Lisa rasa mungkin atasannya mengira ia tidak profesional karena baru saja bekerja, ia harus izin karena sakit. Tapi ini sudah beberapa hari sejak cuti liburnya. Jika ia memang akan dipecat, mengapa tidak dari kemarin-kemarin?
Sambil menghela nafas, ia memasukkan gaji beberapa harinya itu ke dalam tasnya. Sekarang waktunya untuk mencari pekerjaan baru.
"Mau ke mana lo?" Kookie yang hendak memfotocopy dokumen berhenti sejenak saat melihat Lisa menaiki motornya.
"Cari kerja."
"Bukannya ini masih jam kerja lo ya?"
"Gue dipecat."
"Kok bisa? Lo bikin salah apa?"
Lisa mengedikkan bahunya. "Mungkin karena gue libur duluan?"
"Sumpah aneh banget. Gak mungkin lah kayak gitu. Kalo alasannya logis, bos gak mungkin segampang itu pecat karyawan apalagi kemarin lo kirim surat dokter kan?"
Lisa kembali mengedikkan bahunya sebagai respons dari ucapan Kookie. Ia juga sebenarnya bingung mengapa ia bisa dipecat. Tapi ia tak ingin memikirkan hal itu lebih jauh. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah bagaimana cara mendapatkan pekerjaan baru secepatnya.
"Ntar gue tanyain loker ke temen-temen gue deh."
Lisa mengangguk saja dan mulai melajukan motornya dengan sedikit pelan sambil memperhatikan sekitar. Ia berharap mungkin ada semacam spanduk atau brosur lowongan pekerjaan di jalan yang ia lewati.
Harapannya ternyata menjadi nyata. Ia melihat brosur lowongan pekerjaan tertempel di kaca sebuah kedai sederhana yang pengunjungnya lumayan ramai. Lisa memarkirkan motornya dulu untuk membaca lebih detail persyaratan yang ditentukan.
"Lulusan SMA/ sederajat? Udahlah coba dulu sapa tau lolos," batinnya sambil kembali menuju motornya.
Saat hendak menaiki motornya, pandangannya mengunci pada sesuatu yang ada di seberang. Di sana ada Jennie yang baru keluar dari minimarket dengan setelan formalnya. Rambutnya digerai dengan kaca mata hitam yang membuat Lisa tak tahu apakah Jennie juga melihat ke arahnya.
Lisa tak mau terlalu percaya diri meskipun wajah Jennie seperti menghadap ke arahnya.Lisa tidak terkejut saat melihat Jay berada di belakang Jennie sambil menenteng sebuah kantong plastik. Mungkin saja Jennie mengangkatnya sebagai asisten pribadi karena di bar, Jay lumayan dekat dengan Jennie dan Jisoo.
Jennie memasuki mobil porsche berwarna hitam setelah Jay dengan sopan membukakan pintunya. Tak lama setelah itu, sekitar lima bodyguard yang awalnya tak Lisa perhatikan juga masuk ke dalam mobil sedan di belakang mobil Jennie.
Jika seperti ini, rasanya perbedaan kasta mereka memang sangat jauh. Lisa jadi semakin yakin untuk tak lagi terlibat dengan Jennie. Ia tinggal menabung untuk mengembalikan apa yang sudah Jennie berikan.
Untuk masalah kemarin, biarlah Jennie membencinya tanpa mengetahui kebenarannya. Setidaknya sekarang Jennie terlihat baik-baik saja terlebih ada banyak orang yang menjaganya.
Andai sejak awal penjagaan Jennie seketat ini, Lisa tidak perlu bersusah payah melindunginya dari Adrean.
.....
Lisa mengoleskan banyak foundation untuk menutupi memar yang memenuhi wajahnya. Ia melihat pantulan wajahnya di cermin. Sejujurnya ia jarang sekali menggunakan hal seperti ini tapi memar di wajahnya tak bisa tertutupi hanya dengan menggunakan masker.
Ia berharap semoga wajahnya tidak terlihat aneh.
Semalam Adrean mengamuk karena Lisa hanya memberinya uang 50 ribu. Mau bagaimana lagi, Lisa memang sudah tak memiliki uang. Ia sudah melamar ke banyak tempat namun tidak ada yang mau memperkerjakannya dengan alasan ia masih sekolah. Tugas sekolah juga kebetulan tidak ada jadi tidak ada pemasukan dari joki tugas. Alhasil ia hanya mengandalkan pekerjaannya sebagai kuli panggul di pasar yang gajinya tak menentu.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate Hospitals
RandomSistership Jennie x Lisa Jennie seringkali iri dengan kedekatan Jisoo dan Rose (adik kandung Jisoo). Jennie juga ingin memiliki adik. Ia berharap dengan hadirnya Lisa, ia bisa merasakan figur adik seperti yang Jisoo rasakan. Tapi nyatanya, Lisa tida...