20. Garis Dua

457 63 17
                                    

Assalamu'alaikum🌷

Sholawat Dulu Yukk
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Note: Warning⚠️
Ambil baiknya dan buang buruknya!

Jangan lupa Votenya ☆
Dan Komennya ☞

ਊ⁠ HAPPY READING ਊ⁠


Rain terkejut ia seketika tak menyangka, Allah secepat itu percaya kepadanya.

"Garis dua?" gumam Rain.

"Gimana sayang?" Tanah berteriak. Tak lama Rain pun langsung keluar dan berjalan menuju kamar membuat Tanah langsung mengekori sang istri.

Rain duduk di pinggiran kasur dan menunjukkan testpack itu kepada Tanah.

"Aaaa alhamdulillah," ujar Tanah, ia langsung memeluk tubuh sang istri.

"Iya alhamdulilah!" seru Rain.

"Iya alhamdulilah." Mereka saling berpelukan, tak lama mereka melepaskan pelukannya.

"Udah waktunya sholat, ayo kita sholat dan mengucapkan rasa syukur kepada Allah karena telah memberikan kita amanah." Rain mengangguk.

"Ayoo!"

~oOo~

Laut dan Hawa duduk penuh penasaran di rumah Tanah. Ya, Tanah mengundang mereka karena akan memberi tahu tentang kehamilan Rain.

Tanah terduduk diikuti Rain. Laut menatap bingung ke arah Tanah. "Kenapa kok seneng gitu?" tanyanya.

"Hm, itu Bi. Rain hamil," ujar Tanah, membuat mereka berdua kaget sekaligus senang.

"Hamil?" Tanah dan Rain mengangguk.

"Alhamdulillah," seru Laut dan Habba bersamaan, Habba langsung memerintah Tanah untuk berpindah tempat dengan lewat mata.

Tanah paham, ia langsung berpindah di samping Laut.

Habba tersenyum, mendekatkan tubuhnya ke Rain dan langsung memengangi perut rata Rain.

"Selamat ya nak? Kamu jangan dulu mikirin Umi sama Abi yang hilang, ingat ada Allah yang menjaga mereka, Allah tidak tidur," ujar Habba.

Rain mengangguk, entah mengapa ia langsung berkaca-kaca. Sosok Umi Habba ini mirip dengan Uminya.

"Iya Umi," jawabnya.

"Boleh peluk?" Habba mengangguk tersenyum, lalu memeluk Rain.

Tanah yang melihat itu menatap horor ke arah Laut. "Bi? ayo pelukan!"

~oOo~

Hujan kini sedang berada di cafe El-Barra Syam bersama Bumi, karena mereka sepakat untuk berkumpul.

Kemarin mereka hanya sekejap berkumpul karena Hujan dimintai keterangan atas keberadaan mayat yang ditemukan di pesantrennya tanpa ditemani seseorang.

Sembari menunggu Tanah, mereka berdua menyeruput minuman.

Tanah memparkirkan mobilnya. Matanya menatap sekitar, lalu matanya melihat batang hidung Bumi dan Hujan.

Tanah pun langsung berjalan menuju keberadaan mereka berdua. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka.

TANAH SUCI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang