2. Pernikahan

874 182 22
                                    

بسم الله الحرمن الرحيم
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

❛❛Lelaki sejati itu, langsung mengucapkan
qobiltu dengan menjabat tangan Ayahnya
bukan 'Mau nggak jadi pacarku?' Jangan mau
jika diajak seperti itu, sama saja kalian
mau diajak ke neraka.❜❜

Pangeran Tanah Shankara

Hari Ahad tiba....

Suatu pagi yang penuh berkah, diiringi oleh lantunan ayat suci Al-Qur'an, para tamu dan keluarga besar berkumpul di masjid untuk menyaksikan momen sakral.

Di mana dua manusia disatukan, Pangeran Tanah Shankara dan Sucianika Rain Senjana Sastra Al-Hawa, hari yang telah lama mereka tunggu dengan melibatkan Sang Pencipta Semesta Alam tentunya, kini sudah di depan mata.

Tanah dengan baju koko berwarna putih yang dipadukan dengan celana panjang dibaluti dengan sarung. Sungguh ketampanannya memancar, bagimana tidak? tubuhnya tegap, dada bidang cocok sekali untuk bersandar, kulitnya putih, dengan sedikit polesan di wajahnya.

"Nak udah siap?" tanya Langit dan mendapatkan anggukan mantap dari Tanah.

"Jabat tangan saya nak," ujarnya, membuat pasukan napas Tanah berkurang.

Jantung tiba-tiba berdebar kencang, ada perasaan yang tidak enak. Zaid, ia memastikan Zaid, matanya menyapu. Tidak ada Zaid, ke mana anak itu? bukankah dia mau melihat saya mengucapkan akad suci ini?

"Nak?" Langit memastikan, membuat Tanah tersadar dan dan langsung menjabat tangan Langit.

"Bismillahirrahmanirrahim. Ya Pangeran Tanah Shankara bin Muhammad Laut Shankara, Ankahtuka Wa Zawajtuka Makhtubataka Binti Sucianika Rain Senjana Sastra Al-Hawa alal mhri 981.65.444 Indonesia Rupiah wamajmueat min 'adawat alsalat, hallan."

"Bismillahirrahmanirrahim Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur hallaan." Dengan satu tarikan napas, Tanah mengucapkan itu.

"Bagaimana para saksi? sah?"

"Sah!" seru mereka semua. Air matanya tiba-tiba mengalir deras, ia menangis terharu karena telah menghalalkan perempuan yang ia cintai, tetapi ia juga menangis sedih karena Zaid, yang sudah dianggap adiknya itu entah ke mana.

"Zaid kamu di mana?"  batin Tanah.

Di aula pesantren samping masjid....

Suara ijab qobul dengan suara tegas nan lantang itu terdengar jelas di telinga Bunda Hawa, Umi Habba, dan Rain tentunya. Mereka tentunya terharu, air mata juga perlahan lolos dari pelupuk mata mereka.

Bunda Hawa dan Umi Habba langsung menuntun Rain untuk menemui sang suami. Bagaimanapun, mereka sudah sah di mata agama dan negara. Suara tepukan tangan meriah, saat Rain berjalan menuju suaminya. Masjid pesantren milik Kyai Laut, masjid ini menjadi saksi bisu Tanah mengucapkan ijab qobul.

Dengan menggunakan gaun putih yang senada, serta cadar yang menutupi mukanya, membuat Rain terllihat sangat cantik.

"Maa syaa Allah, cantik banget sih istri saya," gumam Tanah.

"Alhamdulillah, allahumma barik lahuma wa barik 'alaihuma wajma' bainahuma fii khair," doa Langit untuk mereka berdua saat Rain sudah duduk sempurna di samping Tanah.

"Aamiin," seru para tamu dan para santri.

Tanah menatap Rain dengan tatapan yang selama ini hanya untuk Uminya saja. Lalu tangannya bergerak menyentuh kepala Rain dengan tangan kanannya, sedangkan Rain ia mengadahkan kedua tangannya.

TANAH SUCI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang