password nya apa? minimal maksimal follow and vote ya gess
saranghae buat yang lakuin<3
.
.
.
any way, gomenasai kalo watashi upload nya kelamaan, yakand thank you juga buat yang comments random dari chapters sebelumnya!
and...
HAPPY READING ALL!!
-----------------------------------------------
"Sudah?" tanya Erden yang masih memalingkan muka, duduk di tepi sofa tanpa melirik Aileen.
Aileen tidak menemukan kerudung simpelnya dan akhirnya memilih mengenakan mukena. "Ya, sudah," jawab Aileen sedikit gugup.
Aileen duduk di sofa sembarangan dengan Erden. Ayla masih mengobati lebam milik Narendra di bagian perut. Perihal tentang Daniel, itu sudah di urus oleh Erden. Namun, Aileen masih belum berani untuk menanyakannya.
Sorot mata Aileen melirik ke arah Erden yang masih memalingkan mukanya. Ekspresi datarnya masih terpampang jelas.
Sudah dua menit lebih tidak ada yang membuka topik pembicaraan, akhirnya, Aileen berdeham. "Ehem. Kok lo bisa disini? Stalk-"
"Enggak."
Langsung dijawab oleh mulut dinginnya. Siapa lagi kalau bukan Aldric Erden Keem Althaf. Aileen mengerut bingung.
"Terus?"
"Mau kasih martabak manis."
Erden mengatakan dengan singkat namun menyodorkan plastik putih bening yang berisi satu kotak martabak manis dengan bau yang sangat mengiurkan.
Seketika Aileen mulai merasa lapar dan ngiler, namun di tahan. "Thanks. Tapi, buat apa ema-"
"Buat cemilan saja. Enggak lebih," potong Erden lagi, membuat Aileen ingin menyumpal martabak manis nya ke mulut Erden.
"Gue belum selesai ngomong. Kalau ada orang ngomong itu, denger-"
"Sudah tahu. Enggak perlu dijelasin."
"Lo kenapa, sih, Erden? Gue ada salah kah? Setiap gue ngomong, lo potong omongan gue," gerutu Aileen sebal.
Erden sedikit melirik Aileen, menghela nafas. "Banyak. Banyak yang salah, Alin."
Satu alis alis Aileen terangkat. Bingung, juga tidak terima. "Kok?! Gue ngapain lo?"
"Saya belum jelasin, kamu nya udah tantrum lagi."
Aileen berhenti menggerutu, menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal. Tapi, di mata Erden, Aileen seperti anak kecil atau bahkan kelinci kecil saat ia memanggil Aileen dengan sebutan"tantrum".
Memang calon istri kecilku ini, batin Erden sedikit terhibur dengan tingkah laku gadis di hadapannya. Erden membenarkan posisi duduknya, menghadap Aileen namun masih tertunduk.
"Jangan pakai lo-gue. Bisa?"
"Enggak! Enggak bisa! Kenapa?"
"Ya sudah. Martabak manisnya saya ambil," ucap Erden sedikit dengan nada serius. Tangan kekar miliknya langsung mengambil plastik bening itu. Seketika Aileen langsung melotot. Erden tersenyum tipis bahkan tertawa pelan, menaruh kembali martabak manis di hadapan Aileen. "Bercanda, calon istri."
Pipi milik Aileen langsung memerah. Biasanya, Aileen tidak pernah seperti ini. Hanya kumat memerah pipinya saat menonton husbu-husbu nya. Aileen langsung memalingkan wajah miliknya, tak ingin Erden menengok sikapnya yang salting sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDREEN : VOW TILL END (END)
Teen Fiction"Waktu umur mu 5 tahun, kamu bilang saya ganteng dan menyentuh saya. Itu pertama kalinya saya bersentuhan selain mama saya. Saatnya, kamu menjadi milik saya, Aileen Zelene Azzura." "Choose me for our pray, my redbean." Itu adalah adalah kata-kata ya...