HAPPY READING, PARA READERS KU💗
"Pasti ini Rabbit, eh-" Ia menatap Bumi. "Bumi kamu kan anaknya kok enggak panik sih Ayah kamu pingsan," kata Harta.
Hujan menyenggol lengan Harta. "Dia punya alexithymia, enggak bisa mengekspresikan perasaan," bisik Hujan membuat Harta melongo.
"Selain itu dia juga punya CIPA, yang tidak bisa merasakan sakit," jelasnya.
"Astaghfirullah, baru tau," ujar Harta, saat asik dengan pembicaraan mereka tiba-tiba suara galon bekas terjatuh sangat keras.
"SIAPA?" tanya Tenggara, menaikan nada tinggi.
"WOY?!" gentak Airlangga saat melihat seseorang yang mengintip di jendela, ia langsung berlari mengajar si pengintip itu.
"Jangan lari woy!" teriak Airlangga, ia berlari diikuti Tenggara dan Hujan.
Deru napas mereka tersengal-engal, mata mereka menyapu sekeliling. Hanya ada ruangan perpustakaan dan kelas yang didekat gudang.
"Gila larinya cepat banget." Hujan membasuh keringat yang mengalir di keningnya.
"Mungkin nggak sih, ke perpustakaan?" tanya Tenggara pada Hujan.
"Kalo kata aku sih mungkin," jawabnya. Tiba-tiba Harta, Kalingga dan Khafi, menghampiri.
"Pengintipnya lari kemana?" tanya Kalingga.
Airlangga menghembuskan napasnya. "Kita kehilangan jejak bro," ucapnya.
"Ya udah ayo kita ke perpustakaan, siapa tau ada di sana," ajak Hujan dan diangguki mereka.
Di dalam markas tersisa, Tanah, Bumi, Zetha, dan Athallah- laki-laki yang sedari awal diam.
Mereka di ruangan itu hanya terdiam, tapi tidak dengan pikiran Tanah dan Zetha, mereka sama-sama berpikir siapa yang mengintip tadi.
Zetha sebentarnya mau ikut dengan Tenggara dan yang lainnya tetapi ia tak mungkin meninggalkan Tanah dengan orang pendiam seperti Bumi dan Athallah.
~MasTanah~
Fazra kini sedang berada di perpustakaan, ia fokus membaca buku tentang sejarah islam.
Karena perpustakaan yang khusus untuk santriwan sangat ramai membuatnya membaca di pojok sendiri.
Tiba-tiba temannya datang menghampiri. "Zra, dicariin malah di sini," ujar Astra.
"Kenapa cariin aku?" tanyanya.
"Nggak papa sih, cuman heran biasanya di asrama kan jam segini kamu." Mendengar itu Fazra terkekeh ringan.
"Sengaja aku ke sini, baca-baca buku soalnya kalo di asrama nanti ketiduran dan malamnya nggak bisa tidur," jawabnya.
Mata Fazra memicing melihat ada Hujan yang entah dengan siapa. Fazra menyenggol lengan Astra. "Tra, ada Gus Hujan," bisiknya.
"Eh iya." Astra langsung menunduk, dan langsung mengikuti Fazra yang telah duluan menghampiri Hujan.
"Assalamu'alaikum, Gus Hujan dan kakak-kakak," sapa Fazra dan Astra.
"Wa'alaikumsalam," jawab mereka, Hujan langsung menatap Tenggara dan Airlangga karena memang mereka berdua yang melihatnya sekilas.
Tatapan itu penuh artian dan Tenggara yang paham langsung menggelengkan kepalanya.
Mata Tenggara menatap satu persatu santri yang sedang di perpustakaan, baju yang mereka kenakan sama dan itu membuat Tenggara kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANAH SUCI (Revisi)
Mystery / ThrillerGus muda mendadak jadi detektif? ya benar! Pangeran Tanah Shankara, seorang Gus muda yang mencari kasus kematian santrinya yang meninggal saat akad nikah dirinya dan Sucianika Rain Senjana Sastra Al-Hawa. Clue: Tanpa, melihat status. Semua yang memi...