11. Gue takut

918 118 12
                                    

Lisa membuka matanya perlahan. Ruangan serba putih dan bau obat yang menyeruak sudah membuatnya paham di mana ia berada sekarang. Tangannya menyentuh pelan perban yang melilit kepalanya. Ia memutar bola matanya saat mengingat ada orang tak bertanggung jawab yang menabraknya dari belakang.

Ia memaksakan diri untuk bangun dari posisi tidurnya meskipun kepalanya pusing bukan main. Matanya melihat dua bayangan seseorang yang ia kira ayah dan ibunya. Sayup-sayup ia juga bisa mendengar suara mereka.

Nafasnya memburu saat ia sudah berhasil duduk. Mengatur nafasnya sejenak, ia turun dari ranjang. Tangannya bertumpu pada ranjang dan tiang infus. Ia berjalan perlahan ke arah pintu sambil berusaha mengabaikan kepalanya yang semakin sakit. Ia sungguh penasaran mengapa kedua orang tuanya tak masuk saja.

Semakin dilihat dan didengar, Lisa bisa menyimpulkan jika kedua orang tuanya sedang beradu argumen. Kenapa? Itu yang ada di benaknya sekarang. Yang ia tau kedua orang tuanya selalu mesra dan tak pernah bertengkar. Ayahnya selalu bisa mengambil jalan tengah saat permasalahan menimpa keluarga mereka. Tapi kenapa kali ini berbeda?

Lisa membuka pintu ruang rawatnya dengan perlahan. Ia mengintip di balik pintu. Bisa ia lihat ibunya sedang menunduk sambil menangis sementara ayahnya menatap ibunya marah.

"Aku tidak sudi menerimanya!" ujar Adrean tegas.

"Bukannya mas sudah sangat menyayangi Lisa?"

"Itu karena aku mengira dia anak kandungku dan ternyata kau menipuku!"

"Tak bisakah mas menganggap Lisa sebagai anak kandung kita?"

Plakkk

Tanpa pikir panjang, Adrean menampar pipi Alice. Tamparan pertama sejak pernikahan mereka. Ia sudah sangat kecewa kepada istrinya.

"Jawabannya jelas tidak! Kau benar-benar membuatku kecewa Alice. Kenapa kau setega itu menyelingkuhiku? Apa aku sangat kurang dimatamu?" Adrean mendudukkan dirinya di kursi tunggu. Ia mengusap wajahnya frustrasi. Ia benar-benar tak siap dengan cobaan bertubi-tubi yang menimpa keluarga mereka.

Alice berjongkok lalu menggenggam tangan Andrean. "Aku tidak mengkhianatimu mas."

"Bullshit!" Adrean menepis kasar tangan Alice lalu beranjak dari duduknya.

"Mas maafkan aku. Aku tidak sengaja. Aku tidak bermaksud melakukannya dengan pria lain. Aku dijebak."

"Dijebak? Entah drama apa lagi yang akan kau mainkan. Aku tak mau dibodohi lagi olehmu. Harusnya dari awal aku sadar jika Lisa memang bukan anakku karena kami memang tidak memiliki kemiripan."

"Mas," Alice berusaha menahan Adrean yang hendak pergi namun tenaganya kalah kuat dengan tenaga Adrean. Ia jatuh terduduk di lantai rumah sakit karena Adrean mendorongnya.

"Ibuuu."

Lisa sudah tidak tahan lagi melihat ibunya diperlakukan kasar oleh ayahnya. Ia berjalan kelimpungan lalu jatuh di pelukan ibunya.

"Lisa? Sejak kapan kamu di sini nak? Gimana kondisi kamu?" Alice menangkup wajah Lisa khawatir.

Lisa hanya menjawabnya dengan gelengan. Air matanya mulai mengalir terlebih saat melihat luka di sudut bibir ibunya.

"Ini pasti sakit," Lisa mengusap lembut pipi Alice. "Ibu kita masuk yuk!" ujar Lisa dengan senyum yang berusaha ia paksakan.

Alice menggeleng lalu menatap lurus ke arah dimana Adrean pergi. "Ibu harus membujuk ayah dulu."

I Hate HospitalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang