34.

641 40 0
                                    

happy reading
____________________

Nathan berniat membuat minuman chocolate, dia pergi ke dapur untuk membuatnya. Tiba-tiba ada lengan melingkar di perut nya, nathan sidah hafal dari aroma parfum nya yang sangat memabukkan ini.

"Kau sedang apa?" tanya leon sembari menumpukan kepala nya di bahu nathan.

"Membuat hot chocolate, kau mau?"

"Tidak." leon menciumi leher dan tengkuk nathan, membuat pemilik tubuh tersebut merasakan geli.

"Hentikan leon!!" ucap nathan seraya berbalik, pelakunya hanya diam sambil mengulum senyumannya. Wajahnya sangat menyebalkan ingin sekali nathan memukulnya.

Nathan membawa gelas yang berisi hot chocolate dan membawanya kembali ke lantai atas, sebelum sampai ke kamarnya leon lebih dulu menariknya untuk memasuki kamarnya.

"Di kamarku saja."

Nathan mendengkus lalu berjalan ke arah TV, menyalakan nya lalu duduk di sofa yang tersedia, nathan meletakkan gelasnya di meja lalu menyenderkan punggungnya pada sofa.

Leon pun ikut duduk di samping nya, berbaring dan menggunakan paha nathan sebagai bantalannya. Nathan menatap wajah leon yang sedang tiduran di pahanya

Tangan nathan reflek mengelus rambut leon yang terasa lembut di tangannya. Nathan mengalihkan atensenya ke arah TV ia mulai memilih film mana yang akan dia tonton, dan pilihannya jatuh kepada film bergenre action.

Leon dan nathan menikmati film tersebut, tanpa terasa film tersebut sudah berada di penghujung cerita.

"Xai?"

"Hm?" nathan menjawabnya dengan gumaman, tanpa mengalihkan pandangan nya dari TV.

"Kau sudah menemukan orang yang membunuh orang tua mu?"

Usapan di rambut leon terhenti, "Belum" jawabnya dengan gelengan, "Ini cukup sulit jadi mungkin butuh beberapa waktu lagi, kenapa kau menanyakan hal itu?"

"Tidak apa-apa aku hanya ingin bertanya." Leon melirik jam dinding "Ngomong-ngomong tawaran kemarin masih berlaku." leon menarik turunkan alisnya menggoda nathan.

"Tidak perlu." tolak nathan mentah mentah sembari menatap leon malas. Pria di dekatnya ini sangatlah mesum pikirnya, ingin rasanya mencabik cabik wajahnya, namun sayangnya wajah itu terlalu tampan. huh mengesalkan saja

"Yasudah, aku akan kembali ke kamarku." ucap nathan semabari beranjak dari duduknya. Saat nathan hendak berjalan keluar, leon menariknya mendudukan nya di pangkuan nya.

"Tidur disini saja." perintahnya.

"Tapi aku harus-"

Leon langsung memotong ucapan nathan, "Tapi apa hm? kau harus minum obat terlebih dahulu sebelum tidur iya?" Leon khawatir "jangan terlalu tergantung dengan obat itu. Apa kau mau mencoba tidur tanpa itu?"

"Dari mana kau tau?"

"Aku pernah melihat obat di atas nakas dekat tempat tidur mu." jawab leon ah sepertinya nathan pernah lupa tidak menaruhnya kembali ke tempat asalnya.

"Aku pernah mencoba nya namun tak bertahan lama, hanya beberapa hari." ucap nathan lesu

"Baiklah mari coba yang ini." leon mengecup pipi nathan singkat, lalu membawa nya untuk tidur di kasur miliknya. Membenarkan selimutnya terlebih dahulu lalu, mulai memeluk nathan. "Tidurlah, aku disini, jangan takut mimpi burukmu hadir kembali." bisiknya rendah.

Yang nathan rasakan adalah kenyamanan, nyaman berada di posisi nya saat ini, di pelukan leon. Nathan mulai memejamkan matanya mencoba untuk tidur. Leon terus mengusap pelan pucuk kepala nathan, sesekali menciumnya.

Story of Fake Boy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang