29. RUMAH SAKIT.

3.7K 112 5
                                    

29. RUMAH SAKIT.

G.A.L.A.K.S.I.

-untuk segala kenangan indah yang sempat tinggal-

"Sahabat itu seperti bintang, dia memang tidak selalu terlihat. Tapi dia selalu ada untukmu." -Damar Nathan Tenggara.

.
.

HAPPY READING!!

***

"ARGHH!" Salah satu anggota Levator mengerang kesakitan karena Alvino memelintir tanganya ke belakang untuk merebut pisau belati di tangannya."LEPASIN, BANGSAT!!"

BUGH!! BUGH!! SRET!!

Dalam hitungan detik semua musuhnya pun sudah terkapar di tanah dengan segala luka.

"Kadieu sia anying!" teriak Ilham kepada Alden.

"Ka aing?!" jawab Alden yang menatap tajam ke arah Ilham.

Guntur mengusap pundak Alden."Kalem lur tahan-tahan."

"Sok lah edan, gelutkeun wae hayu gera ribut lah." timpal Alvino.

Sasya yang telah menjatuhkan musuhnya menatap ke arah mereka dengan tatapan kesal terutama Alvino."Drama naon deui anjing, pusing aing ah."

BUGH!!

Tongkat baseball milik Alden berhasil mendarat di bagian belakang kepala Ilham. Darah yang mulai bercucuran membuat ia tak kuat lagi dan berakhir tak sadarkan diri.

Kini Delon terkulai lemas tak jauh dari Ilham yang sudah tak sadarkan diri, matanya mulai berkunang-kunang tetapi ia masih bisa melihat pemandangan di depannya. Bagaimana teman-temannya itu mulai lelah menghadapi Nutcracker dan Fairytopia, ia seperti tidak becus menjadi ketua.

Galaksi yang berhasil membuat Delon tidak bisa melawan lagi langsung berjongkok di depan cowok itu."Sekarang jujur sama gue Delon, sebelum gue bener-bener patahin tulang-tulang lo!"

"Oke gue jujur, iya gue emang yang teror lo sama temen-temen lo. Itu semua gue lakuin karena kita disuruh sama Om Jordi, karena dia juga Levator bisa bangkit lagi. Jadi mau nggak mau kita harus turutin semua yang Om Jordi suruh."

Azura yang mendengar itu langsung menarik kerah jaket Delon."Lo juga yang teror gue selama ini?!"

"Kalau lo itu bukan gue, Ra. Gue bener-bener jujur soal gue yang nggak teror lo."

"Nggak usah bohong!"

"Gue nggak bohong, Ra. Nggak mungkin juga kan gue teror cewek yang saat itu gue masih berharap buat balik ke gue lagi. Gue nggak mau nyakitin orang yang gue sayang."

"Terus kalau bukan lo siapa." ucap Azura dengan lirih namun masih bisa didengar oleh mereka.

Melody pun menghampiri Azura lalu membantu gadis itu untuk berdiri."Udah mending kita pergi aja dari sini."

Bau anyir darah tercium jelas di sekitar belakang markas. Galaksi pun berdiri menyapu objek di sekitarnya, Galaksi tersenyum miring kala melihat musuhnya yang terkapar di tanah dengan jenis luka di seluruh tubuh mereka. Ingat berani main-main dengan Nutcracker siap-siap saja akan resikonya.

"Cabut!"  perintah Galaksi lalu melangkah pergi.

"Yaelah gini doang, kurang puas padahal gue." ucap Laskar yang berjalan sambil merangkul Melody.

DEAR GALAKSI [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang