Prolog

1.4K 211 73
                                    


بسم الله الحرمن الرحيم
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

"Bagiamana kalau pernikahan ini secepatnya saja? lebih cepat lebih baik, lagian kalian sudah mampu. Setuju ndak?" tanya Laut pada Tanah dan Rain.

Tanah ialah anaknya, anak pertamanya.

Ya, namanya Tanah. Pangeran Tanah Shankara, laki-laki yang sekarang ditugaskan untuk mengurus Pondok Pesantren Al Qurota 'Ayun.

Pondok itu didirikan oleh Muhammad Tabbah Shankara. Dan turun temurun hingga ke Pangeran Tanah Shankara, tetapi belum sepenuhnya haknya menjadi pemimpin.

Masih sepenuhnya, milik Abinya yaitu Muhammad Laut Shankara.

Dan Pangeran Tanah ini, ia dijodohkan dengan seorang anak ustadz. Gadis itu bernama Sucianika Rain Senjana Sastra Al-Hawa, biasa ia suka dipanggil Rain. Seperti namanya, ia memang menyukai senja, hujan, dan sastra.

"Iya bener itu, gimana kalian setuju. Ahad besok?" tanya Langit. Muhammad Langit Sakanna, ayah dari Sucianika Rain Senjana Sastra Al-Hawa.

Tanah dan Rain yang mendengar itu mengangguk saja, Tanah juga tak sabar menghalalkan perempuan yang sejak kecil ia cintai.

"Alhamdulillah kalo kalian setuju." Tiba-tiba Hawa datang. Bunda dari Rain, namanya Siti Hawa Senjana.

Ia membawa nampan berisikan kopi dan teh. "Lho, Umi Habba nggak ikut datang?" tanyanya.

"Istri saya sedang mengisi kajian, jadi nggak dateng," jawab Laut, mendengar jawaban itu Hawa mengangguk.

"Nda, ini pernikahannya akan dilaksanakan secepatnya setuju nggak kamu?" tanya Langit pada istrinya.

"Hm, setuju aja sih. Lebih cepat lebih baik," jawab Hawa.

"Eh ya udah, udah mau sore. Kami pamit dulu ya?" Mereka berdua berdiri lalu Tanah menyalami Langit, dan begitupula dengan Laut, ia bersalaman dengan Langit.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka semua serempak. Tanah dan Abinya meninggalkan kediaman keluarga Sucianika Rain Senjana Sastra Al-Hawa.

•TanahSuci•

Zaid kini sedang melakukan muroja'ah juz 30, ia sangat senang sebentar lagi ia hafal 30 juz.

Ia nanti akan menyetorkan hafalannya ke Gus Tanah, Gus Tanah adalah Gus yang sangat ramah membuatnya sangat nyaman menyetorkan hafalannya. Gus Tanah nanti akan menjadi saksi bisu bahwa Zaid Mustofa hafal 30 Juz dalam 3 tahun.

Semoga saja, ia bukan hanya menghafal tapi ia menerapkan. Seperti menerapkan 17:32. 17 adalah nomer surat Al-Isra dan 32 adalah ayat yang menjelaskan tentang perbuatan Zina.

Zaid menutup Qur'annya, ia terdiam sebentar. Orang yang dekat dengannya berpacaran, ia bingung padahal ia sudah menasehati dengan berbagai cara.

Tak lama ia teringat, ada Gus Tanah. Ia bisa melaporkannya ke Gus Tanah.

Tapi bagaimana caranya? ia tak membaca handphone, karena di pesantren tidak diperbolehkan membantin handphone.

"Surat-suratannya bisa jadi barang bukti bukan?" pikir Zaid.

"Apalagi kira-kira?" Lalu ia teringat sesuatu, bahwa ia membawa sebuah jam, yang bisa merekam suara. Ia bisa memancing temannya itu untuk mengaku.

"Sesulit itu menyadarkan teman yang sedang bermaksiat. Maafkan aku Ya Allah, belum bisa menyadarkan mereka yang sedang bermaksiat," ujar Zaid, matanya berkaca-kaca. Bukan hanya yang sedang bermaksiat saja yang terkena imbasnya, tapi yang hanya diam saja menyaksikan maksiat itu juga terbawa ke neraka.

Zaid menghembuskan napasnya, ia tak bisa diam saja membiarkan teman sekaligus saudaranya sedang bermaksiat.

________________________

Gimana Prolognya? Lanjut?

TANAH SUCI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang