"Ayah."
Lisa memasuki rumahnya yang kembali berantakan akibat ulah Adrean. Ia juga melihat barang-barangnya berserakan di ruang tamu.
"Oh masih inget pulang? Padahal barangmu hendak kubuang."
Lisa menghela nafas sejenak sebelum menampilkan senyumnya. "Nanti bakal Lisa beresin. Kita makan dulu yuk, Yah. Lisa bawa banyak makanan enak."
"Tumben."
Lisa mengesampingkan semua barang yang berserakan di tikar. Ia menata rantang pemberian Minho dengan rapi. Tak lupa ia mengambil air, piring dan sendok untuknya dan Adrean.
Mereka duduk berhadapan dan mulai makan dengan tenang di atas tikar. Rantang bawaan Lisa berisi penuh makanan. Lisa yakin sampai besok pun makanan ini tak akan habis.
"Ayah selama tiga hari ke depan, apa Lisa boleh menginap di rumah Kookie? Lisa butuh istirahat."
"Mengapa tidak sekalian angkat kaki dari sini?"
"Ayah," Lisa menjeda ucapannya dan mengambil sejumlah uang di sakunya. "Ini cukup kan buat tiga hari ke depan?"
Adrean mengambil uang itu dengan kasar. Ia menghitung nominalnya sampai akhirnya ia mengangguk setuju. 900 ribu untuk tiga hari cukup lah ya?
"Berarti boleh kan?"
"Lebih dari tiga hari barangmu akan kubuang."
Lisa mengangguk mengerti. Tak apa jika ia harus merelakan uang tabungannya agar bisa bedrest sesuai dengan permintaan Jennie karena tubuhnya memang benar-benar butuh itu. Ia butuh jauh sejenak dari sumber sakitnya.
Jauh dari ayah sebentar aja gak papa kan, Bu?
....."Lisa!"
Seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan Lisa dengan sebuah pelukan hangat. Ia juga mencium dahi Lisa lama dengan penuh kasih sayang.
Namanya Airin. Ibunda Kookie. Sahabat sekaligus dokter yang merawat ibunya dulu.
Mata Lisa berkaca. Setiap momen ini terjadi, ia selalu teringat dengan ibunya. Tatapan hangatnya, sentuhan lembutnya dan senyuman tulusnya selalu membuat Lisa seolah berada di rumah. Ia selalu merasa aman dan nyaman saat berada di rumah ini. Jika boleh memilih, Lisa ingin tinggal di sini lebih lama.
"Bunda kangen sama kamu," ujarnya sambil mengelus lembut surai Lisa.
"Lisa juga."
"Yaudah ayo masuk!" Airin hendak menarik Lisa masuk namun tangannya tanpa sengaja menyenggol luka di perut Lisa. Secara otomatis Lisa menghindar sambil meringis pelan.
"Kenapa sayang?"
"Kenapa Li?" Ibu dan anak itu bertanya secara bersamaan. Mereka menatap Lisa khawatir.
Lisa mengerucutkan bibirnya. "Perut Lisa luka, Bun," adunya dengan wajah yang ditekuk. Ini yang paling ia sukai saat di rumah Kookie. Ia bisa menunjukkan semua perasaannya tanpa harus ada yang ditutup-tutupi. Tidak ada Lisa yang cuek, dingin dan kaku. Kepribadiannya seolah berubah menjadi periang, lucu dan sedikit manja akibat kenyamanan rumah ini.
"Kok lo gak cerita, Li?"
"Kita masuk aja dulu ya. Sekalian bunda cek luka Lisa sambil Lisa cerita," ujar Airin menuntun mereka masuk ke ruang tamu.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate Hospitals
RandomSistership Jennie x Lisa Jennie seringkali iri dengan kedekatan Jisoo dan Rose (adik kandung Jisoo). Jennie juga ingin memiliki adik. Ia berharap dengan hadirnya Lisa, ia bisa merasakan figur adik seperti yang Jisoo rasakan. Tapi nyatanya, Lisa tida...