Chapter 22. Menuju Bhumi Girilaya

101 12 0
                                    

Sagara bergegas menaiki anak tangga setelah menerima laporan dari bawahannya, melangkah waspada memasuki ruang penginapan Anatari.

Anatari berdiri di depan jendela yang terbuka lebar. Manik hitamnya mengawasi ke dalam kejauhan hutan. "Ada kabar dari Abinawa?"

"Yuwaraja sedang dalam perjalanan kemari," lapor Sagara.

"Bagaimana keadaan Abinawa dan pasukannya?"

Sagara menyunggingkan seulas senyum. Si perempuan bercadar meliriknya dari sudut mata. "Yuwaraja baik-baik saja. Mereka berhasil memperkuat perisai gaib di kedua tempat."

"Syukurlah. Itu yang kita harapkan."

Sagara berpaling pada perempuan bercadar yang berdiri di samping Anatari. "Terima kasih atas pertolongan Nyisanak hari ini. Jika boleh saya tahu, siapa sebenarnya Nyisanak?"

"Kau tidak mengenalnya?" tanya Anatari terheran-heran.

"Apa Anda mengenalnya?" Sagara membalikkan pertanyaan Anatari.

"Dia yang menyerangku dengan ilmu gendam," sahut Anatari.

Sagara terperangah, "Kau si penari!"

Lavi membuka cadarnya, memberikan hormat dengan ciri khas seorang pendekar. "Saya Lavi Kana, Kepala Pengawal Gusti Kangjeng Ratu Anatari Lingga."

"Permaisuri, apa artinya ini?" tanya Sagara, bingung.

Anatari tersenyum. "Artinya--"

Pintu di belakang Sagara terbuka, membuatnya menyingkir dengan segera. Abinawa menyeruak masuk dengan tergesa-gesa, menyongsong ke arah Anatari.

"Benarkah pria caping menyerangmu? Apa orang-orang itu membuatmu terluka? Apa kau menderita luka dalam? Aku akan mencari mereka sekarang." Abinawa tak mampu menyembunyikan kecemasannya.

"Abinawa, aku baik-baik saja. Aku hanya kuyup." Anatari merentangkan kedua tangan, mengangkat bahunya.

Abinawa melirik Sagara, membuat Kepala Pengawalnya tertunduk dalam rasa bersalah sebab telah lengah. Dia mengambil tempat duduk di bale-bale. "Kenapa kau bisa lengah?" Dia mengendalikan nada bicaranya.

"Maaf, Yuwaraja. Hamba tidak memiliki alasan. Hamba bersalah," aku Sagara.

"Aku sudah melihat kemampuan pria caping, kau tidak mungkin menang melawannya," kata Abinawa pada Anatari.

"Siapa bilang aku melawannya? Aku berkelahi dengan seorang perempuan bernama Agniya," lapor Anatari. "Ilmu kanuragannya tidak seberapa, tapi karena jalur meridian yang tersegel membuatku tampak jadi lebih mudah baginya."

"Agniya? Kau mengenalnya?" tanya Abinawa.

"Tidak sama sekali," jawab Anatari tidak acuh.

Lavi melangkah maju ke depan Anatari dan Abinawa. "Mohon maaf atas kelancangan hamba, Yuwaraja. Perempuan yang tadi menyerang Gusti Kangjeng Ratu Anatari adalah putri dari Kepala Pengawal yang terdahulu. Namanya Agniya."

Abinawa menoleh pada Anatari yang tampak berpikir keras. "Kau tidak mengingatnya?"

Anatari menggeleng. "Tidak ingat. Ceritakan padaku, Lavi."

Sebelum keberadaan Lavi sebagai Kepala Pengawal Anatari, Ratu Falguni memerintahkan Kepala Pengawalnya, Lembu Jalanatra, untuk menduduki posisi Kepala Pengawal Anatari. Lembu Jalanatra yang memiliki seorang putri remaja yang sebaya dengan Anatari, seringkali membawa putrinya memasuki kedaton di saat dia sedang melaksanakan tugasnya.

Mulanya, Agniya Jalanatra bersikap penuh sopan santun dan lemah lembut. Sehingga Anatari tidak mempermasalahkan keberadaannya yang hilir mudik dengan bebas di dalam lingkungan kedaton Girilaya. Bahkan, status Agniya ditetapkan menjadi waracethi di kediaman Anatari. Namun, Agniya menjadi lupa diri. Dia senang menggoda para Kepala Prajurit, bermesraan di lingkungan kedaton, pun kerap mencuri benda pusaka milik kerajaan Girilaya yang kemudian dijualnya di pasar gelap.

(Book 1) Gadis Yang Terlempar Ke Bhumi Javacekwara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang