"Tumbang juga, kan? Lebih baik kamu bedrest dulu beberapa hari," ujar Jisoo sambil membantu memasangkan seat belt untuk Jennie. Setelahnya ia melajukan mobilnya. Di belakang mobilnya, ada satu mobil bodyguard yang mengikutinya, lebih tepatnya mengikuti kemanapun Jennie pergi.
Hari ini Jennie pulang bersama Jisoo karena kebetulan shift Jisoo sudah berakhir. Biasanya Jennie akan lanjut sampai malam namun sekarang kondisinya sedang tidak memungkinkan. Kepalanya pusing sejak ia bangun tidur namun ia masih memaksakan untuk masuk.
"Aku gak papa kok. Ini cuma efek kebanyakan minum alkohol."
Jennie menyamankan posisinya lalu memejamkan matanya.
"Sebanyak apa?"
"Terbanyak yang pernah aku minum."
"Om Minho gak marah?"
"Nggak. Mungkin daddy tau kalo aku lagi stress banget."
"Tapi itu jadi pertama kalinya lo kamu minum sejak kamu mutusin buat ngejauh dari dia."
"Hm. Selama ini aku sibuk di rumah sakit. Giliran sampe rumah udah tepar duluan tanpa harus minum."
Jisoo menghela nafas. "Kenapa gak mau aku temenin?"
"Aku tuh udah terlalu banyak ngerepotin kamu Jis."
"Ya emang kenapa? Kita kan udah kayak saudara. Kamu tu kenapa kayak yang jaga jarak gitu?"
"Nggak kok."
Jisoo berdecak pelan. Ia tau jika Jennie sengaja menjauhinya namun baru kali ini ia berani membahasnya. Sudah hampir satu bulan dan rasanya semakin hari, Jennie semakin menjauh. Sekarang saja ia baru berhasil mengajak Jennie pulang bersama karena kondisi Jennie yang tidak fit. Jennie jadi tidak punya banyak alasan untuk menolaknya.
"Rose nanyain kamu terus. Kayaknya dia kangen berat deh sama kamu." Ini juga yang tidak Jisoo suka. Jennie bahkan lebih menjauhi Rose daripada dirinya. Membalas pesan saja rasanya enggan. Untung saja adiknya itu pengertian.
"Maaf Jis aku belum bisa."
"Sampai kapan Jen? Gak cukup apa hubungan kamu dan Lisa yang jauh? Kamu juga mau hubungn antara kamu, aku dan Rose juga renggang gitu?"
Jennie menatap Jisoo gusar. "Gak gitu Jis. Aku cuma takut berharap lagi."
"Kamu itu sangat berharap Jen, bukan takut berharap. Kamu berharap bisa punya figur adik kayak Rose. Bahkan sebelum kamu tau kalo Lisa adalah adik kamu, kamu udah selalu berharap hubungan kamu dan Lisa bisa seperti hubungan aku dan Rose padahal kenyataannya gak semudah itu. Kamu kecewa sama keadaan sampai-sampai kamu sakit sendiri ngeliat kedekatanku dan Rose. Mangkanya kamu ngejauh."
Jennie tersenyum sendu. "Kamu emang paling tau aku, Jis."
"Nanti malem Rose bakal nginep di rumah kamu."
"Jis---"
"Aku gak bakal ikut."
"Tapi Jis---"
"Kamu gak perlu gak enak sama aku. Bukannya dulu sering ya, cuma Rose aja atau aku aja yang nginep di rumah kamu. Kita fine-fine aja tuh. Kamu tu harus mulai belajar lagi buat terbiasa seperti dulu sebelum kenal Lisa. Jangan ngehindar terus."
Jennie menghela nafas lalu mengangguk mengiyakan. "Maaf ya Jis. Rose pasti sedih karena sikap aku."
"Dia paham kok. Bisa dibilang dia jadi yang paling dewasa diantara kita karena masih bisa bersikap netral. Dia masih jadi sahabat yang baik buat Lisa dan masih jadi adik yang baik buat kita"
Jennie tersenyum kecil. Rose memang selalu netral dalam masalah apa pun namun ia adalah orang yang paling tidak suka terlibat masalah.
"Rose gimana ya kabarnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate Hospitals
FanfictionSistership Jennie x Lisa Jennie seringkali iri dengan kedekatan Jisoo dan Rose (adik kandung Jisoo). Jennie juga ingin memiliki adik. Ia berharap dengan hadirnya Lisa, ia bisa merasakan figur adik seperti yang Jisoo rasakan. Tapi nyatanya, Lisa tida...