[AUGE] 6

23.4K 930 7
                                    

hola guys!!
sebelum kalian baca, jangan lupa vote and follow ya!

jangan pasif, comments random boleh banget malah!

HAPPY READING!!
.
.
.

At University Widercalic, canteen

"Woi! Lo pada tau, enggak?" tanya Tiffany tiba-tiba saat mereka semua sedang duduk tenang di bangku kantin sambil sesekali memakan bakso urat mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woi! Lo pada tau, enggak?" tanya Tiffany tiba-tiba saat mereka semua sedang duduk tenang di bangku kantin sambil sesekali memakan bakso urat mereka.

"Enggak, lah. Lo belum bilang apa-apa, Tippa. Kita mana tau," balas Icha sedikit gemas sambil menuangkan sambal di kuah baksonya.

Keyra membenarkan hijab pashmina nya dan melihat Tiffany dengan tanda tanya. Sedangkan Violin sengaja diam dan menunggu Tiffany untuk segera membuka mulutnya dan berbicara.

Aileen sedikit tak sabar, menyenggol lengan Tiffany. "Tippa, tinggal ngomong aja lo. Lama kali lah," sewot Aileen tak sabar.

Tiffany hanya menyengir tak jelas. Memakan baksonya dengan satu suapan besar dan langsung menelannya.

"Gue sudah wa, DM, and tweet ke itu. Siapa itu? Wait... Oh, right! Aldric Erden itu!"

Violin yang dari tadi diam akhirnya membuka mulutnya. "And? Dibalas enggak? Jangan bilang--"

"Ditolak," jawab Tiffany dengan senyum merekah miliknya. Sebenarnya hopeless. Karena itu tugas mereka untuk mewawancarai.

Deadline-nya hanya dua hari. Itulah yang membuat rombongan belajar mereka ketar-ketir karena tugas dari dosen tersebut. Mana ngancam pakai nilai dan kelulusan.

Icha berdecak sebal dan memalingkan mukanya, kesal. "Terus gimana, nih? Jangan mentang-mentang dia Gus and CEO, dia bisa-bisanya nolak kita! Anjir, dah. Mana tugasnya tambah banyak," umpat Icha kesal, menyambar es teh dan memakan es batu dengan emosi.

"Hush! Jaga omongan lo, Icha. Gue juga lagi mikir," tegur Serena yang masih terlihat santai, walaupun di otaknya dia sudah ketar-ketir.

"Biskuit Serena diam aja dah lo," sewot Icha balik.

"Lo enggak usah mancing, cicak," balas Serena sarkas.

"Kita semua harus ngaca," timpal Violin tiba-tiba. Membuat mereka semua dibuat melengos karena kalimat fakta dari Violin.

Keyra menggeleng kepalanya. Icha dan Serena adalah biang yang sering membuat mereka berdua menjadi berantem sendiri. Tapi, hubungan itu membuat mereka menjadi dekat walaupun beda agama.

ALDREEN : VOW TILL END (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang