19. WRU Jen?

739 92 16
                                    

Jennie sedang berusaha fokus pada jalanan sambil sesekali memperhatikan titik lokasi yang Lisa kirim. Ia ingin secepatnya sampai karena sepertinya Lisa sangat membutuhkannya. Selain itu, perasaan cemas juga mulai menyelimutinya. Ia bahkan harus mengabaikan pesan sekaligus telepon dari Jisoo dan Rose karena tak ingin fokusnya terganggu.

Jennie menepikan mobilnya saat titik lokasinya mengharuskannya berjalan kaki melewati gang sempit. Sebelum ia turun dari mobil, ia menyempatkan diri untuk membaca pesan dari Jisoo dan Rose.

Keningnya berkerut heran saat kakak beradik itu menyuruhnya berhati-hati dan segera pulang. Mungkin saja mereka mengkhawatirkannya karena ia tak kunjung sampai ke rumah mereka.

Jennie memilih membalas pesan Rose saja karena isi pesan mereka kurang lebih sama.

"Bentar ya, kak Jen masih mampir ke suatu tempat dulu," balas Jennie sambil mulai memasuki gang sempit itu. Suasana sepi tak membuatnya merasa takut karena satu lampu di ujung gang tersebut sudah mampu menerangi jalannya.

"Ke mana kak?" Jennie kembali membaca pesan Rose.

"Ke tempat Lisa."

Setelah pesan itu terkirim, Jennie kembali melanjutkan langkahnya sambil membuka titik lokasi Lisa. Ia mengangkat ponselnya tinggi-tinggi saat sinyal ponselnya mendadak hilang. Mau tak mau, ia harus mundur beberapa langkah untuk mendapatkan sinyal.

Di langkah terakhir, punggungnya tak sengaja menabrak seseorang. Jennie hendak menoleh namun orang tersebut sudah lebih dulu membekap mulutnya dengan kain berisi obat bius. Jennie ingin memberontak namun tenaganya tentu tak sebanding dengan orang itu terlebih efek obat bius membuatnya semakin melemah. Kesadarannya pun perlahan menghilang seiring kuatnya bekapan orang itu.

.....

Lisa mengetuk cepat ponselnya ke atas telapak tangannya berulang kali. Hatinya tak tenang menunggu Rose yang tak kunjung memberinya kabar. Ia mengecek jam di ponselnya. Sudah lewat dari 15 menit. Mungkinkah Jennie sudah sampai namun Rose tak sempat menghubunginya karena sudah sibuk dengan makanannya?

"Gimana?" Pada akhirnya Lisa memilih menelepon Rose.

"Gimana apanya?"

"Jennie udah sampe rumah lo?"

"Kak Jen bilang dia ke tempat lo dulu."

Lisa mengerutkan keningnya. "Hah? Gak ada Jennie di sini."

"Mungkin masih otw? Kak Jen bilangnya sih lima menit yang lalu."

Lisa berdecak pelan. Ia jadi semakin was-was karena Jennie malah ingin menemuinya.

"Coba chat ulang."

"Udah. Hpnya gak aktif."

Tanpa memberikan jawaban lagi, Lisa memilih memutus panggilannya. Ia beranjak dari tidurnya dan keluar dari kamarnya dengan perlahan. Tangannya berpegangan pada dinding karena kepalanya masih pusing. Nyeri akibat tendangan Adrean tadi juga masih terasa sakit apalagi saat ia bergerak.

"Gimana, Li?" Kookie yang baru saja duduk di ruang tamu harus kembali berdiri untuk membantu Lisa.

"Katanya Jennie mau ke sini."

"Dari tadi gue nungguin lo di jalan sampe gue nyusul ke sini gue gak ketemu nona Jennie tuh," ujar Kookie sambil mulai merangkul bahu Lisa. Mereka keluar rumah menuju mobil Kookie.

"Gue udah yakin kalo ini ulah ayah yang mungkin ngaku-ngaku sebagai gue dan minta Jennie buat ketemuan di tempat lain."

Mereka mengecilkan volume suara mereka karena beberapa tetangga masih sibuk bercengkerama di luar rumah. Sesekali Lisa tersenyum tipis pada tetangganya. Ia mengaku minta di antar ke dokter ketika di tanya mengapa Kookie memapahnya.

I Hate HospitalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang