Lisa berlari cepat menghampiri keramaian yang masih tersisa. Orang-orang sudah mulai bubar. Beberapa masih bergidik melihat darah yang tersisa di aspal jalanan. Ada beberapa petugas polisi yang menutup separuh akses jalan hingga menimbulkan kemacetan.
"Saya lihat sendiri pak. Orangnya sampe kepental tiga meteran."
Lisa berusaha menetralkan deru nafasnya meskipun perasaannya semakin sesak saat mendengar pengakuan salah satu saksi.
"O-orangnya masih hidup kan, bu?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Masih tapi kondisinya parah banget deh. Saya gak tega lihatnya."
"D-dibawa ke rumah sakit mana?"
"Yang terdekat dari sini."
Lisa mengangguk kebingungan. Kakinya kembali ia bawa berlari menuju parkiran. Ia langsung mencari rumah sakit terdekat.
"Sus! Apa ada pasien kecelakaan yang baru aja masuk ke sini? Lokasi kecelakaannya di deket pasar," tanyanya tak sabaran.
"Oh iya ada tapi baru aja dirujuk ke rumah sakit umum soalnya---"
Belum sempat suster tersebut menyelesaikan ucapannya, Lisa sudah kembali berlari menuju motornya. Ia sudah tahu bagaimana kelanjutannya dan ia tak ingin mendengarnya.
"Sus! Apa ada pasien kecelakaan rujukan dari rumah sakit Siloam?"
Suster tersebut mengangguk. "Pasien baru aja dibawa ke ruang ICU."
"Ruang ICUnya di mana."
"Dari sini lurus. Pertigaan belok kanan."
"Jay!"
Nafas Lisa terengah. Rasanya ia sudah tak sanggup mengutarakan pertanyaan saat di depannya terpapang jelas ruang ICU. Ruang yang menjadi pusat trauma Lisa.
Ingatan buruk itu berputar cepat. Ia menggeleng pelan kala ketakutan itu semakin menyeruak. Tubuhnya bergetar hebat dan nafasnya seolah tercekat.
"Please Lisa! Nafas yang bener. Lo berani. Lawan trauma lo!"
"Lisa? Lisa?! Lo kenapa?" Jay mengguncang kedua bahu Lisa guna menyadarkan Lisa. Ia juga menahan tubuh Lisa agar tidak tumbang.
Ketakutan itu nyatanya menulikan indra pendengaran Lisa. Ia hanya fokus pada kemeja Jay yang lumayan basah karena darah.
"Kenapa banyak darahnya? Itu bukan darah Jennie kan?"
"Lisa tenang dulu. Ini bukan darah nona Jennie."
"Jay." Lisa menatap Jay dengan mata berkacanya.
"Jennie---"
Bibir Lisa kelu. Dadanya semakin sesak saja seiring berputarnya memori kelam yang berusaha ia lupakan. Belum sempat pertanyaannya terlontar, pandangannya sudah mulai menggelap. Ia berusaha mengerjabkan matanya berkali-kali namun rasanya kepalanya justru semakin terasa pening. Pada akhirnya ia harus kembali terjebak dalam kegelapan yang membuatnya tak sadarkan diri.
....
Lisa sangat berupaya membuka matanya yang entah kenapa terasa berat. Sakit kepalanya membuatnya ingin berlama-lama memejamkan mata dan tertidur namun ia berusaha melawannya.
Saat ia berhasil membuka mata, ia langsung tau dimana ia berada sekarang. Kamar nyamannya di rumah Kookie. Tapi kenapa ia bisa berada di sini? Harusnya ia berada di rumah sakit untuk mengecek kondisi Jennie.
"Syukurlah lo udah sadar."
Rose berjalan cepat ke arahnya dan memeluknya singkat.
"Gue khawatir banget sama lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate Hospitals
CasualeSistership Jennie x Lisa Jennie seringkali iri dengan kedekatan Jisoo dan Rose (adik kandung Jisoo). Jennie juga ingin memiliki adik. Ia berharap dengan hadirnya Lisa, ia bisa merasakan figur adik seperti yang Jisoo rasakan. Tapi nyatanya, Lisa tida...