Demi mengakhiri murka rakyat Bhumi Javacekwara, Mahesa mengeluarkan ayahandanya dari ruang tahanan, menggiringnya ke alun-alun kuthanagara dengan penjagaan ketat pasukan Bhumi Namaini. Penampilan sang raja yang gagah senantiasa terjaga, kini lusuh dihiasi lingkaran hitam di bawah matanya. Pundaknya pun merosot, meluruhkan harga dirinya yang terinjak-injak.
Sri Maharaja II pun berdiri di depan rakyatnya di tengah alun-alun kota, menegaskan bahwa Abinawa telah mengabaikan tugas-tugasnya sebagai Yuwaraja Bhumi Javacekwara. Berdasarkan pada apa yang harus dikatakannya, Abinawa adalah seorang yang tidak kompeten untuk menduduki posisi yuwaraja. Rakyat Javacekwara yang mengetahui kerja keras Abinawa yang sigap membantu korban yang terkena bencana alam tidak lantas mempercayai ucapan Sri Maharaja II. Mereka memprotes lebih keras, alih-alih ditenangkan.
"Yuwaraja telah membantu penduduk saat ada bencana banjir melanda," ucap seorang petani.
"Yuwaraja membuka lumbung padi persediaan kedaton di saat musim paceklik. Karena jasanya, banyak anak-anak kami yang tetap hidup hingga saat ini," ucap seorang tukang kayu.
"Yuwaraja mengajarkan membaca dan menulis pada orang tua kami, anak-anak kami, sanak saudara kami. Perbuatannya sungguh mulia," ucap seorang guru muda.
"Yuwaraja mengajari kami memilih tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan obat tradisional dan cara mengolahnya," ucap seorang tabib.
"Seorang raja harus memperhatikan rakyatnya, karena tidak akan pernah ada raja tanpa kehadiran rakyat. Yuwaraja adalah orang yang memperhatikan kami di saat petinggi kedaton lainnya sibuk menjalankan tugas memperluas wilayah kekuasaan," ujar pria tua pedagang kain.
Pembelaan terus berlanjut. Sri Maharaja II gemetar membendung diri agar tidak menyatakan kesetujuannya. Mahesa telah memperingatkan seandainya sang raja berdiri di pihak Abinawa, maka itu akan menjadi hari terakhirnya melihat Indukanti. Sri Maharaja berada di bawah tekanan Mahesa, memilih menjadi seorang pecundang demi memenuhi janji terakhirnya pada Indukanti, melindungi permaisurinya.
Sri Maharaja II melirik Mahesa yang berdiri tidak jauh darinya. Ada ketidakrelaan sebab dirinya harus mengorbankan seorang putranya yang jujur dan kompeten demi darah dagingnya yang lain. Seorang pria muda penuh ambisi dan berhati hitam.
Akan tetapi, dia tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Mahesa atas perbuatan yang dilakukan oleh putra tertuanya kini. Bila menilik masa lalu, dia juga memiliki andil atas karakter keras Mahesa yang berambisi. Sri Maharaja II menyadari sikapnya yang pilih kasih dan menatap Mahesa sebagai ancaman Abinawa adalah kesalahan fatal yang dilakukannya. Akan tetapi, Sri Maharaja II mengabaikan rasa bersalahnya sebab setiap kali dia melihat Mahesa, dia selalu terbebani peristiwa saat ibunda Mahesa menghabisi prameswari terkasihnya di hadapan matanya.
Sri Maharaja menatap sekelilingnya. Kekacauan sudah diluar kendali, memenuhi hatinya dengan penyesalan, pun kesedihan mendapati kuthanagara yang aman dan damai kini diwarnai anarkis dan angkara murka. Dia bungkam melihat rakyatnya ditindas. Dia menutup mata melihat pasukan kerajaan lain bertindak sewenang-wenang di wilayah kekuasaannya. Dia menutup telinga pada lolongan yang meminta keadilan. Dia mengeratkan kepalan tangannya, menutup matanya yang sembab dan merah. Dia menangisi ketidakberdayaannya, memendam amarah karena tidak bisa membela rakyatnya.
Sri Maharaja II berteriak lantang memerintahkan mereka semua agar diam. Suaranya menggema berwibawa, membahana menjalar di udara yang disesaki debu tanah merah. "Aku, Sri Maharaja II Jayaraga penguasa Bhumi Javacekwara, dengan segala kesadaran telah mempertimbangkan baik dan buruk, aku mengeluarkan perintah pemakzulan Abinawa Wiradharma sebagai yuwaraja Bhumi Javacekwara. Dan ... menunjuk Pangeran Mahesa Narendra ... sebagai yuwaraja Bhumi Javacekwara yang baru."
Rakyat Javacekwara tak terima dan memilih menundukkan kepala ditengah kepungan debu tanah merah yang memenuhi udara.
Jiera tersenyum puas, menyarankan supaya Mahesa mempercepat hukuman Anatari dan Abinawa. Bila terus diundur, takutnya rakyat akan kembali bertingkah hingga akhirnya menimbulkan pemberontakan yang jauh lebih sulit dan mengancam keberhasilan rencana mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/333327648-288-k491269.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 1) Gadis Yang Terlempar Ke Bhumi Javacekwara (END)
Fantasy"Apakah kesialanku di kehidupan ini ditentukan amal masa lalu?" 🍃🍃🍃 Anatari Kemala yang hidupnya penuh kesialan, berniat bunuh diri. Akan tetapi seorang pria renta mengirimnya ke Bhumi Javacekwara. Sebuah tempat di Tanah Jawi yang tidak termuat d...