Bab 239: Dunia Han Yoohyun (2)

148 21 3
                                    

Itu adalah bunga plum yang mekar sangat awal. Meski saat itu adalah awal Februari, bunga-bunga berwarna putih mulai terbentuk di ujung dahan. Apakah karena beberapa hari ini cuacanya agak hangat, atau ini karena mataharinya yang bersinar terang? Padahal saat ini, tempatnya sebelumnya dilanda badai salju yang dingin, namun sekarang ada cukup banyak bunga yang bermekaran di ujung dahan yang panjang.

Han Yoohyun berhenti dan memandangi bunga plum tersebut. Dia tidak tertarik pada bunga itu. Hanya saja, hyung nya berulang tahun kemarin. Han Yoohyun, seorang siswa taman kanak-kanak, membuat origami bunga dari kertas dan menulis kartu. Si adik memeluk kakak laki-lakinya sambil mengucapkan Selamat Ulang Tahun.

Ada kue di sana. Orang tua dari kakak beradik itu memberi mereka kue dan uang kertas 10.000 won untuk membeli sesuatu yang enak bersama teman-teman mereka, dan seolah-olah sudah selesai melakukan tugas, kedua orang tua itu pergi ke ruang tamu dan menonton film. Sementara itu, Han Yoojin menyimpan uang yang diterimanya dengan baik.

10.000 won itu akan digunakannya untuk ulang tahun Han Yoohyun berikutnya. Itu sama di setiap tahunnya.

Kue, hadiah, dan bunga.

Han Yoohyun melintasi petak bunga tanpa ragu-ragu. Cabang-cabang yang berbunga berada pada ketinggian yang tidak bisa dijangkau oleh anak-anak.

Namun Han Yoohyun tetap memanjat pohon dan meraih dahan itu dengan satu tangan. Cabang-cabang yang tebal itu dengan mudah dipatahkan oleh daya cengkram siswa TK. Kemudian, dia dengan ringan melompat turun dari atas pohon.

Cabang-cabang yang kasar dibuang dan hanya satu cabang tipis yang ada bunga diatasnya yang diambil dan dipegang oleh tangannya. Sementara itu, seseorang datang dan berteriak.

"Kau tidak boleh memasuki petak bunga! Sekalipun dahannya patah, kau tidak boleh memetik bunganya!"

Han Yoohyun berbalik untuk menatap lelaki tua yang memarahi dirinya. Alih-alih merasa takut, lelaki tua itu yang malah melangkah mundur saat matanya menjadi dingin. Semua orang melihatnya sebagai anak yang manis dan cukup tampan sehingga siapapun bisa terpikat oleh penampilannya. Meski begitu, lelaki tua itu justru merasakan ketakutan naluriah hanya dari tatapan dinginnya.

Dia hanya seorang anak kecil. Pria tua itu berteriak lebih keras seolah-olah sedang menyangkal ketakutannya sendiri.

"Heh, bocah, kau berasal darimana? Apa yang sedang dilakukan orang tuamu?"

Han Yoohyun berbalik tanpa berkata apa-apa. Tidak perlu memperhatikan seseorang yang takut padanya apalagi yang meneriaki dirinya.

Han Yoohyun kembali ke rumah tanpa ada yang menyambutnya, dan baru memberikan sedahan bunga kepada saudaranya yang telah menyelesaikan sekolah. Han Yoojin tersenyum cerah tetapi juga khawatir pada saat yang sama.

"Kau tidak boleh mematahkan dahan pohon sembarangan, Yoohyun-ah"

Han Yoojin menjelaskan kepada adik laki-lakinya sedetail mungkin mengapa dia tidak boleh pergi ke petak bunga dan mengambil bunga atau pohon, dan memanjat pohon itu berbahaya. Han Yoo Hyun mengangguk.

Alasan yang diberikannya tidak begitu meyakinkan dan tidak berbahaya bagi dirinya, namun Han Yoohyun tetap menerimanya.

Beberapa hari kemudian, dia bertemu lagi dengan lelaki tua itu. Han Yoohyun menundukkan kepalanya ke arah lelaki tua yang terpaku itu.

"Maaf"

"...Eh, uh. baiklah"

Pria tua itu kaget melihat anak itu meminta maaf padanya, tapi tetap tersenyum. Han Yoohyun pulang dan memberi tahu Han Yoojin tentang itu dan dia segera menerima pujian.

[2] SCTI 👍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang