WAJIB VOTE SEBELUM BACA!!
FIND ME ON INSTAGRAM @aicanaalvins"Hari ini enggak usah masuk kampus, ya?"
Aileen hanya menggeliat. Baru saja bergerak sedikit, rasa nyeri pada sekujur tubuhnya langsung kumat. Aileen mengeluh kesakitan sehingga tangan Erden menyelusup masuk ke selimut dan memijat lembut pinggang dan bahu istri nya.
"Sakit?" Pertanyaan retoris dari Erden hanya dibalas tatap tajam dan sinis dari Aileen. Tak perlu ditanya, Erden cukup brutal hingga membuat Aileen sesak dini pagi hari tadi.
Erden mengulum senyumnya tipis sebelum perlahan melumat bibir Aileen sejenak, "Enggak nyesal?" tanyanya sedikit takut.
"Enggak. Memang sudah keinginan kamu, kan?" Aileen malah tanya balik, jawaban dari mulut mungil itu membuat Erden seperti terguyur air dingin. Sejuk.
Untungnya mereka masih kuat untuk Sholat Subuh tadinya. Kedua hanya melakukan 3 jam namun sudah membuat Aileen kepalang karena gerakan Erden yang tidak terkontrol. Adzan Subuh berkumandang keras saat itu juga. Jadi, mau tak mau, Erden menghentikan aktivitas first night mereka yang tertunda satu bulan yang lalu. Ia langsung menggendong Aileen dan keluar kamar untuk ke kamar mandi. Segera bebersih dan memandikan badan mereka dari hadas, barulah mereka Sholat Subuh berjamaah seperti biasa.
Usai Sholat Subuh, Erden membiarkan Aileen tidur lagi karena badannya tak bisa di ajak kompromi.
Pikiran pria itu cukup senang. Beberapa kali mengelus surai lembut milik wanita nya. "Enggak kerja, Kak? Takutnya ada masalah yang genting," tutur Aileen penasaran.
"Kamu pingin aku ninggalin kamu yang masih kayak gini? Suami macam apa yang ninggalin istri nya yang kesakitan akibat ulahnya sendiri."
Aileen mengerucutkan bibirnya. Pemandangan itu ingin membuat Erden menerkam Aileen kembali. Tidak mungkin ia lakukan kalau istri nya cukup kesakitan, Erden mati-matian menahan. "Mau laki-laki apa perempuan?" ucapnya.
Aileen memikirkan pertanyaan yang dilontarkan Erden, "Laki-laki? Aku pingin kembar tapi semuanya harus laki-laki. Hehe. Kakak sendiri?" Aileen menengok ke arah Erden, tampangnya sudah penasaran.
"Perempuan," balas Erden cepat. "Kalau laki-laki, yang ada aku cemburu terus..." Yang benar saja. Kuping Erden langsung memerah setelah mengucapkan hal itu, memalingkan wajahnya dari Aileen yang tertawa kecil.
Akhirnya Erden mengalah dan melihat mimik yang ia sangat sukai. Netra nya terus menelisik wajah Aileen detail dan merasa candu. "Jamilah..." gumamnya.
Seperti tersambar petir, Aileen langsung menjambak rambut Erden kasar membuat pemilik rambut tersebut sedikit berteriak kesakitan. "Kenapa nyebut nama wanita lain, hah?!"
"Itu bukan-"
"Mau alasan?! Baru aja ngelakuin itu, langsung sebut nama wanita lain! Aldric Erden Keem Althaf!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDREEN : VOW TILL END (END)
Teen Fiction"Waktu umur mu 5 tahun, kamu bilang saya ganteng dan menyentuh saya. Itu pertama kalinya saya bersentuhan selain mama saya. Saatnya, kamu menjadi milik saya, Aileen Zelene Azzura." "Choose me for our pray, my redbean." Itu adalah adalah kata-kata ya...