CHAPTER 6 - PASANGAN YANG SERASI

955 40 2
                                    

Translate: Sae

Penerjemah Bahasa Indonesia : DeNandar

Selamat Membaca. 😊

---------------------------------------❤🧡❤-------------------------------------

"Apa? Kamu ingin pindah ke sekolah lain? "

Gu Hai mengangguk, "Rumah yang dulu memang dekat dengan sekolah sekarang, namun karena rumahku sudah pindah, butuh waktu yang lama untuk bisa sampai sekolah ini karena jarak dari rumah ke sekolah jauh sekali sekarang."

Fang Fei merasa kebingungan mendengar ucapan Gu Hai, "Apa maksudmu dengan 'Pindah'? "

Gu Hai menyandarkan separuh pantatnya menempel pada rak dan tanpa ragu menyalakan sebatang rokok. "Aku dan pria tua itu sedang bertengkar."

Fang Fei pun mengambil rokok dari tangan Gu Hai. "Kamu sudah kecanduan merokok di usia yang sangat muda! Kuberitahu ya, merokok dapat mempengaruhi masa pertumbuhanmu!!! "

"Masa pertumbuhanku sudah berakhir."

Tanpa sadar kedua mata Fang Fei beralih ke arah celana Gu Hai. Kemudian, secara perlahan ia mengalihkan pandangannya dan berpura-pura seolah-olah tidak melihatnya lalu dia mengganti topik pembicaraan.

"Sekolah seperti apa yang kamu cari? "

"Terserah saja deh! "

"Sudah kuduga. Tiap kali kamu datang mencariku, selalu saja sedang mengalami hal yang tidak beres."

Gu Hai terbahak, "Aku hanya memiliki dirimu sebagai kerabat terdekatku sekarang."

Fang Fei sebenarnya cukup tersentuh oleh kata-kata itu. Ketika Gu Hai masih kecil, dia selalu dekat dengan bibinya dan sering mengikutinya kemana pun dia pergi. Bahkan setelah mereka dewasa, dia masih tetap seperti itu. Ketika dia sedang mendapatkan masalah, dia pasti selalu mendatanginya.

"Suamiku sebenarnya mengenal beberapa kepala sekolah."

"Kalau begitu cepatlah."

"Tunggu sebentar," Fang Fei meraih tangan Gu Hai. "Perlu aku perjelas ya, sekolah ini bukanlah sekolah yang disarankan untukmu, karena kualitasnya jauh berbeda dibanding sekolahmu yang sekarang. Namun, meski begitu sekolah ini tidaklah terlalu buruk. "

"Selama aku bisa bersekolah, maka semuanya baik-baik saja. Terserah kamu saja."

--

Ketika Bai Luoyin menyalakan komputernya dan mencoba membuka email, ada lebih dari dua puluh email yang belum dibaca, yang semuanya berasal dari luar negeri dan tanda tangannya berasal dari orang yang sama-Shi Hui.

Dia membuang email yang masuk dan kemudian menghapusnya semuanya.

Mengingat mereka telah putus, tentu saja semuanya harus diselesaikan secara tuntas.

"Xiao Yin ah, Kemarilah."

Suara Nenek Bai terdengar dari kamar sebelah.

Bai Luoyin segera bangkit dan pergi ke kamar Nenek Bai.

Nenek Bai sedang duduk di sofa, tubuhnya yang ringkih serta perawakannya yang kecil terlihat seperti Buddha mungil namun terhormat. Jika dia tidak berbicara, siapa pun yang menemuinya akan mengira bahwa dia adalah seorang wanita tua yang sehat, tetapi begitu dia berbicara, akan cukup mengejutkan siapa pun yang mendengarnya.

"Xiao Yin ah, 'potong' apel untuk dimakan nenek."

Bai Luoyin memang sudah terbiasa dengan hal itu. Dia segera mengambil sebuah apel dan mulai mengupasnya dengan pisau, tetapi ketika dia baru mengupasnya setengah jalan, Nenek Bai tidak sanggup menahannya lagi kemudian mengambil kulit apel sambil menggumamkan kata-kata yang tidak jelas lalu menyuapkannya ke dalam mulut.

Bai Luoyin mencoba menghentikannya, "Jangan makan yang itu, nek."

"Terlalu tebal..."

Bai Luoyin mengerti bahwa neneknya tidak suka jika ia memotong apel terlalu dalam, sehingga membuat kulitnya terasa tebal.

Setahun yang lalu, nenek Bai Luoyin adalah seseorang yang sangat pintar bercakap-cakap. Sewaktu diadakan pertemuan keluarga, yang terdengar hanya suaranya saja. Pada saat itu, Nenek Bai sangat pandai berbicara, bahkan tidak ada sepuluh orang pun yang bisa menyainginya.

Baru tahun ini, Nenek Bai dirawat di rumah sakit karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah yang membawa aliran darah ke otak kecil, sehingga menyebabkan ia berbicara dengan cara yang aneh dan sulit dimengerti.

Sebagai contoh, ia sering mengatakan kata " potong" apel untuk minta tolong " mengupas" apel adalah sebuah kesalahan kecil yang sudah terbiasa. Sering kali, ia memanggil Kakek Bai dengan sebutan "Paman", atau memanggil bibinya dengan sebutan "kakak perempuan"; seiring berjalannya waktu, ia bahkan memanggil anak yang masih kecil sebagai seseorang yang sebaya dengannya.

"Nenek, aku mau ke kamar dulu ya, karena komputernya masih menyala.."

"Tunggu sebentar, ajak ngobrol nenek."

Satu hal yang berbeda dengan yang telah disebutkan di atas, yaitu meskipun cara bicara Nenek Bai tidak seperti dulu, beliau ternyata masih bisa berbicara dengan penuh semangat, bahkan mungkin lebih semangat dari sebelumnya. Setiap kali dia berbicara dengan seseorang, dia selalu berbicara tanpa henti; hal ini menyebabkan semua orang di sekitarnya selalu menghindarinya setiap kali mereka melihatnya. Sebenarnya, mereka semua sulit memahami serangkaian bahasa dan cara bicara serta bahasa isyarat baru yang digunakannya.

"Sepatu)*sudah dimulai, bukan? "

"Tinggal satu minggu lagi."

Nenek Bai menggenggam tangan Bai Luoyin dengan ekspresi kepedulian yang luar biasa, sangat mirip dengan wanita tua yang bijaksana.

"Belajarlah dengan baik dan jangan sombong)**"

Nada bicara Bai Luoyin adalah nada bicara ketika seseorang ingin membujuk seorang anak.. "Jangan khawatir, aku tidak akan sombong (arti sebenarnya tidak akan membuat masalah)."

Dalam waktu kurang dari lima menit, Nenek Bai mulai mendengkur; biasanya orang yang lebih tua akan tidur lebih sedikit, tetapi Nenek Bai tentu saja merupakan pengecualian. Biasanya ia bangun jam delapan pagi untuk sarapan, kembali tidur hingga siang, makan siang, kembali tidur lagi hingga jam empat sore, lalu setelah beraktivitas di dalam rumah, makan malam, dan ketika jam delapan malam tiba, ia pergi ke tempat tidur sebagaimana biasanya.

Kakek dan Nenek Bai sangat bertolak belakang. Kakek akan bangun jam empat pagi lalu mengendarai sepeda ontelnya keluar halaman, kembali untuk makan siang sekitar tengah hari, pergi lagi pada sore hari, kembali untuk makan malam, lalu keluar lagi untuk berjalan-jalan sebelum tiba di rumah pada larut malam.

Satu-satunya kesamaan yang dimiliki pasangan ini adalah bahwa mereka berdua sama-sama pemalas.

Kemalasan ini bisa muncul saat keduanya menonton acara televisi. Pada malam hari, mereka akan menonton lima acara sekaligus dan secara tak terduga mereka menjadikan semuanya sebagai satu acara yang lengkap dan kemudian dengan antusias mendiskusikan konten acara tersebut sehingga bisa didengar oleh orang lain.

Bai Luoyin dengan santainya mengambil sebuah kain yang ada di sofa kemudian menyelimuti Nenek Bai dengan kain tersebut lalu keluar.

---------------------------------------❤🧡❤-------------------------------------

Catatan Penerjemah :

)*鞋(xié) – sepatu dan 学 (xué) – Sekolah. dari pembicaraan tersebut seharusnya dia menanyakan sekolah.

)** 傲(ào) – Sombong,闹(nào) – membuat masalah. Dia berpesan untuk tidak membuat masalah ketika bersekolah bukannya sombong

Are you Addicted (Heroin) Buku 1 Part 1 (Based by Webseries)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang