***
Flashback on.
Suara deru kendaraan masih berlalu-lalang di negara Inggris. Begitu pula dengan lonceng yang ada di setiap sepeda. Belum lagi suara musik biola dan terompet yang terus mengalirkan nada-nadanya dengan harmoni.
Gedung-gedung klasik menjulang tinggi dan memberi kesan arsitektur yang memanjakan mata bagi para pejalan kaki. Bahkan, burung merpati berterbangan dengan indah, membiarkan suara kepakan sayapnya menjadi musik di setiap telinga manusia.
Itulah suasana Inggris setiap harinya.
Erden baru saja menyelesaikan tugas kampus nya. Beranjak dari kursi yang ia gunakan sebelumnya seraya keluar dari perpustakaan.
Beberapa detik kemudian, suara notifikasi dari handphone Erden muncul. Langkahnya berhenti dan mengambil benda itu dari sakunya, membaca pesannya sekilas.
"Oh. Info lagi," gumamnya. "Saat ini, Nona Aileen sedang manjat pohon di lahan belakang SMA nya, mengambil buah mangga..." Erden sudah tidak terkejut saat membaca pesan tersebut, menutup mulutnya sedikit tidak percaya. Lagi-lagi bar-bar, tapi sudah bagian tanggung jawabnya. "Astaghfirullah, ini calon istri bar-bar banget. Itu juga tindakan mencuri. Astaghfirullah," omelnya sendiri.
"Setelah pulang ke Indonesia dan lulus, sudah waktunya saya membimbing kamu selamanya. Hingga dunia dan akhirat," monolog Erden.
Erden masih memandang wajah Aileen saat memanjat pohon mangga belakang sekolah dari layar handphone, tersenyum kecil. Menjadi enteng setelah melihat sepertiga malamnya.
Tak ambil pusing dengan laporan sebelumnya, Erden memasukkan kembali handphone nya kedalam saku setelah mengucapkan terima kasih. Langkahnya mulai melewati koridor khas universitas Oxford.
Kerumunan mahasiswa terus memandang Erden dengan iri dan berbisik-bisik. Erden merasa aneh tapi cuek saja.
"Erden," panggil Nashir, Erden menoleh ke belakang.
"Are you dating with Laila ?" tanya Nashir dengan raut muka kesalnya. Nashir tak suka jika Erden berpacaran tanpa mengerti status Erden sebenarnya.
Erden mengerut bingung. "Laila? From the same faculty like us?" Nashir mengangguk untuk meyakinkan.
Kepalanya menggeleng. "No. I rare talk with her. Just friend. I never want in that state relationship. Why you ask that? I swear, and I dare to said this," kata Erden dengan raut muka tegas. Jalan pikirannya sudah mengerti plot sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDREEN : VOW TILL END (END)
Roman pour Adolescents"Waktu umur mu 5 tahun, kamu bilang saya ganteng dan menyentuh saya. Itu pertama kalinya saya bersentuhan selain mama saya. Saatnya, kamu menjadi milik saya, Aileen Zelene Azzura." "Choose me for our pray, my redbean." Itu adalah adalah kata-kata ya...