don't forget vote and follow yaa!
dibayar pakai itu aja udah seneng kok hehe
.
komen apa aja gapapa, ntar nimbrung deh
.
HAPPY READING!!
--------------------"ARGHH!!"
Tubuh Daniel dilempar begitu saja di lantai yang terasa dingin. Daniel tidak bisa melihat apa-apa karena kedua matanya di tutup dengan kain hitam yang erat. Kedua tangannya diikat pula oleh kain.
"Fuck! Who are you?! Let me go! Shit!"
Daniel terus mengumpat dan meronta-ronta untuk mencari cara melepaskan tangannya terlebih dahulu.
Pasalnya setelah jam pertama selesai, Daniel pergi ke kamar mandi fakultas, sepi. Tiba-tiba sekitar dua orang langsung menyergapnya dari belakang dan memukul bagian vitalnya, tengkuk, secara tiba-tiba. Lengah, Daniel langsung ambruk dan sekarang entah dimana.
"Astaga, berdosa saya. Jangan mengumpat, tidak baik. Maafkan saya, mas Daniel."
Seorang bariton yang tidak Daniel kenal muncul dari kejauhan. Daniel merasa geram, menghentakkan kakinya ke lantai dengan keras.
"Bajingan! Lepasin, bego," pekik Daniel frustasi hingga suaranya hampir habis.
"Astaghfirullah... Entar kalau saya lepasin, bos saya yang marah, mas Daniel. Istighfar--"
"GUE NON MUSLIM!!"
Pria yang berjalan kearah Daniel kini terkejut bukan main. Bukan takut, melainkan kaget kalau Daniel ternyata memeluk agama lain.
"Astaghfirullah... Eh, maaf... Eh! Astaghfirullah. Eh? Maa--"
"LO TINGGAL BILANG MAAF, ANJIR! ENGGAK USAH ULANGIN! PLIN PLAN BANGET!"
Daniel sudah tersulut emosi lantaran pria yang tidak ia kenal terdengar plin plan.
"Memang plin plan. Maafkan saudara kembar saya."
Suara bariton yang hampir mirip dengan laki-laki plin-plan, muncul entah dari mana. Daniel bertambah bingung.
Salah satu laki-laki itu berjalan mendekati Daniel, sedikit berjongkok dan melepas ikatan kain yang menutupi mukanya. Kedua bola mata Daniel mengerjap, beradaptasi dengan silaunya cahaya yang ada di ruangan.
Ruangan yang bisa dibilang cukup mewah, bisa menghabiskan miliaran.
Kemudian, kedua bola mata Daniel bertemu dengan bola mata berwarna emerald. Dua pria dihadapannya seperti orang bercampur Turki-Belanda.
"Saya Kenzo. Kenzo Aldiva. Ini kembaran saya, Kenzie Aldiva," ucap laki-laki itu enteng sebelum berdiri dan berdiri sejajar dengan Kenzie.
Daniel menatap Kenzo dan Kenzie bersamaan. Mereka benar-benar kembar, namun bisa dibedakan. Kenzo lebih manis sedangkan Kenzie lebih garang. Tapi, sifat mereka kebalikan dari wajah mereka.
Kenzie bersembunyi dibelakang Kenzo. Sedikit ketakutan. Kenzo hanya menghela nafas pasrah. "Zie, wajah mu itu, lho."
Kenzie tahu kalau Kenzo meminta sifatnya yang sama dengan wajahnya, namun bodoh amat dan lebih memilih bersembunyi dibalik tubuh saudara kembarnya.
Daniel meludah dan tertawa seringai. "Ck, muka garang tapi lemah. Anak kecil," sindir Daniel. Kenzie sedikit tersinggung namun lebih memilih untuk diam.
"Diam. Sebentar lagi bos bakal kesini. Daniel Jonathan, lebih baik kamu menghindari milik seseorang," perintah Kenzo santai, menatap Daniel tanpa ekspresi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDREEN : VOW TILL END (END)
Teen Fiction"Waktu umur mu 5 tahun, kamu bilang saya ganteng dan menyentuh saya. Itu pertama kalinya saya bersentuhan selain mama saya. Saatnya, kamu menjadi milik saya, Aileen Zelene Azzura." "Choose me for our pray, my redbean." Itu adalah adalah kata-kata ya...