58

93 4 4
                                    

Sampailah mereka di cafe shop dan memesan makanan juga minuman.

Hening.
Hanya suara musik yg terdengar.

"tadi pagi gua ga ada niat gandengan sama luna rin"

arin melongo.
Bagaimana tidak terkejut, fadhel tanpa basa basi langsung to the point mengatakan kejadian tadi pagi.
Tapi arin masih diam, dia ingin fadhel sendiri yg menceritakan semuanya tanpa di tanya.

"gua udah lepas tetep aja dia kekeh pegang tangan gua, kalo ga percaya tanya aja tania" fadhel langsung diam.
Dia lupa arin belum tau kalau tania sudah tau hubungan mereka.

Pesanan mereka pun datang.
arin masih diam tidak menjawab.

"rin"

"apa?"
Jawab arin dengan sengaja tidak melihat ke arah fadhel, dia malah fokus dengan makanannya.

"udahan ya marahnya?"

Tidak menjawab.
fadhel pun menghela nafasnya pelan.

Setelah mereka selesai makan, mereka pun langsung pergi pulang.
Saat di cafe tadi dan sepanjang jalan mereka masih diam, tidak ada yg bicara sepatah kata pun.

Sebelum mengantar arin pulang, fadhel mampir ke minimarket terlebih dahulu.

Kalian mau tau dia membeli apa?
Yap.
Seperti yg di sarankan oleh sepupunya yaitu tania, fadhel pun membeli coklat.
Tidak, dia tidak hanya membeli satu atau dua coklat.
Melainkan 2 pack coklat.

arin berfikir untuk apa fadhel membeli coklat sebanyak itu, tapi arin hiraukan tidak mau bertanya.

Sampailah mereka di rumah arin.
arin pun turun di ikuti oleh fadhel.

"kenapa? Mau mampir?" kata arin sambil membuka helmnya dan mengerutkan keningnya.

"buat lu" fadhel menyodorkan bingkisan yg tadi ia beli di minimarket.
arin masih mengerutkan keningnya semakin heran.

"buat gua?"
fadhel pun mengangguk iya.

"sebanyak ini?"
fadhel mengangguk lagi.

"lu mau bikin gua sakit gigi?"

fadhel menganga.
"engga"
"kata google coklat bisa balikin mood"

"yaudah thanks"
Malas berdebat, arin pun menyudahi pembicaraan sembari mengembalikan helm.

dep

arin kaget bukan main.
tanpa aba aba fadhel langsung memeluk tubuh arin.
Wajah nya pun tertutup tubuh fadhel.

"udahan ya marahnya, gua gasuka lu diemin gini. Besok gua bilang ke luna kalo gua udah punya lu"

plak

arin menggetok punggung fadhel pelan.

"jangan"

"kenapa?"

"nanti yg lain tau kalo kita pacaran"
jawab arin sambil berusaha melepaskan pelukannya dari sang kekasih tetapi hasilnya nihil, fadhel malah mempererat pelukannya.

"ya emang kita pacaran"

"tapi kan kita udah sepakat buat ga ngasih tau siapa siapa kalo kita pacaran"

fadhel menghela nafasnya pelan, sangat terdengar di telinga arin.

"udah lepasin"

"gamau"
ah wajah fadhel sangat lucu, sayang arin tidak bisa melihatnya.

"lepas nanti ada yg liat"

"tapi udah ya marahnya"
Tidak menjawab.
arin masih diam dengan pertanyaan ini.

FADHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang