4. Why?

1K 136 5
                                    

"Kakak-kakaku bangun dong, udah pagi."

Rose membuka gorden kamar Jisoo, membiarkan sinar mentari menyilaukan mata kedua insan yang masih terlelap. Ia menyingkap selimut Jisoo lebih dulu lalu mencium pipi dan hidung kakaknya berkali-kali.

Jisoo yang merasa wajahnya basah tentu terusik. Ia dengan malas membuka matanya lalu menghalangi bibir adiknya yang hendak menciumnya lagi.

"Iya-iya kakak bangun."

"Tumben kak Jen gak bangun pas aku buka gorden."

Jisoo mengucek matanya sekilas lalu mengangkat sebelah alisnya bingung. Kesadarannya belum sepenuhnya kembali.

"Itulo kak Jen, tumben gak bangun pas aku buka gorden," Rose menjelaskan ulang. Jennie memang selalu terbangun saat gorden dibuka ataupun lampu utama dinyalakan karena matanya lumayan sensitif terhadap cahaya.

"Hm?" Jisoo memutar badannya agar menghadap Jennie. Jari telunjuknya menusuk pelan pipi mandu Jennie, bermaksud membangunkannya.

"Jen?" Jisoo mulai panik saat pipi Jennie lumayan hangat. Ia sedikit mengguncang tubuh Jennie agar Jennie bangun.

Jennie mulai membuka matanya namun bersamaan dengan itu, ia memaksa tubuhnya untuk bangun dan berjalan menuju wastafel. Untungnya Jisoo sigap membantunya karena cara jalannya saja sudah sempoyongan akibat kepalanya memberat.

Ia memuntahkan isi perutnya. Mual, pusing, dan tenggorokan kering membuatnya tersiksa hingga ia meneteskan air matanya. Efek surga semalam secepat itu berganti petaka bagi Jennie pagi ini.

Jisoo memegang rambutnya sekaligus memijat lehernya. Itu tentu mempermudah usahanya untuk memuntahkan semua yang bisa dimuntahkan dalam perutnya.

"Astaga kak Jen kenapa?"

"Dek tolong minta bikinin jahe hangat ke bibi ya. Gak usah di bawa ke atas. Bentar lagi kak Chu turun."

"Kak Jen habis mabuk?"

"Nanti aja tanyanya dek."

Rose mengangguk mengerti lalu beranjak keluar. Jika Jisoo sudah berbicara dengan nada serius, ia tak mungkin berani membantah.

"Oke aku tunggu di meja makan."

"Jen? Are you okay? Sorry aku---"

"Aku gak papa kok. Bukannya wajar ya kalo habis mabuk gini?" ujarnya memotong ucapan Jisoo. Ini bukan salah siapa-siapa. Lagi pula semalam adalah malam yang menyenangkan meskipun pagi ini ia harus sedikit merasakan efek samping alkohol. But it's okay.

"Badanmu juga anget lo Jen."

Jisoo kembali menyentuh leher dan kening Jennie secara bergantian. Raut wajahnya jelas menampakkan kekhawatiran.

"Tinggal pake cool fever ntar normal lagi kok," Jennie tersenyum simpul untuk meyakinkan Jisoo.

Jisoo menghela nafas, "Yaudah sekarang kamu cuci muka aja terus gosok gigi gak usah mandi."

"Oke."

Setelah selesai bersiap, mereka turun menuju meja makan. Di sana sudah ada Rose yang menyantap makanan dengan lahap. Jennie juga sudah memasang cool fever di dahinya.

"Pelan-pelan dek makannya."

"Iya-iya. Eh, kak Chu jadi kan anterin aku ke sekolah hari ini?"

Jisoo yang hendak menyentong nasi terdiam sejenak. Ia lupa jika memiliki janji mengantar adiknya ke sekolah.

"Jadi dong sekalian kak Chu anterin kak Jen pulang," jawaban itu keluar dari mulut Jennie.

"Yey!!!" Rose tentu bersorak senang karena jarang sekali Jisoo memiliki waktu untuk mengantarnya ke sekolah. Maklum mahasiswa kedokteran memang super sibuk.

I Hate HospitalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang