"Bagus banget! Serius!" seru Aileen penuh semangat membara.
Jungfraujoch. Tempat dimana mereka sekarang. Setelah meninggalkan tanah suci selama 2 minggu, Erden akhirnya mengajak Aileen untuk terbang ke Switzerland. Tempat kedua mereka akan honeymoon.
Erden masih terus tersenyum, sesekali mengecup pipi kenyal Aileen, "Dari sini kelihatan ada pengunungan Alpen. Lihat?"
Netra Aileen melihat ke arah yang lebih ke atas. Hampir menjulang langit, Aileen akhirnya dapat melihat pemandangan pengunungan Alpen yang begitu menakjubkan.
"Keren banget," ucap Aileen dengan sudut bibirnya yang masih terus terangkat.
Begitu juga dengan pria yang disamping wanita itu. Erden masih terus bersyukur bisa membawa wanita pujaan untuk datang ke tempat dimana mereka inginkan.
Terima kasih pada Zein yang sudah berkerja keras kembali.
Aileen sempat cemburu pada pekerjaan Erden. Sebelum meninggal Mekkah, Erden ternyata masih bekerja. Entah itu perusahaan nya atau pesantren.
"Lo pilih gue apa pekerjaan?" tanya Aileen saat itu. Ia menindih Erden yang tengah sibuk membaca dokumen dari Zein. Aileen belum mengetahui hal itu. Tahunya, Erden kangen berkerja.
Bagaimanapun juga, Zein masih butuh tenaga kerja kepercayaannya. Siapa lagi kalau bukan Erden, anaknya.
Erden merasakan posisi Aileen saat itu cukup berbahaya bagi dirinya tapi jiwa serius nya lebih dominan.
"Kalau saya pilih kamu, kamu mau makan pakai apa?" tanya pria itu sambil memperagakan gerakan tangan saat makan dengan muka datar nya. "Makan cinta? Hm? Makan cinta, Sayang?"
Gelak tawa Aileen lepas saat Erden membalas pertanyaannya. Seperti menjadi bahan candaan di telinga wanita itu jadinya.
Tapi pada akhirnya Erden menjelaskan bahwa yang membutuhkan pertolongannya itu adalah Zein. Aileen hanya bisa pasrah. Iba pada Zein yang harus menunggu satu bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDREEN : VOW TILL END (END)
Teen Fiction"Waktu umur mu 5 tahun, kamu bilang saya ganteng dan menyentuh saya. Itu pertama kalinya saya bersentuhan selain mama saya. Saatnya, kamu menjadi milik saya, Aileen Zelene Azzura." "Choose me for our pray, my redbean." Itu adalah adalah kata-kata ya...