35. Pasar

927 107 11
                                        

Jennie menunduk lesu karena lagi-lagi Lisa menyuruhnya pulang. Padahal ia masih ingin berlama-lama di sini, mumpung kedua orang tuanya belum pulang dari luar kota.

"Cuma mau sarapan bareng aja susah. Besok dan seterusnya juga belum tentu kamu ketemu kakak," keluh Jennie.

"Gak usah ngomong aneh-aneh. Ayo gue anter."

Jennie menurut saja mengikuti langkah Lisa. Ia menghela nafas dengan wajah yang ditekuk. Bahkan saat motor melaju, ia enggan berpegangan pada Lisa.

Lisa melirik Jennie lewat kaca spion yang sengaja ia arahkan pada Jennie.

"Apa gue turutin aja ya maunya? Tapi kan semalem udah gue biarin dia nginep."

Lisa kembali melirik Jennie yang masih berwajah muram. "Ini beneran dia ngambek? Sampe gak mau pegangan ke gue? Coba gue kerjain dikit. Siapa tau dia luluh."

Lisa menambah kecepatan motornya hingga membuat Jennie sedikit terhuyung ke belakang. Ia tersenyum tipis saat Jennie refleks memeluknya erat.

"Bisa yang bener gak bawa motornya?!"

"Lisaaa! Bugh!" Jennie berteriak sambil memukul Lisa.

"Au Jen sakitt."

"Turunin aku!"

Lisa tak menggubris perintah Jennie. Ia malah tersenyum jahil dan semakin menambah kecepatan motornya.

"Lisa."

"Turun atau aku loncat?" Jennie mulai melepas pelukannya sementara Lisa langsung menggenggam tangan Jennie.

"Iya-iya bentar."

Setelah motor Lisa benar-benar berhenti, Jennie langsung turun dan berjalan cepat meninggalkan Lisa.

"Jen."

"Jennie." Lisa berhasil menggenggam tangan Jennie lagi.

"Ayo belanja di sini aja."

Jennie tak bergeming. Ia bahkan baru sadar jika mereka berada di depan pasar karena saking kesalnya pada Lisa. Bagaimana tidak, tindakan Lisa tadi benar-benar membahayakan. Jennie tidak tau apa maksud dan tujuan Lisa berkendara sekencang tadi.

"Lo gak jadi masakin gue?"

Jennie tetap tak menjawab. Ia malah memutar bola matanya malas. Ia mengambil ponselnya dan mengirimkan beberapa pesan singkat kepada Jay.

"Kalau mau nunggu Jay duduk di situ aja," ujar Lisa tak bersemangat.

Ck! Kenapa lagi dengan dirinya? Harusnya ia senang jika Jennie segera pulang. Ia juga tak perlu repot-repot mengantar Jennie jika Jay sudah tiba.

Tapi... perasaannya benar-benar tak nyaman jika Jennie bersikap seperti ini.

"Kamu mau sarapan apa?"

"Ha?" Lisa mengikuti Jennie yang sudah lebih dulu memasuki pasar. Berarti Jennie sudah tak marah lagi padanya?

"Kamu mau sarapan apa?"

"Bubur ayam boleh?"

Jennie menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah Lisa. "Boleh doang. Ayo beli daging ayamnya dulu," ujarnya mulai menggenggam tangan Lisa.

Lisa jelas tak bisa menyembunyikan senyummya. Posisinya di belakang Jennie jadi ia tak perlu repot-repot menahan senyumnya.

Lisa menggelengkan kepalanya sambil berusaha melunturkan senyumnya. "Astaga Lisa inget! Jangan terbuai sama sikap baik Jennie. Setelah ini kamu harus berusaha buat jaga jarak."

"Kenapa Li? Kok kamu geleng-geleng?"

"Ha? Gak papa. Tadi cuma ada lalat."

Jennie mengangguk saja dan melanjutkan langkahnya menuju penjual ayam.

I Hate HospitalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang