"Jangan mengada-ada nona. Banyak orang yang mengaku dapat berinteraksi lebih dengan Cassie di luar performnya tapi kenyatannya mereka hanya berandai-andai," ujar Jay.
"Sesulit itukah berinteraksi dengannya sampai kau tak percaya jika dia pernah menolongku?" dahi Jennie mengerut heran. Jari-jari lentiknya mengetuk pelan meja barista karena Jay terlalu lama menjawab pertanyaannya.
"Cassie sangat acuh nona. Dia hanya peduli pada hal yang menurutnya penting. Berinteraksi dengan penggemarnya di luar jam kerjanya tidaklah penting untuknya. Justru itu sangat mengganggunya."
Jennie tersenyum simpul. "Berarti aku penting dong?"
"Stop ngehalunya Jen. Tuh dia mau perfom lagi." Jisoo menunjuk Cassie dengan dagunya.
Jennie tentu semakin antusias. Ia menarik Jisoo agar mendekat ke arah panggung. Bisa ia lihat Cassie yang sedang memasang microfon hitam ke tiang penyangga. Sebuah gitar akustik juga terkalung di bahunya.
"Guys, seperti biasa gue mau bilang kalo gue, Cassie, bakal berusaha jadi Cassie yang kalian inginkan cuma kalo dia di atas panggung," Cassie memberikan sambutan awal sebelum ia bernyanyi.
"IYA! GAK PAPA!" para penonton kompak menjawab hal yang serupa.
Cassie mulai memetik senar gitarnya. Ia menyanyikan lagu until i found her dengan suara merdunya. Sesekali ia tersenyum ke arah penonton, seolah menghipnotis mereka jika lagu ini memang ditujukan oleh Cassie untuk mereka.
Jennie langsung tersenyum saat pandangan Cassie terarah padanya. Hanya sepersekian detik namun ia sudah senang bukan main karena Cassie membalas senyumnya.
Kali ini Cassie menampilkan aura yang cantik nan manis seperti seseorang yang baru jatuh cinta. Senyuman manisnya menular ke seluruh penonton yang melihat performnya. Sungguh berbeda dengan tadi yang lebih nampak seperti mafia dingin nan seksi.
"Dia benar-benar bak idola. Cantik, berbakat, dan bisa menghidupkan suasana panggung. Aku tidak mengerti bagaimana bisa dia mengubah aura panggungnya hanya karena sebuah lagu."
"Hm. Aku yakin dia bisa debut menjadi idol korea jika mengikuti audisi," Jisoo menimpali ucapan Jennie.
Sedang asik menonton perform, pandangan Jennie mendadak salah fokus pada banner di belakang Cassie. Di sana ada peringatan bertuliskan don't touch her berukuran besar.
Don't touch Cassie maksudnya?
"Kenapa ada peringatan itu?" Jennie tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya.
Jisoo mengedikkan bahunya. "Aku juga tidak tau."
"Cassie tidak ingin di sentuh oleh siapa pun nona." Jay muncul dengan nampan berisi dua gelas minuman beralkohol di tangannya. Ia ikut duduk bersama Jennie dan Jisoo karena ia yakin kedua wanita di depannya ini ingin bertanya lebih jauh.
"Memang kenapa jika aku menyentuhnya?" Jennie kembali bertanya. Matanya masih fokus pada penampilan Cassie meskipun nada bicaranya terdengar sangat penasaran.
"Cassie akan rehat sejenak jika ada yang menyentuhnya. Bisa sehari sampai seminggu. Tergantung moodnya."
"Tapi aku ingin mengajaknya bicara nanti."
Ucapan Jennie membuat Jay menggeleng pelan. Ia menatap Jennie sedikit khawatir. "Tapi nona, Cassie tidak akan menanggapi siapa pun yang mengajaknya bicara selain saat dia perform."
Jennie akhirnya mengalihkan pandangannya dari Cassie. Ia menatap Jay yakin. "Aku akan mengajaknya bicara sekaligus membuktikan jika perkataanku tadi benar. Bukan halusinasi," tegasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate Hospitals
FanficSistership Jennie x Lisa Jennie seringkali iri dengan kedekatan Jisoo dan Rose (adik kandung Jisoo). Jennie juga ingin memiliki adik. Ia berharap dengan hadirnya Lisa, ia bisa merasakan figur adik seperti yang Jisoo rasakan. Tapi nyatanya, Lisa tida...