hari ini jika mereka tak bertemu. Beberapa hari setelah mereka bertemu, tak banyak hal yang terjadi antara keduanya selain mereka kini terhubung di media sosial. Matheo sudah stress dengan tekanan dari ibunya yang terus mendesaknya untuk mendekati Pamela.

Matheo kembali duduk di sofa lobi sambil jarinya aktif mengetik sesuatu di ponselnya. Yumna berdiri tak jauh dari Matheo. Dia belum bisa kembali ke atas membantu Pamela berkemas sebelum lelaki itu benar-benar menghilangkan jejak di gedung ini.

Tanpa sadar waktu terus berlalu hingga bunyi dentingan lift berbunyi. Seseorang turun dari lantai atas. Otomatis mata Yumna langsung menghadap ke arah kotak lift. Begitupun dengan Matheo. Pamela keluar dari sana bersama Sea dan Sagara yang kiri kanannya memegang dua koper milik Pamela.

Never Really OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang