23. Not her Fault

859 107 11
                                    

"Maaf nona, apa nona hendak menginap?" tanya satpam tersebut sambil memindai penampilan Lisa.

Lisa tentu terkejut saat seorang satpam menghalanginya untuk masuk ke dalam lobi. Sebenarnya ia tak merasa tersinggung karena ia juga merasa pakaiannya sekarang kurang layak untuk memasuki hotel bintang lima tersebut.

Baju putihnya yang rapi menjadi kotor karena terciprat genangan air di jalan tadi. Bukan hanya bajunya, celana hitamnya juga bahkan lebih parah. Jika saja ia tidak terburu-buru, ia ingin sekali melemparkan batu ke kaca mobil lamborghini tersebut.

"Siapa sih tadi? Gak punya mata atau gimana? Percuma kaya kalo gak punya etika," Lisa membatin kesal dalam hati.

"Saya hendak melamar pekerjaan, pak."

"Maaf nona, saya tidak bermaksud menyinggung Anda tapi alangkah baiknya Anda berganti pakaian dulu."

"Tapi---"

"Kalau begitu biar saya saja yang menyerahkan surat lamaran Anda ke pihak HRD," usul satpam tersebut.

Lisa menggeleng pelan karena Rose sendiri melarangnya menyiapkan surat lamaran kerja. Rose menyuruhnya langsung menuju resepsionis dan katanya, Lisa akan langsung bekerja tanpa seleksi apa pun.

Satpam tersebut mengerutkan keningnya heran. Raut wajahnya yang tadi ramah berubah menjadi serius. Mungkin ia curiga kepada Lisa dan menganggap Lisa penipu.

Lisa akhirnya terpaksa mendial nomor Rose karena ia tau satpam tersebut tidak akan membiarkannya masuk. Sebenarnya tadi Rose hendak mengantarnya namun Jisoo sudah menyuruhnya untuk pulang tepat waktu. Lisa juga sebenarnya tak enak menelpon karena ia takut mengganggu kebersamaan Jisoo dan Rose. Ia tentu tau jika Jisoo tidak menyukainya.

"Kenapa, Li?"

"Rose sorry. Baju gue kotor jadi gue---"

"Tinggal ke resepsionis. Ntar lo dikasih seragam."

"Tapi Rose. Seriusan ini kotor banget. Gue takut---"

"Lo lewat belakang aja. Gue bakal chat staff gue."

"Tapi---"

"Sekali lagi lo bilang tapi, gue susulin lo ke sana."

"Jangan."

"Yaudah gak usah kebanyakan tapi."

Tuttt

Rose memutus panggilannya sepihak. Lisa tau jika temannya itu kesal karena sejak awal Lisa memang susah dibujuk untuk bekerja di sini. Banyak sekali alasan yang Lisa lontarkan namun Rose lebih bisa membujuk Lisa.

"Mbak Lisa?" Lisa mengangguk saat namanya dipanggil.

"Mari ikut saya." Seorang staff wanita mengarahkannya untuk masuk melewati pintu khusus karyawan. Ia juga langsung menjelaskan apa saja yang harus Lisa kerjakan.

"Kalo ada apa-apa samperin gue aja ya Lis soalnya mbak Rose udah nitipin lo ke gue," ujarnya setelah menyerahkan sepasang seragam pada Lisa. Mereka memilih berbicara lebih santai setelah mengetahui jika mereka seumuran.

"Mbak Rose?"

"Iya semua karyawan di sini manggilnya mbak Rose. Beliau gak mau dipanggil ibu."

"Oke."
.....

Rose mendengus kesal saat acara hang out berduanya bersama Jisoo harus terganggu. Staffnya bilang ada seseorang yang secara langsung mengancam keamanan hotel mereka. Rose awalnya tak terlalu menggubrisnya namun saat nama Lisa disebut, Rose langsung melajukan mobilnya menuju hotelnya.

"Jay?" Rose cukup terkejut saat Jay duduk di sofa tamu yang ada di ruang kerjanya, lebih tepatnya ruang kerja daddynya ditemani salah satu staffnya. Sebenarnya hotel ini belum menjadi miliknya. Ia masih dalam fase belajar namun setiap ada permasalahan, dialah yang akan turun tangan. Jika ia tak mampu, barulah daddynya yang turun tangan.

I Hate HospitalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang