"Pilih saya... atau siap-siap di rahim mu ada kecebong saya."
Kedua mata lentik Aileen mengerjap. Tidak percaya kalimat yang dilontarkan oleh sosok seperti Erden. Terdengar seperti ancaman.
BUGH!!
Zein memukul punggung kekar milik Erden sehingga korban tersebut meringis kesakitan.
"Kenapa mengancam Alin sekarang? Ngebut nikah banget?!" hardik Zein pelan, namun dapat didengar oleh semua orang yang duduk di satu meja yang sama.
Erden menundukkan kepalanya, rambutnya menutupi wajahnya yang kini bertambah suram. Kanaya mencubit paha suaminya dengan geram.
"Lagipula, lo jelas-jelas lebih tua dari gue. Mana 7 tahun lagi. Buset. Kelihatan kek bapak sama anak tau enggak?" tutur Aileen tanpa pikir.
Ayla dengan segera menguyel-uyel pipi putrinya dengan gemas. Gadis itu meringis karena uyelan sang bunda sangat keras.
"Yang penting saya tanggung jawab," balas Erden sedikit menantang.
"Tanggung jawab apaan, sih? Gue enggak ngerti maksud lo, deh," sewot Aileen.
"Masa enggak ingat? Pikirannya sudah mulai pikun?" sindir Erden. Sebenarnya mau menjahili Aileen.
"Heh! Jaga omongan lo!"
"Harus? Kata mu, saya lebih tua--"
"Betul. That's why, I reject this arrangement."
"Can't you think it first, Aileen Zelene Azzura? You're the girl who accidently touched me when you still 5 years old. I want you because Allah," balas Erden yang kini menggunakan nada lembut, mana pakai bahasa inggris.
Hati Aileen mleyot saat mendengar Erden menjawab sanggahan nya menggunakan bahasa inggris. Mana pronounciation nya bagus banget. Sedikit salting.
"Can't you remember when you still 5 years old? You touched me. After that, I already said if I will take all of your responsibilities. Choose me, Aileen. I always mention your name in my third night," tambah Erden yang masih menggunakan nada lemah lembut miliknya.
Wajah Aileen kini memanas lantaran salting dengan setiap kalimat yang dikeluarkan oleh Erden. Gadis itu hanya membuang mukanya dan membungkam mulutnya. Speechless.
"Salting, ya?" goda Erden.
Aileen hanya membiarkan Erden seperti itu. Untungnya wajahnya sudah tak terlihat oleh Erden.
"Alin," pancing Erden sekali lagi. Hati gadis itu rasanya ingin menonjok wajah sang pelaku.
"Alin, jawab. Calon mu sudah menunggu."
"BUKAN!! ARGHHH!! Bisa enggak, sih?! Lo... Enggak tau dah!"
Aileen membenamkan wajahnya di meja. Benar-benar malu. Sedangkan Erden terkekeh, menang.
"Alin," panggil Erden lagi.
"Biarpun saya 7 tahun lebih tua dari kamu, tolong terima hati saya. Perlu saya ceritakan masa kecil kita yang saya maksud itu?" tanya Erden melembut, sedikit menahan tawanya.
Aileen juga kini merasa penasaran, hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Erden tersenyum tipis lega dan langsung menceritakan masa lalu yang ia maksud. Aileen mendengar dengan seksama walaupun wajahnya masih dibenamkan di meja.
"So? You really take that so seriously?" tanya Aileen yang sedikit menggelengkan kepalanya. Bukan kecewa, tapi sudah kebiasaannya saat berpikir keras.
Erden mengangguk. "Be my wife cause Allah, can you?"
Aileen mleyot lagi. Wajahnya kini benar-benar memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDREEN : VOW TILL END (END)
Teen Fiction"Waktu umur mu 5 tahun, kamu bilang saya ganteng dan menyentuh saya. Itu pertama kalinya saya bersentuhan selain mama saya. Saatnya, kamu menjadi milik saya, Aileen Zelene Azzura." "Choose me for our pray, my redbean." Itu adalah adalah kata-kata ya...