Chapter 27. Keharyapatihan Kertarta (3)

90 11 0
                                    

Anatari memacu kudanya dalam kecepatan tinggi diikuti Lavi dan Taruna. Dalam hati Anatari berterimakasih pada pria asing yang telah membantunya mengatasi para dedemit. Kini dia memfokuskan tujuannya ke wilayah Kertarta. Di mana Sagara dan tujuh prajurit di bawah kepemimpinannya, diikat pada satu tiang di alun-alun Keharyapatihan Kertarta. Para Pendekar Tersumpah yang diasingkan, menempatkan jerami kering dan batang kayu di sekitar Sagara dan prajuritnya.

Langkah kaki kuda semakin tak terbendung menyongsong gapura masuk wilayah Kertarta. Anatari tak mampu berkata-kata melihat apa yang telah menimpa wilayah kekuasaan Bhre Jayendra. Api telah melahap seluruh wilayah Kertarta tanpa sisa, menjadikannya tumpukan besar arang yang masih membara. Anatari menarik tali kekang kudanya, lantas turun, mengamati kehancuran di sekitarnya. Beberapa kuil yang terbuat dari batu candi masih teguh berdiri walau kini warnanya berubah selegam arang.

Langit malam terhalang arakan awan tebal, bahkan sinar bulan separo pun tak mampu menembusnya. Angin menghantarkan aroma kayu dan daging hangus. Udara dingin menyampaikan rasa pilu lolongan napas terakhir di ujung pedang. Tubuh Anatari gemetar marah. Air mata menetes dari wajahnya yang tersembunyi di balik topeng.

"Siapa yang begitu tega melakukan kekejaman ini?" ujar Lavi.

Taruna melirik Anatari yang tertanam di tempatnya berdiri di dekat sebuah kuil. "Para Pendekar Tersumpah yang telah melakukannya." Suara Taruna bergetar, menahan kegetiran.

Anatari merasakan sebuah tanggungjawab besar untuk menyelesaikan hal ini. Para Pendekar Tersumpah yang diasingkan ke Canggal merupakan bentuk hukuman yang pernah diberikannya pada sekitar dua puluhan Pendekar Tersumpah sebab mereka telah melanggar peraturan: tidak bersedia membunuh para rakyat yang memprotes besarnya upeti yang harus diberikan pada musim panen. Tangan Anatari mengepal di sisi tubuhnya. Tekad kuat untuk menebus kesalahannya kali ini tak terbendung lagi.

Rendah suara tawa terdengar di udara. Membuat ketiganya menjadi waspada. Bara api tinggi menyala dari arah utara, menarik perhatian ketiganya.

Anatari, Lavi, dan Taruna bergerak hati-hati. Taruna terkejut melihat saudara-saudaranya berada di pusat lingkaran api. Saat dirinya hendak maju memperlihatkan diri, Lavi menahan lengannya. Taruna mencoba melepaskan, tapi Lavi bertahan.

Anatari bersila di belakang keduanya, menggumamkan sebuah mantera. Kabut kelabu melesat satu per satu menuju kobaran api. Membuat gerakan memadamkan api. Para Pendekar Tersumpah panik seketika. Taruna dan Lavi mendekati Sagara dan para prajurit, membuka ikatan tali yang menyatukan mereka.

Kabut kelabu mengubah bentuk ke wujud aslinya. Pasukan gandarva berkuku tajam menyerang para Pendekar Tersumpah dari Canggal.

"Tidak kusangka kau mampu merebut kembali para dedemit itu dariku," ucap Agniya.

Anatari melihat ke sekelilingnya. Agniya bertengger di atas pohon randu yang hangus di dekat kuil. "Tentu saja. Karena sampai kapanpun mereka tidak akan patuh pada hantu perempuan yang senang bertengger di atas pohon. Kau tahu kenapa? Karena kalian setara."

"Mulutmu masih cukup tajam. Tapi hasil pertarungan kita malam ini aku yang akan memenangkannya."

"Kita cari tahu saja," tantang Anatari.

Agniya melayang menuju Anatari, menyerang tanpa berbaik hati. Anatari yang berada di bawah kuasa topeng miliknya, kini lebih sedikit menggunakan hatinya. Terlebih setengah tenaga dalamnya telah pulih berkat bantuan Falguni. Melawan Agniya yang sebenarnya tidak sebanding dirinya, akan jauh lebih mudah sekarang. Anatari mengulur waktu dengan menghindar untuk menguras tenaga Agniya.

"Hanya segitukah kemampuan pemilik Mustika Naga, mengecewakan!" sulut Agniya.

"Maaf sudah mengecewakanmu."

(Book 1) Gadis Yang Terlempar Ke Bhumi Javacekwara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang