"Maksud lo?"
Lisa menggeleng pelan. "Gak ada."
"Kalo lo gak punya alasan yang logis. Gue tetep bakal anter lo sampe rumah lo." Rose masih tetap kekeh dengan pendiriannya.
Melihat itu, Lisa akhirnya mengalah. Cukup sudah Jennie yang menjadi korban Adrean. Jangan sampai Rose menjadi target selanjutnya.
"Fine. Gue bakal cerita asal lo janji buat gak ceritain hal ini ke siapapun."
"Oke gue janji," ujarnya sambil melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Lisa.
"Masalah privasi sebenernya jadi opsi terakhir kenapa gue gak pernah share alamat gue ke siapa pun."
"Gue punya ayah tiri. Dia bakal manfaatin orang terdekat gue yang keliatan kaya buat dikuras hartanya. Itu adalah alasan kenapa gue cuek sama sekitar dan gak terlalu deket sama siapa pun. Mereka kaya dan baik. Gue gak pernah mau ayah gue manfaatin temen-temen gue.
"Terus kenapa lo manfaatin kak Jen?"
"Karena Jennie pernah ketemu ayah dan dia nunjukin banget kalo dia mau deket sama gue. Penampilan Jennie memang sederhana tapi barang-barang yang Jennie pake udah bikin ayah paham kalo Jennie orang kaya. Apalagi ayah ketemu pak Minho."
"Kenapa lo gak jujur aja ke kak Jen?"
"Yang ada dia malah makin kasian sama gue dan makin ngedeketin gue. Gue gak mau ayah makin manfaatin keluarga Jennie lewat gue."
Rose menghela nafas pasrah. "Li. Lo tau gak sih kalo kak Jen pingin banget lo jadi adiknya?"
"Tau dan itu gak mungkin."
"Gak ada yang gak mungkin di dunia ini, Li. Kalian bisa berteman baik dan lo bisa anggep kak Jen sebagai kakak lo juga."
"Kalo lo paham ucapan gue dari awal, lo pasti tau kalo yang lo ucapin gak semudah itu untuk gue lakuin."
Rose lagi-lagi menghela nafas. Ternyata memang hampir mustahil untuk Lisa menjadi adik Jennie. "Susah banget ya, Li?"
.....
Malam ini Lisa memilih untuk libur saja meskipun ia juga tak enak dengan atasannya. Masa baru beberapa hari bekerja sudah libur. Tapi tak apalah, ini juga demi kebaikannya. Jika tidak begini ia kondisi tubuhnya tidak akan segera pulih.
Suara pintu kamarnya yang dibanting membuatnya mau tak mau harus membuka mata padahal ia sudah hampir tertidur.
"Mengapa kau tak bekerja?" Adrean berkacak pinggang sambil menatap Lisa nyalang.
"Lisa sakit ayah," ujar Lisa lirih.
"Pemalas sekali kau, huh? Sekarang di mana?"
"Di mana apanya yah?"
"Kartu ATM Jennie. Aku tau Jennie memberikannya padamu."
"Lisa tidak mengerti---"
Bugh
Lisa meringis saat pahanya ditendang kuat oleh Adrean. Efeknya lebih sakit dari biasanya karena tubuhnya sedang lemas.
"Kau kira bisa membohongiku?"
Adrean beralih mengambil tas Lisa lalu menumpahkan semua isinya. Lisa yang melihat itu langsung berusaha bangkit untuk mengambil tasnya namun Adrean langsung mendorongnya keras.
Adrean mengecek dompet Lisa namun ia tak menemukan apa yang ia cari. Ia beralih pada ponsel Lisa dan dugaannya benar. Lisa menyimpan kartu ATM Jennie di balik case ponselnya.
"Berani sekali kau membohongiku, huh?"
"Maaf ayah." Lisa kembali meringis saat Adrean menendang lututnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate Hospitals
FanficSistership Jennie x Lisa Jennie seringkali iri dengan kedekatan Jisoo dan Rose (adik kandung Jisoo). Jennie juga ingin memiliki adik. Ia berharap dengan hadirnya Lisa, ia bisa merasakan figur adik seperti yang Jisoo rasakan. Tapi nyatanya, Lisa tida...