------------------
"Assalamualaikum wa rahmatullah..."
"Assalamualaikum wa rahmatullah..."
Setelah mengucapkan salam untuk mengakhiri sholat nya, Erden mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, membuang nafasnya pelan-pelan.
Setelah berdoa ayat kursi serta orang tua, seperti biasa, berdzikir sesuai ritual miliknya. Erden mengangkat kedua tangannya ke udara dan menyebutkan nama Aileen dalam doanya.
"Bismillahirrahmanirrahim. Ya Allah, jika takdir Engkau mempersatukan Aldric Erden Keem Althaf dengan perempuan yang bernama Aileen Zelene Azzura, dengan senang hati, Alhamdulillah, hamba menerimanya. Namun jika bukan takdir hamba, Insyaallah, hamba berusaha mengikhlaskannya."
"Bismillahirrahmanirrahim. Ya Allah, semoga Engkau memperlihatkan jawaban milik perempuan itu pada esok hari. Aamiin."
Erden menyatukan tangannya seraya mengusap wajahnya ke sekian kalinya, sedikit gelisah yang ada dihatinya.
Bagaimanapun juga, hanya bisa bertawakal. Tunjukkan jalan yang baik dan lurus, Ya Allah, batin Erden dengan penuh harap dan ketulusan.
Erden mengangguk samar sebelum berdiri dari shaf masjid dan berjalan keluar. Kaum hawa yang sempat menengok ke sosok rupawan ini, langsung terpana. Erden langsung melebarkan langkahnya sampai keluar masjid, memakai sepatunya dengan cepat.
Setelah selesai mengenakan sepatu, langkahnya yang lebar langsung berjalan kembali ke mobil Tesla miliknya. Erden membuka pintu dan mendapati Aileen yang tidak ada di mobilnya.
Menggeleng kepala. Erden mengeluarkan handphone miliknya dan langsung mengechat Aileen.
Aldric Erden
Assalamualaikum.Satu menit tidak ada jawaban sama sekali. Erden mengetik lagi sebelum mengirim pesannya.
Aldric Erden
Assalamualaikum.
Alin, sekarang ada dimana?Aileen
Di supermarket deket masjid.Aldric Erden
Hm. Salam nya di balas dulu.Aileen
Waalaikumsalam. Udah. Stop it and don't distrub me first.Erden mengernyit bingung. Tanpa membalas pesan Aileen, laki-laki itu hanya menyusul Aileen ke supermarket dekat masjid.
Erden sedikit berlari kecil saat memasuki supermarket. Kedua matanya yang tajam mencari keberadaan Aileen.
Susah nemuin nya. Mana dia tinggi nya sekitar 150 lebih lagi, protes batin Erden.
Laki-laki dengan jas kelabu itu terus mencari setiap koridor yang dipenuhi rak-rak beraneka barang hingga cemilan, masih belum ketemu. Tangan kekar miliknya mengusap dahinya yang sudah berkeringat.
Erden berjalan lagi melewati kedai kopi yang ada didalam supermarket itu. Sudut matanya seketika menangkap sosok Aileen yang sedang meminum botol Aqua. Sudah lebih dari 5 botol Aqua yang kosong. Erden sedikit tertegun.
Kenapa bisa punya calon yang random kayak begini coba, batin Erden yang sudah habis kata dengan tingkah laku Aileen.
Aileen meneguk air terakhir botol ke-enam miliknya. Perutnya sudah merasakan gembung, sedikit susah bersendawa.
"Maksudnya enggak usah ganggu itu karena ini?"
Aileen langsung menengok ke belakang dan menangkap sosok Erden. "Apaan?"
Erden mengambil semua botol kosong Aileen dan segera membuangnya ke tempat sampah dalam supermarket. "Setidaknya ngechat dulu, Alin. Jangan langsung main kabur. Minum sebanyak itu buat apa, hm?"
Buat biar cepat selesai menstruasi terus bisa sholat istikharah, balas batin Aileen. Aileen hanya menggelengkan kepalanya, tidak mau rencananya diketahui oleh Erden.
Laki-laki itu sudah kehabisan kata, memijat pelipisnya. Erden berdecak sekali namun melepas jas kelabu nya dan melemparkannya pada Aileen.
"Sudah mau malam. Ayo pulang."
Erden melangkah menjauhi Aileen terlebih dahulu. Gadis itu mencengkram jas milik Erden, mencium aroma jas nya.
White musk.
Aroma white musk memasuki rongga pernapasan miliknya. Aileen mendusel-dusel kan wajahnya ke jas Erden sebelum beranjak dari bangku, menyusul Erden.
-AUGE-
Daniel Jonathan. Laki-laki yang tak kalah rupawan itu hanya duduk merenung di kursi bar. Sesekali menghisap rokok dan menghembuskan nafasnya sehingga asap miliknya mengepul.
Laki-laki itu mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan, tangannya membuka layar handphone miliknya. Membuka galeri dan melihat fotonya dengan Aileen berdua saat masa SMA.
Kala itu, Aileen masih sama dikenal friendly sama semua orang, tidak membedakan cowok atau cewek. Hanya saja lebih banyak cowok yang dekat dengannya.
Namun, bukan namanya Aileen Zelene Azzura kalau hanya memikirkan cinta beda dimensi. Sejak menduduki bangku kelas 3 SD, gadis itu sudah terpana dengan sosok tak nyata itu. Akhirnya keterusan sampai sekarang.
"SMA saja tidak mau pacaran. Sekarang kuliah sudah di tolak mentah-mentah," ucap Daniel sedikit bergetar. Tertawa kecil hampa. Kedua sorot mata miliknya mulai mengeluarkan setitik air namun langsung di usap.
"WANITA SAYA!"
"KAMU YANG DIAM, DANIEL JONATHAN! AILEEN ZELENE AZZURA, CALON ISTRI SAYA!!"
Kalimat yang dilontarkan oleh Erden, calon suami Aileen, kembali terngiang-ngiang di ingatan Daniel. Daniel menundukkan kepalanya dan mematikan rokoknya. Daniel meminum white wine-nya dengan sekali teguk.
"Sialan... Brengsek..."
Daniel terus mengumpat dengan suara serak miliknya, menahan tangisannya.
"Padahal gue sudah nunggu, Ai... Segitu mudahnya lo enggak tau perasaan gue..."
Daniel mengusap pelipisnya kasar. Kedua mata laki-laki mulai memerah. Akhirnya satu titik air mata turun ke pipi tirus miliknya.
"Kenapa enggak milih gue?! BANGSAT!"
Daniel membenamkan wajahnya yang sudah dibasahi air mata ke meja bar dengan emosional. Daniel menggebrak meja bar dengan kepalan tangannya.
"BANGSAT! APA CUMA GUE BEDA AGAMA SAMA LO, AI?! GUE BISA PINDAH KEYAKINAN, ANJING!"
TBC
.
.
.
komen yg randomly kaga papa kok, cius!
jgn lupa follow and vote yakk!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDREEN : VOW TILL END (END)
Teen Fiction"Waktu umur mu 5 tahun, kamu bilang saya ganteng dan menyentuh saya. Itu pertama kalinya saya bersentuhan selain mama saya. Saatnya, kamu menjadi milik saya, Aileen Zelene Azzura." "Choose me for our pray, my redbean." Itu adalah adalah kata-kata ya...