***
"Allahumma inni as aluka bi haibati adhamatika, wabi sathwati jalaalika an taj'ala mahabbatii fii qalbii Aileen Zelene Azzura wa antulqil mahabbata wal mawad data fii qalbihi wa aththifhu, alayya bi fadhlika yaa kariim."
Usai sholat Jum'at, sudah satu setengah jam lebih, pria pemilik nama Erden masih bersemedi. Erden masih terus menengadahkan kedua tangannya untuk mendoakan dunia-akhirat, kedua orang tuanya dan nama pujaan hatinya dalam diam.
Arden merasa bosan menunggu, naik ke pangkuan Erden dan berbaring sembari menunggu Erden berdoa dengan khusyuk, merasa tidak terganggu dengan Arden.
"Apan celecai?" Arden mengerucutkan bibir mungilnya, menarik-narik dasi Erden untuk memberikan perhatian pada adiknya. Erden masih khusyuk, tidak menyadari.
Arden mulai merengek, mengigit tangan Erden. Sontak, kedua mata Erden terbuka lebar, berdesis. "Ada apa dengan adik saya ini?" Erden terkekeh sebelum menyelesaikan doanya, menggendong Arden kembali.
Saat mulai melangkah, handphone miliknya berdering. Memunculkan notifikasi dari geng motornya, Aldricen. Aldricen merupakan geng motor yang halal, intinya yang baik-baik, tanpa pengaruh keburukan. Walaupun kadang ada yang bobrok sikapnya.
Kelompok inti dari Aldricen sendiri tentu adanya Erden sebagai ketua. Nashir Ahmad sebagai wakil ketua, sikapnya 11 12 dengan Kenzie. Kenzie Aldiva, walaupun bobrok sikapnya, Kenzie paling jago untuk merantas dan mencari informasi layaknya seperti intelijen. Kenzo Aldiva, laki paling waras, ia adalah perisai Aldricen.
Lengan Erden di tumpu untuk menyangga tubuh mungil Arden, sedangkan satunya meraih handphone miliknya dari dalam saku celananya.
*Yang penasaran chatan Aldricen, hanya ada di ig ya. Bagi yang penasaran (ileen.boun)
Senyuman Erden sedikit muncul setelah melihat bubble chat dari geng nya. Ia memasukkan benda pipih itu ke saku celana lagi sebelum keluar dari masjid.
-AUGE-
"Sudah pukul tiga lebih, Erden." Suara Zein terdengar parau, serak yang sangat jelas.
Akhirnya, setelah 5 jam menunggu kesadaran Zein membalik, Zein dapat sedikit menggerakkan jemarinya walaupun bagian kepalanya masih nyut-nyutan.
Badannya masih terbaring lemah di brankar, namun wajah Zein masih terlihat bugar meskipun capek sangat.
Kanaya dengan telaten menyuapi suaminya dengan bubur rumah sakit yang memiliki rasa hambar tersebut. Mau tak mau, Zein memaksa dirinya untuk mengunyah dan menelan satu per satu makanan yang disuapin istrinya.
Perihal sudah sadarnya Zein, membuat Erden semakin ingin bersama Zein. Kepalanya mengangguk untuk menanggapi Zein. "Pa, mau apa? Ada yang sakit? Kepalanya?" Erden terlihat cemas bahkan berusaha memijat pelan lengan Zein hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDREEN : VOW TILL END (END)
Teen Fiction"Waktu umur mu 5 tahun, kamu bilang saya ganteng dan menyentuh saya. Itu pertama kalinya saya bersentuhan selain mama saya. Saatnya, kamu menjadi milik saya, Aileen Zelene Azzura." "Choose me for our pray, my redbean." Itu adalah adalah kata-kata ya...