42 |Cancer|

3.3K 196 16
                                    

Erden langsung mematikan saluran telpon antara dirinya dengan Nashir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erden langsung mematikan saluran telpon antara dirinya dengan Nashir.

Dadanya sesak, penglihatannya buram. Erden memaksa dirinya untuk tetap berdiri tegak dan berterus beristighfar. Memohon pada Allah untuk dapat kembali sejenak.

"Kakak! Lihat! Aku berhasil bikin mahkota bunga!"

Aileen berlari kecil menghampiri Erden dengan senyum khas miliknya hingga lesung pipi uniknya muncul sambil membawa mahkota bunga dari rangkaian bunga Daisy.

Langkahnya berhenti saat melihat Erden melawan sesuatu di dadanya. Aileen langsung menjatuhkan rangkaian mahkota bunga itu, berlari dan sigap menahan tubuh Erden.

Suhunya tiba-tiba terasa sangat panas. Padahal tadi pagi Erden masih biasa-biasa saja.

"Kak, kamu demam! Balik ke penginapan aja, ya!" seloroh khawatir Aileen.

Erden menggeleng lemah. "Enggak usah... Ini cuma..."

"Enggak! Kamu kecapekan ternyata! Tubuh kamu butuh istirahat!" titah Aileen penuh rasa kekhawatiran. "Tidak masalah dengan bulan madu kita, aku juga ingin kamu sehat! Kita nikmati berdua saat kamu sembuh."

Sembuh? Mustahil, Sayang... Aku kena kanker paru-paru..., jawab Erden dalam hati-hati.

Rasanya Erden ingin menangis sekarang. Dirinya tidak tega melihat raut muka Aileen cukup sangat amat khawatir dan tidak berhenti-henti terus menyakinkan dirinya untuk sembuh.

"Uhuk!"

Erden batuk sekali tapi cukup keras dan serak. Pupil Aileen mengecil dan berdiam diri bak seperti patung setelah melihat darah keluar bersamaan dengan batuk Erden.

"Aileen..." panggil Erden sebelum pingsan.

𓍢ִ໋ ᰔᩚ

Seminggu yang lalu. Masih berada di Tanah Suci.

Tanpa sepengetahuan Aileen, Erden merasa badannya menggigil hebat. Bulu kuduknya berdiri. Dahi nya di penuhi dengan keringat dingin.

Beranjak dari ranjang, segera melesat ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Sialnya, Erden tidak bawa termometer yang biasa ia selipkan di koper, bahkan tidak bawa obat-obatan lantaran buru-buru ingin pergi honeymoon juga.

"Uhuk!"

Dahak naik ke dalam mulutnya saat batuk. Tanpa pikir panjang, Erden mengeluarkannya di wastafel.

Merah bercampur liur. Darah?

Keningnya mengerut.

"Uhuk! Uhuk!"

Erden merasakan ada dahak lagi dan membuangnya ke wastafel. Benar-benar darah. Bau amis nya terasa sedikit.

ALDREEN : VOW TILL END (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang